Komplikasi saat Persalinan yang Perlu Diwaspadai

2 Juni 2021 16:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Ilustrasi ibu melahirkan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu melahirkan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Setiap wanita tentu ingin bisa melahirkan dengan tenang dan minim trauma. Hingga akhirnya proses persalinan usai dan bisa bertemu dengan buah hati yang telah lama dinanti-nanti.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, saat proses persalinan, ada beberapa komplikasi yang perlu diwaspadai. Apalagi, ada beberapa kondisi tertentu pada ibu yang menyebabkan lebih rentan terhadap komplikasi. Mulai dari usia kehamilan yang lebih dari 42 minggu, usia ibu di atas 35 tahun, hingga kondisi medis tertentu.
Dikutip dari Medical News Today dan Healthline Parenthood, berikut adalah komplikasi kehamilan yang perlu diwaspadai. Dengan begitu, Anda bisa melakukan upaya pencegahan, Moms.

Komplikasi saat Proses Persalinan

1. Persalinan tidak berkembang
Ilustrasi ibu melahirkan. Foto: Shutterstock
Persalinan lama, persalinan yang tidak berlanjut, atau gagal berkembang adalah saat persalinan berlangsung lebih lama dari yang diharapkan. Menurut American Pregnancy Association (APA), persalinan dikatakan lama bila berlangsung lebih dari 20 jam. Penyebab persalinan lama bisa terjadi karena pembukaan yang lambat, bayi besar, jalan lahir atau panggul kecil, melahirkan banyak bayi, serta faktor emosional, seperti kekhawatiran, stres dan takut. Kondisi ini biasanya akan ditangani dengan induksi atau operasi caesar.
ADVERTISEMENT
2. Gawat janin
Gawat janin (fetal distress) adalah kondisi status janin yang tidak meyakinkan atau tampak tidak sehat. Dikatakan gawat janin ketika detak jantung bayi tidak teratur, terdapat masalah pada otot atau gerakan dan air ketuban yang pecah. Kondisi ini disebabkan oleh tingkat oksigen yang tidak mencukupi bayi, anemia atau hipertensi yang dialami ibu dan cairan ketuban yang bernoda atau mekonium. Komplikasi ini biasanya terjadi pada kehamilan yang berusia 42 minggu atau lebih.
3. Asfiksia perinatal
Ilustrasi ibu hamil yang akan melahirkan. Foto: Shutter Stock
Asfiksia perinatal didefinisikan sebagai gagal memulai dan mempertahankan pernapasan saat bayi lahir. Ini bisa terjadi sebelum, selama atau segera setelah melahirkan, karena bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup di dalam kandungan. Komplikasi ini memiliki risiko fatal karena dapat menyebabkan hipoksemia, atau kadar oksigen rendah, tingkat karbondioksida yang tinggi dan asidosis, atau terlalu banyak asam dalam darah.
ADVERTISEMENT
4. Distosia bahu
Distosia bahu adalah ketika kepala bayi berhasil dilahirkan melalui vagina tetapi bahu tetap berada di dalam. Komplikasi ini tidak umum, tapi lebih mungkin memengaruhi ibu yang belum pernah melahirkan sebelumnya. Kondisi ini biasanya akan ditangani dengan mengubah posisi ibu, memutar bahu bayi secara manual, hingga operasi pelebaran vagina untuk memberi ruang bagi bahu.
5. Pendarahan berlebihan
Ilustrasi persalinan. Foto: Shutter Stock
Rata-rata, wanita kehilangan 500 ml darah saat melakukan persalinan normal. Sementara untuk persalinan caesar biasanya darah yang hilang sebanyak 1.000 ml. Ini bisa terjadi setelah melahirkan atau hingga 12 minggu kemudian, dalam kasus perdarahan sekunder. Sekitar 80 persen kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh kurangnya tonus uterus.
Pendarahan terjadi setelah plasenta dikeluarkan, karena kontraksi rahim terlalu lemah dan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup pada pembuluh darah di tempat plasenta menempel pada rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan tekanan darah rendah, kegagalan organ, syok, hingga kematian.
ADVERTISEMENT
6. Malposisi
Tidak semua bayi berada dalam posisi terbaik untuk persalinan normal. Menghadap ke bawah adalah posisi lahir bayi yang paling umum, tapi beberapa bayi mungkin berada pada posisi lain. Misalnya sungsang atau menghadap ke atas, berbaring menyamping, horizontal melintasi rahim, bukan vertikal.
7. Plasenta previa
Ilustrasi melahirkan dengan operasi caesar. Foto: Shutterstock
Plasenta previa adalah kondisi ketika plasenta menutupi bukaan serviks, sehingga bayi harus dilahirkan melalui operasi caesar. Kondisi ini dapat mempengaruhi 1 dari 200 kehamilan pada trimester ketiga. Plasenta previa bisa terjadi pada mereka yang pernah melahirkan sebanyak 4 kali atau lebih sebelumnya, pernah operasi caesar, mengalami kehamilan multipel, berusia di atas 35 tahun dan memiliki fibroid.
Biasanya bila dalam pemeriksaan USG, ibu diketahui mengalami plasenta previa, maka dokter akan langsung menyarankan untuk melakukan operasi caesar demi keselamatan ibu dan bayi.
ADVERTISEMENT
8. Disproporsi sefalopelvis
Disproporsi sefalopelvis adalah kondisi ketika kepala bayi tidak dapat masuk melalui panggul ibu. Menurut American College of Nurse Midwives, disproporsi sefalopelvis terjadi pada 1 dari 250 kehamilan. Kondisi ini terjadi apabila bayi besar atau memiliki ukuran kepala yang besar, bayi berada dalam posisi yang tidak biasa, atau panggul ibu yang kecil.
Penulis: Hutri Dirga Harmonis