Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Klinik Konseling Autoimun: Solusi agar Masyarakat Tidak Bingung Lagi
12 Februari 2018 16:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Ini penyakit apa? Harus konsultasi pada dokter spesialis apa dan di mana? Apakah ada obatnya? Bisakah disembuhkan penyakitnya? Bagaimana saya bisa terus beraktivitas dan menjalankan hidup dengan penyakit ini? Masih mungkinkah saya punya anak dan kelak menyusui?
ADVERTISEMENT
Ini adalah sedikit dari banyaknya pertanyaan yang umumnya dimiliki mereka yang didiagnosis mengalami penyakit autoimun. Tidak heran, penyakit ini memang masih sulit dikenali apalagi dipahami.
Tidak hanya karena jenisnya mencapai ratusan, tapi karena gejala-gejala yang timbul sangat beragam dan bisa berbeda-beda pada setiap orang. Karenanya, dokter yang menangani penyandang autoimun juga tergantung dari jenis penyakit autoimun yang diderita.
"Karena jenis penyakitnya beragam, artinya menanganinya tidak mungkin bisa dipukul rata. Harus betul-betul dikenali dulu satu persatu," ujar dr.Andini S. Natasari MRes Immunobiology yang akrab dipanggil Dinis, Founder dan Ketua Umum Komunitas Autoimun Indonesia (IMUNESIA) kepada kumparanMom (kumparan.com) Sabtu, 10 Februari 2018.
Dinis menjelaskan,"Dengan pengenalan yang baik, pengendalian yang teratur dan pola hidup yang disesuaikan dengan kondisi maupun jenis penyakitnya, penyandang autoimun dapat menjalani hidup yang berkualitas bahkan bisa mencapai remisi yang artinya penyakitnya tidak aktif menyerang lagi."
ADVERTISEMENT
Hari itu, Dinis menemui kumparanMom ditemani wakilnya, Sari Saphera."Orang biasanya hanya tahu penyakit autoimun itu Lupus, Arthritis Rheumatoid atau Vitiligo. Padahal masih ada banyak sekali jenisnya yang lain," kata Sari.
"Ada Myasthenia Gravis atau kelemahan otot, Vasculitis atau peradangan pembuluh darah, Antiphospolipid Syndrome atau pengentalan darah, penyakit Addison, Hashimoto dan ratusan lainnya yang saat ini sudah diketahui. Saya sendiri menyandang 4 jenis penyakit autoimun; Sjogren Syndrom, Rheumatoid Arthritis, Antiphospolipid Syndrome dan Mysositis," lanjut Sari yang sehari-hari berprofesi sebagai desainer grafis dan memiliki 3 orang anak.
"Nama-nama penyakitnya sulit disebut, ya? Karena memang tidak banyak yang mengerti. Padahal kasus autoimun di Indonesia semakin meningkat. Setiap hari, komunitas kami tidak henti-hentinya menerima email, pesan, telepon dari banyak orang yang menyandang penyakit ini. Usia penderitapun beragam, tak pandang bulu dari tua juga muda."
ADVERTISEMENT
Penjelasan Sari mengingatkan kumparanMom (kumparan.com) akan kisah Waqi , bayi berusaha 1 tahun 8 bulan di Bogor yang menderita penyakit autoimun yang menyebabkan seluruh tubuhnya melepuh, memerah, gatal dan berdarah dan sempat menjadi viral.
Jadi sebenarnya, 'mahluk' apakah penyakit autoimun itu?
Autoimun adalah suatu kondisi di mana terjadi kesilapan sistem imun atau kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh seseorang seharusnya menjadi tentara untuk melawan ancaman asing yang memasuki tubuh, namun pada penyadang autoimun sistem kekebalan tubuhnya tidak dapat mengenali mana yang lawan dan mana yang kawan. Akhirnya, semua dianggap sebagai musuh.
Selain tidak mengenal usia, autoimun juga tidak mengenal jenis kelamin alias dapat menyerang wanita maupun pria. Namun, memang lebih banyak wanita yang mengalaminya.
ADVERTISEMENT
Penyakit autoimun kebanyakan adalah penyakit yang kronik, artinya penyakitnya lama diidap. Karena itu, penanganan dan pengendalian yang baik akan penyakit ini sangat diperlukan.
Bila tidak ditangani dan dikendalikan dengan benar, penyakit autoimun dapat menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi hingga menyebabkan kecacatan permanen atau kematian.
"Masalahnya, di Indonesia jumlah dokter dan pasien autoimun belum berimbang. Akibatnya antrian dokter panjang sekali dan seringkali dokter tidak punya cukup waktu untuk menjelaskan betul seputar penyakit autoimun yang diderita palagi membahas pola hidup yang sesuai untuk diterapkan oleh masing-masing penyandang," Sari melanjutkan.
"Akhirnya, penyandang kebingungan, merasa frustrasi bahkan depresi. Kalau sudah begini, makin sulit deh, untuk mengendalikan penyakitnya," tukas Sari.
Inilah yang akhirnya mendorong dr.Eliza Mirabella, CHt --salah satu pendukung IMUNESIA-- untuk menggagas didirikannya sebuah klinik konseling autoimun bersama Dinis dan beberapa dokter umum lainnya.
ADVERTISEMENT
"Di sini ada beberapa orang dokter umum yang dapat membantu mengarahkan bila Anda curiga mengidap autoimun. Kami bantu mengarahkan dokter spesialis apa yang seharusnya didatangi, sekaligus memberi konseling dan edukasi bagi penyandang maupun keluarganya," ujar Eliza.
Selain konseling dan edukasi, mereka juga menawarkan hipnoterapi yang berperan besar agar pasien dapat mengatasi emosi negatif dan terus termotivasi untuk mencapai remisi.
Berlokasi di Klinik Guntur, Jl.Guntur No.,32-36, Setiabudi, Jakarta Selatan, Klinik Konseling Autoimun kini memiliki dua ruang praktik dan dokter yang siap membantu masyarakat agar tak bingung dan frustrasi lagi dalam mencari bimbingan dan edukasi seputar penyakit ini.
Tapi Anda perlu membuat janji lebih dulu melalui email [email protected] atau telepon +6287851310438.
ADVERTISEMENT