Kekurangan Zat Besi Bisa Ganggu Pertumbuhan dan Prestasi Anak di Sekolah
8 Juni 2025 14:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ya Moms, defisiensi zat besi bisa berdampak serius. Mulai dari membuat anak cepat lemas, mengganggu perkembangan motorik, bahkan hingga berisiko mengalami penurunan prestasi di sekolah.
Dokter Spesialis Anak, dr. Melia Yunita, MSc, SpA mengatakan, seorang anak membutuhkan nutrisi yang lengkap. Tumbuh kembang anak bisa optimal apabila maktonutrien dan mikronutriennya terpenuhi. Makronutrien adalah makanan yang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Sementara mikronutrien adalah vitamin dan mineral.
"Nah, zat besi termasuk di mineral. Namanya aja mikro berarti dia dibutuhkan dalam jumlah sedikit, tapi dia sedikit bukan berarti nggak penting, dia sangat penting ya," kata dr. Melia dalam program "Alfamart Sahabat Generasi Maju bersama SGM Eksplor” di Tangerang, Rabu (4/6).
Bahaya Kekurangan Zat Besi pada Anak
Otak manusia, termasuk anak-anak mengandung zat besi. Di sisi lain, kebutuhan asupan zat besi anak akan selalu meningkat. Menurut dr. Melia, kebutuhan zat besi di dua tahun pertama kehidupan anak juga tinggi.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa yang terjadi bila anak kekurangan zat besi?
Ada beberapa dampak negatif yang bisa muncul apabila seorang anak kekurangan alias defisiensi zat besi di dua tahun pertama kehidupannya. Beberapa efek yang timbul yakni pertumbuhannya kurang ideal, perkembangan motoriknya terganggu, kemampuan berjalan lambat, hingga speech delay.
"Kemudian kalau usia sekolah, ya tentu saja karena berhubungan dengan otak, akan mengganggu prestasi pada saat di sekolah. Daya konsentrasi, memori, gangguan perilaku. Ini semua akan terjadi kalau anak kita sampai anemia defisiensi besi," tuturnya.
Di sisi lain, anak yang kekurangan zat besi juga bisa terlihat pucat, lemas, dan gampang sakit. Ada pula kasus defisiensi zat besi yang membuat seorang anak mengalami pica alias keinginan mengonsumsi benda-benda yang tak lazim.
"Saya pernah punya pasien waktu saya tugas di Kalimantan, orang tuanya datang ke saya karena anaknya suka makan tembok. Tembok itu digrautin, dikorek-korek gitu, temboknya terus dimakanin. Itu bukan perilaku yang normal," ujar dr. Melia.
Setelah melakukan pemeriksaan anak tersebut mengalami pica karena defisiensi zat besi. Ketika dicek, HB anak tersebut hanya 7 sehingga membuatnya pucat, berat badannya kurang, dan perkembangannya tidak ideal.
ADVERTISEMENT
"Jadi kita harus tahu gejala-gejala ini. kalau sampai kita mencurigai ini, mohon untuk dibawa ke dokter anak, supaya bisa kita cari sebabnya," pungkas dr. Melia.