Komik: Persiapan Penting sebelum Anak Kembali Sekolah

13 Januari 2021 15:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kembali ke sekolah saat pandemi. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kembali ke sekolah saat pandemi. Foto: kumparan
Setelah menerapkan proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) dalam kurun waktu yang cukup lama, pemerintah pusat menyerahkan keputusan kepada pemerintah daerah untuk mengadakan sekolah tatap muka mulai Januari 2021.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti, memberikan beberapa anjuran yang harus ditetapkan jika memang sekolah akan dibuka di tahun 2021. Mulai dari kesiapan fasilitas sekolah maupun penerapan protokol kesehatan pada tenaga pendidik dan murid.
Tak hanya itu, untuk melindungi si kecil agar tetap sehat meski harus kembali ke sekolah, ada beberapa tips yang bisa Anda lakukan. Apa saja?

1. Jaga pola tidur anak

Ilustrasi saat mengajak anak tidur tepat waktu. Foto: kumparan
Kualitas dan kuantitas tidur yang baik tidak hanya menjaga kesehatan anak, tetapi juga menunjang tumbuh kembangnya.
Pada usia 6-12 tahun, anak membutuhkan waktu tidur sekitar 8-10 jam per hari. Agar anak dapat tidur nyenyak dan sesuai waktu yang dianjurkan, Anda bisa meredupkan pencahayaan di kamar anak, memijatnya selama 15 menit, dan memasang musik instrumental pengantar tidur.

2. Penuhi kebutuhan gizi dengan menerapkan Isi Piringku

Ilustrasi sarapan sebelum berangkat sekolah. Foto: kumparan
Gizi memegang peranan penting untuk menjaga kesehatan anak. Agar nutrisi makro dan mikro si kecil terpenuhi, Anda dapat menerapkan konsep Isi Piringku dari Kemenkes. Bagilah isi piring menjadi tiga bagian: sepertiga untuk makanan pokok, sepertiga untuk sayuran, dan sepertiga lagi untuk lauk dan buah.

3. Siapkan beberapa masker dan sanitary kit di tasnya

Ilustrasi kegunaan sanitary kit di tas anak. Foto: kumparan
Pastikan masker yang digunakan adalah masker ukuran anak ya, Moms. Hal itu penting agar si kecil nyaman dan bisa memberikan perlindungan efektif. Bila menggunakan masker kain, Anda dapat menyiapkan beberapa masker di tas si kecil agar ia bisa menggantinya setiap 4 jam sekali atau saat masker yang digunakannya basah atau kotor.
Agar si kecil patuh menggunakan masker dan protokol kesehatan lainnya, Anda dapat memberikan penjelasan mengenai COVID-19 serta cara penularan dan pencegahannya dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami si kecil.
Dalam Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran yang dikeluarkan Kemendikbud, ada beberapa hal yang perlu dibawa anak saat kembali ke sekolah. Mulai dari membawa masker cadangan serta pembungkus untuk masker kotor, hand sanitizer, makanan beserta alat makan dan air minum sesuai kebutuhan, hingga perlengkapan pribadi yang meliputi alat belajar, alat ibadah, alat olahraga, maupun alat lain sehingga tidak perlu meminjam.

4. Edukasi anak soal 3M

Ilustrasi mengedukasi anak soal 3M. Foto: kumparan
Mengedukasi anak soal gerakan 3M juga penting dilakukan. Gerakan 3M mencakup memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak minimal 1,5 meter saat harus keluar rumah.
Saat mengedukasi tentang 3M, orang tua perlu memosisikan diri sebagai teman bermain anak dalam menjelaskan berbagai hal soal virus corona.
Agar tidak menakut-nakuti anak, Anda bisa menggunakan video animasi, lagu, maupun dongeng. Ya Moms, membacakan dongeng adalah salah satu metode yang bisa membuat anak lebih cepat menyerap informasi.
Selain itu, Anda perlu memberikan contoh nyata ketika menerapkan gerakan 3M. Sebab, akan percuma bila orang tua hanya mengajarkannya pada anak, namun tidak mempraktikkan apa yang telah Anda ajarkan.
Mulailah dengan kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan aktivitas. Saat mengajak si kecil cuci tangan, Anda dapat menyanyikan lagu cuci tangan dengan bercerita setiap malam. Dengan begitu, anak pun tidak merasa terpaksa untuk bisa mencuci tangan dengan benar dan lebih sering.
Edukasi 3M ini penting untuk membentuk perilaku disiplin menerapkan protokol kesehatan ketika kembali ke sekolah. Setiap sekolah akan mempunyai SPO (Standar Prosedur Operasional) detail ketika anak sudah diperbolehkan kembali ke sekolah, seperti pengecekan suhu tubuh, cuci tangan pakai sabun, menerapkan jaga jarak, bawa bekal makanan/snack dari rumah, dan sebagainya.
Sehingga, Anda pun harus menanyakan ke pihak sekolah apa saja aturan-aturan yang berlaku, sekaligus selalu mengingatkan anak-anak untuk menaati aturan dengan selalu menerapkan 3M.
Kenapa Cuci Tangan itu Penting?
Ilustrasi anak cuci tangan. Foto: Shutterstock
Meski terlihat sederhana, cuci tangan ternyata bisa mengurangi penularan kuman, menurunkan risiko ISPA hingga 20 persen, dan mengurangi diare sebesar 30-48 persen. Salah satu penelitian bahkan menyatakan bahwa praktik cuci tangan pakai sabun di masa pandemi ini dapat mengurangi risiko infeksi COVID-19 sebesar 36 persen.
Melihat pentingnya cuci tangan, Save the Children Indonesia mengadakan serangkaian kegiatan dalam sebuah koalisi delapan negara untuk mempromosikan kembali pentingnya cuci tangan di suasana pandemi ini melalui beberapa program seperti program HBCC (Hygiene Behavior Change Coalition) dan konsorsium BISA (Better Investment for Stunting Alleviation).
Dalam sebuah survei global tahun 2020, Save the Children Indonesia menemukan bahwa 39 persen rumah tangga tidak memiliki sabun atau pembersih tangan. Bahkan sebanyak 13 persennya tidak bisa mengakses air bersih. Secara global, 3 dari 10 orang tua dengan disabilitas dan 2 dari 5 laki-laki dewasa dengan disabilitas mengatakan mereka sangat tergantung pada layanan hantaran air ke rumahnya.
Oleh sebab itu melalui program HBCC, Save the Children Indonesia telah meningkatkan akses cuci tangan pakai sabun di Jakarta Utara dan Kabupaten Bandung Barat dengan cara mendistribusikan 194 fasilitas cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan sistem pedal kaki serta mendistribusikan paket kebersihan sekolah yang terdiri dari disenfektan, sabun cuci tangan, APD (alat perlindungan diri) ke 40 sekolah di Jakarta Utara dan dan Kab. Bandung Barat, menyerahkan 1.200 paket kebersihan keluarga didistribusikan kepada keluarga menengah kebawah dengan ibu hamil, dan memberikan 21.989 paket siaga COVID-19 untuk murid dan guru di 40 sekolah dampingan. Paket Siaga COVID-19 ini berisi sabun cair, masker, hand sanitizer, serta dilengkapi dengan stiker/poster cuci tangan pakai sabun.
Fasilitas cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan sistem pedal kaki dari program HBCC. Foto: dok. Save The Children Indonesia
Tak hanya itu, Save the Children Indonesia pun mengadakan pelatihan dan dampingan satuan pendidikan untuk membuat dokumen panduan KBM di masa pandemi COVID-19 sekaligus SPO yang berasal dari turunan operasional panduan dari Kemendikbud maupun panduan di tingkat kota/kabupaten sebagai bentuk dukungan kembali ke sekolah dan mendorong lingkungan yang aman bagi warga sekolah.
Save the Children Indonesia juga mendampingi sekolah membentuk satgas COVID-19 di tingkat sekolah yang terdiri dari 3 tim: pembelajaran, tata ruang dan psikososial; kesehatan dan kebersihan, serta humas dan pelatihan. Kapasitas satgas COVID-19 juga diperkuat dengan melakukan fungsi-fungsi tertentu. Seperti mengadakan pelatihan desinfeksi sekolah, pelatihan merancang program ramah anak serta pelatihan pengambilan foto dan penulisan konten di media massa maupun media sosial.
Fasilitas cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan sistem pedal kaki dari program HBCC. Foto: dok. Save The Children Indonesia
Selama kegiatan program HBCC berlangsung, sudah ada 1.416.222 penerima yang merasakan manfaatnya. Ke depannya, Save the Children Indonesia akan mengadakan kegiatan kampanye pesan pencegahan penularan COVID-19 dan antistigma secara intensif melalui sosialisasi, webinar, radio talkshow, maupun liputan media massa; melakukan kegiatan pelatihan berjenjang kepada orangtua dan murid, nakes, kader posyandu; serta guru, dan mendukung satuan pendidikan melakukan kegiatan KBM di masa pandemi dengan aman dan nyaman untuk semua warga sekolah.
Selain itu, Save The Children Indonesia juga akan melakukan penguatan program UKS di tingkat sekolah untuk keberlanjutan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada anak usia sekolah sebagai bentuk advokasi.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Save the Children