Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengenal Shyamala Gopalan: Perempuan Imigran Asal India Ibunda Kamala Harris
19 November 2020 18:04 WIB
ADVERTISEMENT
Kesuksesan Kamala Harris menapaki karier sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat terpilih, memang menarik untuk diperbincangkan. Ya Moms, Kamala Harris mencetak prestasi sebagai Wakil Presiden perempuan pertama di Amerika Serikat, yang bahkan bukan berasal dari golongan kulit putih.
ADVERTISEMENT
Pencapaian Kamala di panggung politik, nyatanya memang tak lepas dari sosok sang ibu, Shyamala Gopalan. Perempuan berdarah India itu, merupakan inspirasi Kamala untuk terus belajar, berjuang, dan membuat perubahan.
Lantas, seperti apa sosok Shyamala Gopalan?
Ibunda Kamala Harris Merantau ke Amerika di Usia 19 Tahun
Ibunda Kamala Harris, Syhamala Gopalan, merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ia lahir pada 7 April 1938 di Chennai, ibukota Negara Bagian Tamil Nadu. Meski tumbuh di tengah keluarga Hindu berkasta Brahmana, ayah Shyamala selalu berpikiran terbuka untuk pendidikan anak-anaknya.
Syhamala muda berhasil lulus di Jurusan Kesehatan Masyarakat, Lady Irwin College, India. Ketika berusia 19 tahun, Shyamala berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke Amerika.
ADVERTISEMENT
Menariknya, ayah Syhamala tak melarang hasrat anaknya itu. Padahal, hal tersebut bisa dibilang melangkahi adat, karena perempuan India dari kasta Brahmana tidak boleh pergi ke luar negeri sebelum menikah.
Shyamala pun dengan berani akhirnya memutuskan meninggalkan India untuk mengejar pendidikan di University of California, Berkeley, AS. Bahkan, sang ayah mendukung penuh dengan rela membiayai kuliah Shyamala dan biaya hidup pada tahun pertama dari tabungan pensiunannya.
“Di masa itu (1950-an), jumlah perempuan India yang pergi ke Amerika untuk kuliah – mungkin tak sampai dua digit. Tetapi ayah saya orang yang terbuka. Dia bilang, ‘jika kamu diterima masuk, maka pergilah,’” kata adik Shyamala, Balachandran Gopalan, adik kepada LA Times, 25 Oktober 2019.
ADVERTISEMENT
Seperti Kamala, sang ibu juga sangat berprestasi dan seseorang yang mengejar karirnya dengan penuh keyakinan.
“Saya berterima kasih kepada perempuan yang paling bertanggung jawab atas eksistensi saya di sini, ibu saya, Shyamala Gopalan Harris. Saat dia datang ke sini dari India di usia 19 tahun, mungkin dia takkan membayangkan momen ini. Namun dia sangat percaya pada Amerika di mana momen seperti ini adalah hal yang mungkin,” ujar Kamala.
Darah Aktivis Kamala Harris Diturunkan dari Sang Ibu
Dikutip dari Marie Claire, dalam otobiografi Kamala Harris, The Truths We Hold: An American Journey, Kamala menceritakan bagaimana sang ibu bertemu dengan ayahnya, Donald Jasper Harris, di kampus yang sama. Shyamala dan Donald pertama kali bertemu dalam sebuah rapat Afro American Association di Berkeley pada musim gugur 1962.
ADVERTISEMENT
Saat itu Donald menjadi salah satu pembicaranya dan membahas soal kesejajaran antara negara asalnya, Jamaikan dan Amerika. Ketika pertemuan selesai, Gopalan tetap berkeliling untuk memperkenalkan dirinya.
"Penampilan yang menonjol dibandingkan dengan semua orang lain dalam kelompok pria dan wanita," kata Donald kepada New York Times, saat mengingat kembali momen itu.
Ya, Kamala sebenarnya tidak berniat menetap di Amerika setelah lulus kuliah. Namun, setelah bertemu dengan Donald dan keduanya saling jatuh cinta, Kamala memutuskan untuk menikah dan menetap di Amerika bersama suaminya.
Orang tua Shyamala pun akhirnya memberi restu setelah Donald datang ke India untuk meminta izin menikahi Shyamala.
“Saya membayangkan betapa sulit bagi kakek nenek saya merelakan ibu saya pergi, namun ibu saya mendapat restu pindah ke California dan kakek saya tak melarang. Dia masih remaja saat masuk Berkeley pada 1958 untuk mengejar gelar S2 di bidang nutrisi dan endokrin, mengejar cita-citanya menjadi peneliti kanker payudara,” kata Kamala.
ADVERTISEMENT
Sosok Ibu Tunggal yang Tangguh
Shyamala tetap giat dalam belajar dan menjadi aktivis dalam menyerukan HAM dan anti-Perang Vietnam hingga akhirnya mengandung Kamala. Gelar PhD juga sukses ia raih pada Februari 1964.
Shyamala kemudian bekerja di Departemen Zoologi dan Laboratorium Riset Kanker Berkeley hingga punya anak kedua, Maya Lakhsmi Harris, yang lahir pada 1967. Namun, biduk rumah tangga Shyamala-Donald retak pada 1969. Dua tahun berselang keduanya bercerai, saat Kamala berusia 7 tahun.
“Mereka berpisah tak lama setelah ayah mengambil pekerjaan di Universitas Wisconsin. Mereka tak memperebutkan uang, melainkan buku-buku. Saya sering berpikir seandainya mereka saat itu sudah lebih matang secara emosi dan usia, mungkin pernikahan mereka akan bertahan,” kata Kamala.
ADVERTISEMENT
Shyamala pun menjadi ibu tunggal ketika membesarkan kedua putrinya di sebuah duplex di Bancroft Way, Berkeley. Meski menjalani hari-hari yang tak mudah, Shyamala tetap aktif memperjuangkan persamaan ras.
Dia membimbing siswa kulit berwarna, menasihati wanita Afrika-Amerika yang berjuang melawan kanker payudara, dan menanamkan aktivisme politik pada putrinya.
"Ibu saya dibesarkan dalam keluarga di mana aktivisme politik dan kepemimpinan sipil muncul secara alami," tulis Kamala Harris di The Truths We Hold.
Ia melanjutkan, "Dari kedua kakek nenek saya, ibu saya mengembangkan kesadaran politik yang tajam. Dia sadar akan sejarah, sadar akan perjuangan, sadar akan ketidakadilan. Dia dilahirkan dengan rasa keadilan yang tertanam di jiwanya."
Inspirasi dari Ibu dan Karier Kamala Harris
ADVERTISEMENT
Kamala kerap mengunggah foto ibunya di media sosial hingga saat ini. Ia bahkan dengan terang-terangan menyebut Shyamala sebagai inspirasinya maju menjadi calon wakil presiden tahun 2019. Pada 10 Juli 2019, Kamala mengunggah foto bersama sang ibu dan adiknya, Maya, dan menuliskan betapa bangganya punya ibu seperti Shyamala.
"Adikku Maya dan aku dibesarkan oleh ibu yang kuat... Dia mengajari kami tidak hanya untuk bermimpi, tetapi juga untuk melakukan. Dia mengajari kami untuk percaya pada kekuatan kami untuk memperbaiki apa yang salah," tulis Shyamala.
"Dia adalah tipe orang tua yang jika kamu pulang ke rumah dan mengeluh tentang sesuatu, dia akan berkata 'Lalu, apa yang akan kamu lakukan?' Jadi saya memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai Presiden Amerika Serikat," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Kamala Harris beberapa kali sempat menggambarkan sosok sang ibu dalam pidatonya, “Ibu saya, yang membesarkan saya dan saudara perempuan saya, adalah wanita yang penuh kebanggaan. Dia adalah seorang wanita berkulit coklat. Dia adalah wanita dengan aksen yang kental.”
“Dia adalah seorang wanita yang, sering kali, orang akan mengabaikannya atau tidak menganggapnya serius. Atau karena aksennya, diragukan kecerdasannya. Ibu saya selalu berusaha membuktikan bahwa mereka salah!" tambahnya.
Dalam pidatonya di Konvensi Nasional Demokrat 2020, Kamala juga sempat menceritakan betapa besar pengaruh sang ibu terhadap hidupnya.
"Bahkan saat dia mengajari kami untuk menjaga keluarga kami di 'pusat dunia' kami, dia juga mendorong kami untuk melihat dunia di luar," kata Kamala.
ADVERTISEMENT
"Dia mengajari kami untuk sadar dan berbelas kasih tentang perjuangan semua orang. Untuk percaya layanan publik adalah tujuan mulia dan perjuangan untuk keadilan adalah tanggung jawab bersama," tambahnya.
Peneliti Kanker Payudara
Shyamala kemudian memboyong dua putrinya ke Montreal, Kanada, lantaran menerima dua pekerjaan sekaligus di Lady Davis Institute for Medical Research dan Fakultas Medis Universitas McGill.
Sepanjang karier penelitiannya yang berfokus pada hubungan hormon progesteron dan kanker payudara, Shyamala setidaknya berhasil menghasilkan tujuh laporan jurnal kesehatan.
“Estrogenic of Murine Uterine 90-kilodaton Heat Shock Protein Gene Expression” sebagai jurnal pertamanya terbit pada Agustus 1989 dan “Cellular Expression of Estrogen and Progesterone Receptors in Mammary Gland: Regulation by Hormones Development and Aging” sebagai jurnal terakhirnya terbit pada 2002. Penelitian terakhirnya dikerjakan Shyamala ketika sudah kembali ke Lawrence Berkeley National Laboratory, California seraya aktif di organisasi amal Breast Cancer Action.
ADVERTISEMENT
"Dia memberikan kontribusi substansial pada bidang hormon dan kanker payudara, menerbitkan penelitiannya di jurnal yang tak terhitung jumlahnya dan menerima banyak penghargaan. Penemuannya memicu banyak kemajuan terkait peran progesteron dan reseptor selulernya di payudara," kata Kamala.
Peran Ibunda saat Kamala Disumpah Menjadi Senator
Awal Januari 2004, Kamala mengucapkan sumpah dalam pelantikannya sebagai senator. Kala itu, sang ibu hadir, bahkan memegang alkitab saat Kamala mengucapkan sumpahnya.
Dengan mata berkaca-kaca penuh kebanggaan, Shyamala tampak fokus memperhatikan kata per kata dari serangkaian kalimat sumpah yang diucapkan Hakim Agung California Ronald M. George. Kamala Harris adalah perempuan dan Afro-Amerika pertama yang terpilih menjadi jaksa distrik di San Francisco.
Namun ternyata, itu adalah momen terakhir sang ibu bisa mendamping Kamala dilantik. Shyamala wafat tahun 2009, sehingga ia tak lagi mendampingi ketika Kamala dilantik jadi Jaksa Agung California pada 2011, anggota Senat Amerika Serikat pada 2017 dan nanti pada saat Kamala dilantik sebagai wakil presiden Amerika.
ADVERTISEMENT
Meninggal karena Kanker Kolon
Pada 11 Februari 2009, Shyamala mengembuskan napas terakhir di usia 70 tahun karena menderita kanker kolon atau usus besar. Jenazahnya dikremasi dan abunya dibawa Kamala untuk dilarung di pantai selatan Chennai sesuai tradisi Hindu.
“Breast Cancer Action menyatakan penghormatannya kepada Shyamala G. Harris. Seorang ilmuwan terkemuka dunia yang juga sahabat baik Breast Cancer Action. Karya penelitian Harris dalam mengisolasi dan menggolongkan gen reseptor progesteron mengubah pemahaman medis akan respons hormon dalam jaringan payudara.
Penemuannya memicu banyak kemajuan mengenai peran progesteron dan sel reseptornya dalam biologi dan kanker payudara,” demikian pernyataan Breast Cancer Action pada 21 Juni 2009.
Perjuangan Shyamala melawan penyakitnya berdampak besar pada Kamala Harris. Dalam artikel New York Times, Kamala membahas kesedihan yang dia rasakan tentang kematian ibunya dan bagaimana menyaksikan penderitaan sang ibu karena perawatan kesehatan di negaranya.
ADVERTISEMENT
"Dia jatuh sakit sebelum Undang-Undang Perawatan Terjangkau menjadi undang-undang, ketika masih legal bagi perusahaan asuransi kesehatan untuk menolak perlindungan untuk kondisi yang sudah ada sebelumnya," jelasnya
"Saat saya melanjutkan perjuangan untuk sistem perawatan kesehatan yang lebih baik, saya melakukannya atas namanya," ujar Kamala Harris.