Lebih Baik Mana, Anak Sunat saat Bayi, Balita atau Usia SD?

23 September 2019 17:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sunat anak laki-laki. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sunat anak laki-laki. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Jika punya anak laki-laki, entah masih bayi, balita atau sudah masuk usia SD, sunat tampaknya jadi salah satu yang umumnya jadi perhatian kelurga Muslim. Bahkan tak jarang, keluarga yang bukan beragama Islam pun mempertimbangkannya. Sebab dari sisi kesehatan, sunat anak laki-laki memang banyak manfaatnya. Kulup yang menutupi ujung penis itu perlu dipotong untuk menghindari risiko infeksi atau timbul rasa gatal.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, tradisi menyunat anak biasanya dilakukan saat di usia sekolah dasar, antara 5 sampai 12 tahun. Tapi Anda mungkin juga pernah mendengar ya Moms, ada keluarga yang menyunat anak laki-laki mereka sejak bayi atau balita.
Nah, sebenarnya kapan waktu terbaik menyunat anak?
Ilustrasi sunat anak laki-laki. Foto: Shutterstock
Dokter spesialis bedah saraf sekaligus pemilik Rumah Sunat dr. Mahdian menjelaskan, anak laki-laki justru sebaiknya disunat saat bayi, sebelum si kecil berusia 6 bulan atau sebelum lincah tengkurap sendiri.
"Sebaiknya lagi justru sebelum bayi berumur 40 hari. Kalau masih kecil itu, pembuluh darahnya juga masih kecil-kecil, sehingga sangat kecil risiko perdarahan dan tentunya lebih cepat proses penyembuhannya karena regenarasi selnya sangat cepat," ungkap dr. Mahdian kepada kumparanMOM beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Praktik sunat saat bayi mungkin masih jadi kekhawatiran tersendiri bagi sebagian orang tua. Banyak orang tua yang khawatir, sunat saat bayi justru berisiko untuk kesehatan si kecil .
Terkait hal itu, dr. Mahdian memastikan, selama teknik dan prosedurnya benar, sunat saat bayi aman dilakukan. Selain itu, sunat saat bayi juga tidak akan memunculkan trauma psikologis, karena di usia itu si kecil belum bisa ingat apapun.
"Kalau ada penelitian yang mengatakan sunat saat bayi berbahaya, itu harus dipelajari lagi kenapanya. Apakah teknisnya salah, sehingga bisa terjadi perdarahan? Atau bayinya mungkin memang punya kelainan sehingga mudah perdarahan. Itu harus dicari tahu kenapanya. Tapi selama tekniknya benar, harusnya aman-aman saja," kata dokter spesialis bedah saraf itu.
Ilustrasi sunat anak laki-laki. Foto: Shutterstock
Lantas, bagaimana jika anak Anda sudah berumur 1 lebih atau masuk usia balita dan sedang aktif-aktinya bergerak? Lebih baik disunat di usia tersebut atau menunggu hingga usia sekolah dasar?
ADVERTISEMENT
"Kalau sudah di usia satu atau dua tahun, memang ada kesulitan. Dia misalnya, tahu nih kalau ada klem di alat kelaminnya, akhirnya ditarik, digaruk-garuk, jadi berdarah. Belum lagi, kalau tidur berisiko kegesek-gesek juga bisa berdarah. Sehingga memang sebaiknya dilakukan saat bayi belum bisa tengkurap," jelas dr. Mahdian.
Jadi jika anak Anda sudah balita dan belum disunat, Anda sebaiknya memeriksakan terlebih dahulu kondisi kelamin si kecil ke dokter spesialis anak. Jika tidak ada tanda-tanda penyempitan di saluran kencing, Anda bisa menunggu waktu sunat anak hingga ia bisa diajak untuk berkomunikasi.
Namun, jika ada tanda-tanda penyempitan, Anda bisa berdiskusi lebih lanjut dengan dokter, apakah anak perlu disunat dalam waktu dekat atau tidak.
ADVERTISEMENT