Kata Dokter agar Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan Tidak Malnutrisi

2 Oktober 2021 16:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak dengan kelainan jantung bawaan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak dengan kelainan jantung bawaan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Beberapa anak mungkin mengalami masalah kesehatan sejak lahir. Salah satu kondisi yang bisa dialami bayi baru lahir adalah kelainan jantung bawaan (KJB). Menurut data Indonesia Heart Association, 9 anak dari 1000 kelahiran hidup setiap tahunnya mengalami KJB.
ADVERTISEMENT
Menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Kardiologi dr. Rahmat Budi Kuswiyanto, Sp.A(K), M.Kes, anak yang lahir dengan KJB memiliki kelainan pada fungsi maupun struktur jantungnya. Namun, tidak semua bayi baru lahir menunjukkan gejala KJB yang signifikan. Hal ini disampaikannya dalam acara webinar yang diselenggarakan Danone Specialized Nutrition Indonesia pada Rabu (29/9).
“Tidak semua anak yang lahir dengan KJB menunjukkan gejala tertentu. Biasanya, pemeriksaan saturasi oksigen pada bayi baru lahir dapat menjadi cara untuk mendeteksi dini penyakit jantung bawaan. Jika ditemukan tanda-tanda, maka dokter akan melakukan stabilisasi pertolongan pertama untuk memperbaiki keadaan secara keseluruhan,” kata dr. Rahmat.

Anak dengan Kelainan Jantung Bawaan Berisiko Malnutrisi

Meski tidak memiliki gejala yang pasti, kelainan jantung bawaan merupakan penyakit yang memiliki risiko kesehatan tinggi pada anak. KJB dapat menyebabkan anak mengalami malnutrisi sejak dini, gangguan kognitif dan memiliki daya tahan tubuh rendah.
ADVERTISEMENT
“Anak dengan kelainan jantung bawaan memiliki risiko yang signifikan untuk mengalami ketidakseimbangan energi yang dapat menyebabkan malnutrisi. Ini bisa disebabkan karena adanya infeksi jantung dan gangguan penyerapan nutrisi, terutama pada anak dengan KJB tipe sianosis,” jelas Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Dr. dr. I Gusti Lanang Sidhiarta, Sp.A(K) yang juga hadir dalam acara tersebut.
Ilustrasi anak dengan kelainan jantung bawaan. Foto: Shutter Stock
Kondisi ini membuat kebutuhan gizi terutama protein dan energi pada anak dengan KJB lebih besar daripada yang direkomendasikan berdasarkan kebutuhan fisiologis, usia dan berat badannya. Oleh karena itu, dr. Lanang menyarankan agar anak dengan KJB segera diberikan perawatan dengan perbaikan gizi.
“Anak dengan KJB memiliki toleransi volume cairan yang terbatas karena disfungsi jantung. Sehingga, terapi nutrisi yang tepat pada anak penderita KJB adalah dengan memastikan asupan kalori dan protein yang cukup untuk membantu menaikkan berat badannya,” lanjut dr. Lanang.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, langkah ini akan membantu mencegah atau menurunkan angka kematian, mendukung tumbuh kembang anak secara optimal dan memberikan hasil operasi yang jauh lebih baik, serta dapat meningkatkan kualitas fisik dan mental di masa depan.
Penulis: Hutri Dirga Harmonis