news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Nilai Rapor Anak Jelek, Orang Tua Harus Bagaimana?

20 Desember 2018 11:21 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi orang tua dan anak sedang mengambil nilai rapor anak di sekolah. (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang tua dan anak sedang mengambil nilai rapor anak di sekolah. (Foto: Shutter Stock)
ADVERTISEMENT
Pembagian rapor tiba dan Anda mendapati nilai di rapor anak tidak memuaskan. Merasa kecewa atau kesal dan ingin marah? Tahan sebentar, Moms. Sebab hal ini bukanlah seutuhnya kesalahan anak.
ADVERTISEMENT
Kepada kumparanMOM, Alzena Masykouri, M.Psi, Psi., psikolog klinis anak dan remaja dari Sentra Tumbuh Kembang Anak, Kancil, Duren Tiga, Jakarta Selatan, menerangkan kalau nilai yang didapat anak tidak memuaskan maka orangtualah yang perlu melakukan introspeksi, apalagi bila anaknya masih usia SD. Tapi, lakukanlah introspeksi hanya ketika sudah tenang, bukan dalam kondisi marah, kesal, atau kecewa.
Apa yang perlu diinterospeksi? Coba tinjau dan telaah kembali bagaimana proses belajar yang berlangsung selama ini, Moms.
"Apakah hasil belajar (ulangan atau ujian) sudah sesuai dengan usaha ketika belajar? Berapa banyak waktu yang digunakan, efisien dan efektifkah? Dan, bagaimana kondisi anak ketika belajar? Apakah ia bisa fokus, mudah memahami penjelasan, ketelitiannya bagaimana, sikapnya terhadap pelajaran, dan sebagainya," kata Alzena.
ADVERTISEMENT
Bila orangtua sudah mendapat jawaban atas tinjauannya, baru anak diajak berdiskusi. Saat ini diharapkan emosi orangtua sudah terkendali. Tujuannya adalah untuk mengatasi kendala, bukannya kecewa atau marah dan menghukum anak.
"Tanyakan pada anak, apakah dia mengerti arti nilai yang didapatkan? Dan apa konsekuensi yang bisa muncul (bila ada, biasanya untuk level SMP dan SMA), misalnya bila KKM atau passing grade nilai tak terpenuhi, maka tak bisa masuk ke jurusan tertentu. Orang tua juga boleh sampaikan pendapat mengenai hasil pengamatan terhadap proses belajar anak. Tanyakan apa anak juga merasakan hal yang sama?" tambahnya.
Ilustrasi nilai menurun. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi nilai menurun. (Foto: Thinkstock)
Setelah mengidentifikasi masalah yang ada, fokuslah pada solusi. Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala. Mungkin, berkonsultasi dengan guru atau psikolog. Atau, mengubah waktu belajar agar lebih efektif.
ADVERTISEMENT
Bisa juga dengan membuat jam pelajaran tambahan. Yang penting anak harus sepakat dengan solusi yang dipilih dan orangtua secara berkala meninjau kembali keefektifannya.
"Proses diskusi dilakukan dengan santai dan datar. Percuma marah-marah, tidak akan ada dampak positif ke kemampuan belajar anak," kata Alzena.
Lalu bagaimana dengan memberi hukuman karena hasil belajarnya mengecewakan?
"Tidak perlu dihukum. Hasil belajar adalah tanggung-jawab anak. Tidak usah menambah masalah baru dengan membuat anak tidak menyukai belajar karena tidak menyenangkan. Orangtua juga belajar. Belajar untuk konsisten mendampingi dan mengamati proses belajar anak," ujarnya.
Ilustrasi orang tua sedang memberi motivasi pada anak yang baru saja mendapat nilai rapor merah (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang tua sedang memberi motivasi pada anak yang baru saja mendapat nilai rapor merah (Foto: Shutter Stock)
Artinya, Anda perlu mengajak bicara anak dengan santai dan emosi terkontrol, Moms. Hal ini juga berlaku bila rapor anak bagus.
"Tidak juga perlu hadiah. Kalau orangtua merasa perlu memberikan apresiasi, bukan karena nilai di rapot. Tapi karena usaha yang ditampilkan ketika belajar. Jadi, tidak perlu tunggu nilai rapot untuk mengapresiasi anak. Kalau mau membelikan sesuatu, karena memang ingin atau menunjukkan sayang, belikan kapan saja, asal ada alasannya dan bermanfaat. Tidak usah tunggu nilai rapot," jelas Alzena.
ADVERTISEMENT