Merangkak Bisa Kurangi Risiko Penyakit Asma pada Bayi, Benar Enggak Ya?

29 Juni 2022 10:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi belajar merangkak. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi belajar merangkak. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Merangkak merupakan salah satu tahap perkembangan bayi. Biasanya, bayi dapat mulai melakukannya pada usia 7-10 bulan. Di usia itu, bayi juga mulai senang tengkurap, mengangkat kepala, dan menopang tubuhnya dengan kedua tangan dan lututnya.
ADVERTISEMENT
Selain menjadi tahap perkembangan bayi, merangkak juga memiliki berbagai manfaat positif untuk si kecil, seperti melatih kekuatan anggota tubuh dan keseimbangannya, mengembangkan kemampuan motorik, maupun meningkatkan kekebalan tubuh bayi dari berbagai jenis bakteri, sehingga risiko terkena penyakit asma akan berkurang.
Tapi, benarkah demikian? Bukankah bakteri atau debu-debu itu dapat mengganggu kesehatan bayi?
Bayi merangkak. Foto: Shutterstock

Penjelasan soal Merangkak Bisa Kurangi Risiko Penyakit Asma pada Bayi

Dikutip dari Parents, saat bayi merangkak, ia bisa menghirup partikel debu ataupun bakteri empat kali lipat lebih banyak daripada orang dewasa. Ya Moms, hal ini diketahui dari salah satu hasil penelitian yang terbit dalam jurnal Environmental Science and Technology.
“Gerakan bayi (merangkak) dapat membangunkan partikel debu yang menumpuk di karpet dan melepaskannya ke udara,” kata Brandon Boor, seorang asisten profesor teknik sipil, lingkungan, dan rekayasa ekologi, sebagaimana dikutip dari Parents.
Ilustrasi bayi merangkak. Foto: Shutter Stock
Namun menurut Boor, tidak semua paparan bakteri atau debu ini berdampak negatif untuk kesehatan bayi. Sebuah studi yang dirilis oleh Johns Hopkins Children’s Center menunjukkan bahwa semakin sering bayi terpapar alergen tertentu, maka semakin besar kemungkinan untuk membangun kekebalan tubuh terhadap alergen tersebut.
ADVERTISEMENT
“Mikroba di udara, seperti bakteri, jamur, dan alergen seperti serbuk sari, tungau, dan alergen hewan, dapat memainkan peran penting baik dalam tumbuh kembang sekaligus mencegah penyakit asma, demam, dan alergi. Bayi yang lebih banyak terpapar berbagai jenis bakteri memiliki risiko asma lebih rendah di kemudian hari,” jelasnya.
Selain itu, para peneliti menyarankan agar rumah tidak perlu terlalu sering disterilisasi atau dibersihkan, terutama pada tempat yang sering digunakan bayi untuk berbaring, bermain, dan merangkak. Sebab, lingkungan yang sangat steril dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh sulit berkembang.