Kisah Ibu Rela Pumping di Ruang Meeting, Ngumpet Supaya Tak Kelihatan CCTV

13 Agustus 2023 13:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kisah Ibu Rela Pumping di Ruang Meeting, Ngumpet Supaya Tak Kelihatan CCTV. Foto: best time photos/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Kisah Ibu Rela Pumping di Ruang Meeting, Ngumpet Supaya Tak Kelihatan CCTV. Foto: best time photos/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkap ibu bekerja sering kali mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air susu ibu (ASI) untuk si kecil. Hal itu terjadi karena beberapa hal, salah satunya terkait minimnya fasilitas menyusui di kantor.
ADVERTISEMENT
Olivia (29) merupakan satu dari sekian banyak ibu yang mengalami kesulitan. Ia mengaku tak bisa memompa ASI dengan nyaman saat berada di kantor. Olivia mulai merasakan kendala sejak kembali aktif bekerja setelah proses persalinan.
"Kurang lebih sekitar 3 bulanan mungkin ya sekarang. Itu kayak banyak banget kendalanya sih kak, karena kan memang di kantor itu tidak menyediakan untuk nursing room," ujar Olivia saat berbincang dengan kumparanMOM.
"Jadi dipakaikan salah satu ruangan meeting kalau kosong ya silahkan dipakai," imbuh ibu asal Surabaya, Jawa Timur tersebut.
Olovia menyebut ruang rapat tersebut juga tak menyediakan fasilitas penunjang bagi ibu menyusui. Memompa ASI di ruang rapat masih menyisakan masalah lain bagi Olivia. Sebab, terdapat kamera keamanan alias CCTV di ruang rapat kantor Olivia.
ADVERTISEMENT
"Jadi saya harus kayak ngumpet-ngumpet cari posisi yang tepat supaya nggak kelihatan CCTV gitu," imbuh Olivia.
Wanita yang bekerja di perusahaan ekspor-impor ini menyebut, apabila ruang rapat sedang digunakan, artinya ia harus memompa ASI di meja kerja.
"Saya bekerja di bagian sales atau marketing. Jadi memang ramai banget ya kondisi kantor itu kan banyak customer kadang datang. Terus juga dari apa namanya vendor-vendor yang lain juga kadang datang sehingga kantornya juga cukup rame, " imbuh Olivia.
Ia pun kini hanya bisa berharap perusahaannya memberikan dukungan untuk ibu menyusui. Ia merasa selama proses menyusui dan bekerja ini mengalami banyak tantangan. Di sisi lain, ia memiliki komitmen untuk terus memompa ASI kapanpun dan di manapun.
ADVERTISEMENT
"Saat ini anakku usianya 6 bulan setengah, jadi saya kurang lebih perjalanannya sudah 3 bulan setengah ini saya pumping di kantor. Hopefully saya masih bisa pumping terus, jadi masih bisa kasih ASI buat anak," tutup Olivia.
Sebelumnya Ketua Satuan Tugas (Satgas) ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr Naomi Esthernita mengungkap minimnya dukungan menyusui di tempat kerja menjadi salah satu penyebab berhentinya atau tidak menyusui lagi bagi perempuan pekerja.
Ilustrasi ASI Perah. Foto: thinkstock
Hampir setengah ibu bekerja berhenti menyusui karena harus kembali ke kantor. Dokter Naomi mengungkap hal itu dalam diskusi Pekan Menyusui Sedunia 2023 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (7/8).
“Dengan keterbatasan dukungan menyusui di tempat kerja itu menyebabkan berhentinya atau tidak menyusui lagi, ibu-ibu yang harusnya menyusui lebih lama tapi jadinya berhenti lebih awal karena harus masuk kerja,” ujar Dokter Naomi.
ADVERTISEMENT
Dokter Naomi mengatakan pihaknya memiliki data, yakni sebanyak 45 persen wanita atau perempuan pekerja di Indonesia berhenti menyusui karena kembali bekerja. Padaha menyusui akan mencegah 20.000 kematian ibu dan kasus kanker payudara setiap tahunnya. Menyusui juga mencegah 823.000 kematian bayi setiap tahunnya.
Dukungan menyusui di tempat kerja, kata Dokter Naomi, penting. Terlepas dari apapun tempat pekerjaannya, tipe kerjaannya dan pekerjaan apa yang dilakukannya.
Ia juga menambahkan saat ini lebih dari setengah miliar wanita bekerja memiliki akses yang kurang terhadap peraturan maternitas. Selain itu, mereka juga sering kali tidak mendapat dukungan untuk kembali bekerja setelah melahirkan.
“Sebenarnya perempuan itu punya hak untuk satu atau lebih jeda harian untuk breastfeeding break atau pengurangan waktu kerja untuk menyusui atau memerah, durasi atau prosedur jam tersebut ditentukan oleh undang-undang kebijakan nasional jam menyusui dihitung sebagai waktu kerja dan dibayar,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Kepala departemen pediatri Universitas Tarumanegara ini membeberkan beberapa manfaat dukungan menyusui di tempat kerja. Pertama perusahaan akan mendapat image yang sangat baik karena mendukung wanita-wanita pekerja. Kedua, menurunkan jumlah permintaan cuti. Ketiga menurunkan ketidakhadiran yang berkaitan dengan maternitas.
Keempat meningkatkan jumlah pekerja wanita. Terakhir menurunkan angka turnover atau pengunduran diri karyawan.
Dokter Naomi mengatakan bentuk dukungan yang bisa diberikan perusahaan untuk wanita pekerja yang menyusui adalah dengan menyediakan ruang laktasi yang layak untuk menyusui dan memerah ASI. Perusahaan juga bisa menyediakan tempat menyimpan ASI di area yang layak serta bersih, sehingga tidak harus memerah di toilet yang tidak higienis.
“Ruang laktasi ini harus bersih, nyaman, aman dan privat untuk ibu, harus cukup space-nya untuk bisa digunakan si Ibu dan mudah dijangkau, ada furniturenya, ada air bersih, ada penerangan cukup, ventilasi cukup dan jangan lupa kebersihan,” jelas Naomi.
ADVERTISEMENT