Moms, Ini Cara Cegah Depresi Usai Melahirkan

19 September 2018 10:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wanita dengan depresi postpartum. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita dengan depresi postpartum. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Banyak orang, khususnya ibu hamil, yang sudah tidak asing dengan kata depresi postpartum atau depresi setelah melahirkan. Namun bukan berarti mereka benar-benar paham mengenai depresi ini sehingga tidak tahu juga cara mencegahnya.
ADVERTISEMENT
Bukannya berharap hal yang buruk terjadi lho, Moms, tapi bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati? Apalagi semua wanita bisa saja akan mengalami depresi setelah melahirkan ini. Jadi, yuk, coba pahami dan hindari dengan terus membaca artikel ini.
Menurut Paula Spencer dalam bukunya berjudul Pregnancy Journal: A week by Week Guide To A Happy Healthy Pregnancy, depresi postpartum itu berbeda dengan sindrom baby blues, seperti yang halnya dialami banyak ibu baru pada awal minggu setelah bersalin.
Paula menambahkan, jenis depresi ini tampaknya terjadi karena adanya aktivitas kadar hormon pascapartum, kurang tidur, masa-masa pemulihan, stres, merasa tidak aman, dan antiklimaks masa kehamilan akhir. Ketika baby blues hanya terjadi selama beberapa hari, namun depresi postpartum terjadi secara terus menerus.
Depresi pada ibu (Foto: Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Depresi pada ibu (Foto: Unsplash)
Ibu hamil yang berisiko besar mengalami depresi postpartum adalah mereka yang punya riwayat depresi. Jadi, jika Anda pernah mengalami pengalaman depresi sejak sebelum hamil atau mengalaminya juga saat hamil, maka Anda perlu berhati-hati dan bekerja lebih ektra dalam menangani masalah ini, Moms.
ADVERTISEMENT
Menurut ahli, 1 dari 10 ibu hamil mengalami depresi saat hamil. Wanita yang mengalami depresi saat hamil umumnya merasa sedih secara terus menerus, kerap menangis walau tanpa sebab, ada rasa bergejolak dari dalam diri, mengalami gangguan tidur dan makan, merasa tidak berpengharapan, tidak berguna, dan punya hasrat untuk bunuh diri.
Bila Anda mengalami hal ini, Anda perlu membicarakannya dengan dokter Anda selagi kontrol kehamilan.
Ilustrasi wanita depresi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita depresi. (Foto: Thinkstock)
Ciri tersebut diakui banyak terjadi tumpang tindih, karena dikategorikan sebagai beberapa perasaan biasa dari fase kehamilan akhir. Lebih baik lagi, bila Anda menyampaikan apa yang tengah Anda rasakan tersebut. Anda akan merasa baik setelahnya serta mendapat penanganan lebih cepat.
Jangan lupa, bicarakan dengan pasangan Anda akan hal penanganan hal-hal yang bisa mencetus depresi, jangan merasa Anda bisa menanganinya sendirian. Dan sebaliknya, jangan pernah merasa bahwa Anda adalah ibu yang tak berguna karena tak bisa menyelesaikannya semua sendiri.
Pertemanan Ibu Hamil (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Pertemanan Ibu Hamil (Foto: Thinkstock)
Tentu saja Anda butuh dukungan dan bantuan dari pasangan, keluarga, serta kelompok pertemanan Anda. Jadi, sebaiknya Anda tak perlu menolak bantuan dari mereka ya, Moms.
ADVERTISEMENT