Normalkah Bila Anak Terobsesi Tokoh Idolanya?

17 Juli 2018 17:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak mulai dandan. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak mulai dandan. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Anak mulai memiliki tokoh idola yang kerap dijadikan panutannya. Bahkan, saat Anda masih kecil, bila ditanya orang tua ‘nanti kalau sudah besar mau jadi apa?’ jawabannya standar ingin menjadi dokter, pemadam kebakaran, polisi, guru dan presiden.
ADVERTISEMENT
Tapi mungkin bagi anak zaman sekarang bila ditanya hal serupa, mereka mungkin akan menjawab ingin jadi youtuber seperti Arief Muhammad, ingin jadi beauty vlogger seperti Sarah Ayu, ingin jadi penyanyi terkenal seperti Justin Bieber dan Taylor Swift, dan lain sebagainya.
Justin Bieber (Foto: Facebook @justinbieber)
zoom-in-whitePerbesar
Justin Bieber (Foto: Facebook @justinbieber)
Sebenarnya tidak ada yang salah dari jawaban mereka, Moms. Ketika seorang anak sangat mengagumi tokoh favoritnya, wajar jika mereka ingin menjadi seperti tokoh favoritnya kelak.
Tapi apakah anak yang sangat mengagumi hingga bahkan sudah terobsesi dengan tokoh favoritnya bisa dikatakan tidak normal?
“Normal bagi anak untuk mengagumi seseorang dan menjadikan orang tersebut sebagai idolanya. Setiap anak memiliki sifat seperti ini sampai masa waktu tertentu,” ujar Dr. Timothy Legg, N.P.P., praktisi perawat kesehatan jiwa, yang dikutip dari laman Health Line.
Anak Dandan (Foto: thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak Dandan (Foto: thinkstock)
Dr. Timothy juga menjelaskan bahwa ketika adaa anak yang berpakaian dan mengubah gaya rambutnya mirip seperti tokoh yang mereka idolakan, itu adalah hal yang sangat normal terjadi. Orang tua, tidak perlu khawatir dengan hal ini. Termasuk suka membicarakan tokoh idolanya itu dan berganti tokoh idola.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, jika rasa kagum anak bisa sampai memengaruhi aktivitas belajarnya jadi lebih buruk di sekolah, membicarakan soal bunuh diri terus menerus akibat tokoh idolanya yang diberitakan ditemukan bunuh diri, atau anak lebih memilih menonton konser penyanyi idolanya di youtube sepanjang hari daripada belajar kelompok dengan teman-temannya dan itu hampir terjadi setiap hari, barulah Anda mesti khawatir, Moms. Bila sudah sampai pada taraf ini, Anda bisa membawa anak ke psikolog anak dan keluarga.
Di sisi lain, Anda bisa memanfaatkan momen ini untuk memotivasi anak. Misal dengan mengatakan padanya bahwa idola mereka juga akan sedih dan kecewa ketika melihat nilai dan performa mereka jadi menurun, karena tidak fokus pada pelajaran di sekolah. Selain itu, Anda juga bisa membuat kesepakatan dengan si kecil, untuk mendapatkan nilai bagus dan menjadi anak yang rajin merapikan kamarnya sendiri untuk memeroleh tiket konser tokoh idola dari Anda. Dengan begitu, anak lebih mungkin bisa kembali bersemangat karena tidak ingin mengecewakan idolanya dan tentunya tidak ingin mengecewakan Anda.
ADVERTISEMENT