Kemenkes: 65 Persen Anak Usia Sekolah Tidak Sarapan

14 Juni 2024 13:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pelajar taman kanak-kanak RA Muslimat NU Masyithoh 09 Pringlangu mempraktekkan cara membuat makanan sarapan di Pekalongan, Jawa Tengah. Foto: ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pelajar taman kanak-kanak RA Muslimat NU Masyithoh 09 Pringlangu mempraktekkan cara membuat makanan sarapan di Pekalongan, Jawa Tengah. Foto: ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
ADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan masih banyak anak usia sekolah yang tidak sarapan di pagi hari. Padahal, sarapan pagi penting untuk membantu memenuhi nutrisi dan energi bagi anak sebelum beraktivitas selama seharian.
ADVERTISEMENT
Hal ini diungkapkan Direktur Gizi, dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI, dr Lovely Daisy, dalam Gelar Wicara Gerakan Sekolah Sehat secara daring, Kamis (13/6) kemarin.
"Kalau dari data, kita lihat 65 persen dari anak usia sekolah itu tidak sarapan," kata dr Daisy, seperti dikutip dari Antara.
Padahal, dr Daisy menyebut sarapan pagi dapat mendukung pemenuhan energi harian sebanyak 25 persen. Dan bila sampai tidak sarapan, maka kebiasaan tersebut dapat berdampak pada proses belajar anak di sekolah.
"Kan pagi ke sekolah, tidak sarapan, lalu menerima pelajaran di sekolah. Enggak bisa terbayang. Makannya baru nanti pas jajan, jajannya juga cuma yang tersedia," tuturnya.

Anak Tidak Sarapan, Lebih Memilih Jajan di Sekolah

Selain itu, permasalahan lain akibat anak tidak sarapan adalah membuat mereka lebih ingin jajan makanan tidak sehat. Ya Moms, kebiasaan anak tidak sarapan itu cenderung membuat mereka memilih untuk jajan di kantin sekolah atau pedagang kaki lima di sekitar sekolah ketika waktu istirahat.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, mayoritas jenis jajanan yang ada di lingkungan sekolah merupakan makanan kekinian. Belum lagi belum bisa dipastikan jajanan-jajanan tersebut mengandung bahan-bahan yang tidak bergizi dan terkadang kurang higienis.
com-Ilustrasi ibu dan anak sedang menyiapkan sarapan. Foto: Shutterstock
Dan juga jajanan tersebut kemungkinan besar tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi anak yang seharusnya bisa didapatkan lewat sarapan pagi.
dr Daisy pun menjelaskan betapa pentingnya jenis makanan yang perlu dikonsumsi oleh masyarakat, terutama anak-anak yang sedang masa tumbuh kembang. Yang paling utama adalah konsumsi makanan dengan kandungan gizi seimbang, sehingga kebutuhan gizi makro dan mikro terpenuhi. Zat gizi makro sendiri berupa karbohidrat, protein, lemak, dan lainnya. Sedangkan zat gizi mikro berasal dari vitamin dan mineral, yang terdapat pada buah-buahan dan sayuran.
Kurangnya kesadaran kebutuhan gizi, ditambah dengan kebiasaan jajan makanan kekinian yang semakin banyak di tengah masyarakat, membuat gizi dan nutrisi yang diperlukan tubuh jadi kurang diperhatikan.
ADVERTISEMENT
"Nah, itu yang menyebabkan sebenarnya di masyarakat kita itu banyak terjadi kekurangan zat gizi mikro. Jadi hampir di seluruh siklus kehidupan sejak balita, juga kita kekurangan zat gizi mikro," jelas dr Daisy.
Maka dari itu, Kemenkes meminta kepada orang tua agar lebih berperan aktif dalam pemenuhan gizi anak-anaknya.
"Mungkin banyak yang belum paham juga masyarakat kita bagaimana menyiapkan makanan untuk anaknya. Sehingga nutrisi yang diberikan kepada anak itu memenuhi kebutuhannya, karena kebutuhan nutrisi seseorang itu akan berbeda-beda," tutup dr Daisy.