Minim Konsumsi Gula Selama 1.000 HPK Kurangi Risiko Anak Kena Penyakit Kronis!

6 November 2024 15:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Minim Konsumsi Gula Selama 1.000 HPK Kurangi Risiko Anak Kena Penyakit Kronis! Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Minim Konsumsi Gula Selama 1.000 HPK Kurangi Risiko Anak Kena Penyakit Kronis! Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Mencegah anak terkena penyakit kronis ternyata sudah bisa dilakukan sejak masih di dalam kandungan. Hal ini ditemukan sekelompok peneliti dari University of Southern California, yang menyatakan risiko diabetes hingga tekanan darah tinggi menurun secara signifikan pada orang dewasa di Inggris, bila sudah dibiasakan konsumsi minim gula selama 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laman Kemenkes, 1.000 hari pertama kehidupan sudah dihitung sejak janin terbentuk di dalam kandungan hingga dua tahun pertama kehidupan setelah lahir. Periode ini begitu krusial, karena akan membangun fondasi kesehatan anak dalam jangka panjang.
The Guardian melansir, dalam penelitian tersebut, risiko penyakit kronis berkurang bahkan bila ibu sudah menjalani diet rendah gula sejak fase kehamilan. Mengapa bisa terjadi? Sebab, selama di dalam kandungan, janin akan menyerap nutrisi dari ibu mereka. Kemudian setelah lahir, konsumsi gula akan terjadi ketika bayi mulai MPASI maupun minum susu formula.
Para ilmuwan menemukan bahwa membatasi asupan gula pada 1.000 HPK, akan membantu menurunkan risiko diabetes tipe 2 di usia paruh baya hingga 35 persen. Dan penurunan hingga 20 persen pada penyakit tekanan darah tinggi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, konsumsi rendah gula juga dapat menunda seseorang mengalami diabetes hingga 4 tahun, sementara tekanan darah tinggi dapat tertunda hingga dua tahun, jika dibandingkan dengan orang-orang yang terbiasa mengonsumsi tinggi gula.
"Paparan terhadap lingkungan yang sudah memperkenalkan rendah gula sejak di dalam rahim hingga di masa kanak-kanak, maka akan secara signifikan mengurangi risiko diabetes dan hipertensi dalam beberapa dekade kemudian. Serta, menunda timbulnya penyakit tersebut," tutur tim peneliti dari University of Southern California, Tadeja Gračner.

Hasil Penelitian Konsumsi Minim Gula Bisa Kurangi Risiko Penyakit Kronis pada Anak

Dalam analisis penelitian yang dipublikasikan di Science, para peneliti memanfaatkan eksperimen alami di Inggris saat terjadi pembatasan gula dan permen selama satu dekade pascaperang berakhir pada tahun 1952. Selama pembatasan, jatah gula untuk warga Inggris dibatasi. Namun, setelah pembatasan dicabut, konsumsi gula harian bertambah dua kali lipat, dari 40 gram menjadi 80 gram per hari.
Ilustrasi anak makan gulali. Foto: CHAIWATPHOTOS/Shutterstock
Dalam data yang dikumpulkan dari UK Biobank, ilmuwan membandingkan kesehatan masyarakat berusia paruh baya pada 38.000 orang yang dikandung dan dilahirkan selama adanya program penjatahan gula. Dan dibandingkan dengan 22.000 orang yang dikandung segera setelah penjatahan gula berakhir.
ADVERTISEMENT
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat diabetes dan tekanan darah tinggi jauh lebih rendah dari orang-orang yang 1.000 HPK sudah dibatasi konsumsi gula. Nutrisi rendah gula yang dikonsumsi selama janin di dalam rahim menyumbang sekitar sepertiga dari pengurangan risiko.
NHS merekomendasikan agar bebas gula (free sugar) --yang ditambahkan ke makanan dan minuman, atau dapat ditemukan secara alami di dalam madu, sayuran, atau buah-buahan tanpa pemanis-- tidak boleh melebihi 5 persen total kalori harian. Atau setara dengan 30 gram atau tujuh gula batu untuk orang dewasa. Sementara bagi anak-anak, mereka disarankan untuk menghindari makanan dan minuman dengan tambahan gula.
"Kita semua ingin meningkatkan kualitas kesehatan dan memberikan anak-anak awal masa kehidupan yang terbaik. Dan dengan mengurangi gula tambahan sejak dini merupakan langkah yang paling ampuh. Namun, memang tidak mudah karena gula tambahan ada di mana-mana, bahkan dalam makanan bayi dan balita. Dan anak-anak dibombardir dengan iklan TV yang memperlihatkan camilan manis," ungkap Gračner.
ADVERTISEMENT
Sementara Profesor Keith Godfrey dari Southampton University menegaskan temuan ini diharapkan dapat memberikan dukungan lebih lanjut dalam kesehatan anak-anak.
"Temuan ini sesuai dengan penelitian kami, yang menunjukkan tingkat obesitas yang lebih rendah pada anak-anak dari ibu yang mengonsumsi makanan indeks glikemik rendah selama kehamilan, karena diserap lebih lambat. Sehingga, membuat peningkatan kadar gula darah juga berjalan lebih lambat," tutup Prof Godfrey.