Panduan Menyusui bagi Ibu dengan Positif HIV

4 Desember 2019 11:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ibu menyusui bayinya. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu menyusui bayinya. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ibu dengan HIV positif tetap bisa menyusui selama ia memenuhi syarat dan ketentuan yang telah direkomendasikan. Selanjutnya, sama seperti ibu menyusui pada umumnya, ibu dengan HIV yang ingin menyusui juga perlu belajar manajemen laktasi yang baik serta mendapat dukungan demi keberhasilan menyusui.
ADVERTISEMENT
Tak cuma itu, menjadi tugas Anda pula dalam menekan risiko penularan HIV pada si kecil. Di bawah ini, kumparanMOM merangkum panduannya:
Konsumsi antiretroviral
Pada November 2009, WHO merilis rekomendasi baru terkait pemberian ASI oleh ibu dengan positif HIV. Yaitu, ibu tetap bisa menyusui sehingga bayi dan ibu sama-sama bisa mendapat manfaat ASI serta menekan risiko terinfeksi HIV.
Caranya, ibu atau anaknya dapat diberi obat antiretroviral selama periode menyusui, hingga usia anak 12 bulan.
Ibu menyusui bayi Foto: Shutterstock
Pemberian ASI selama 6 bulan
Ya, dengan demikian Anda bisa memberi ASI eksklusif pada bayi. Tapi mungkin pemberiannya disarankan tidak sampai 2 tahun.
"Sebaiknya 6 bulan saja. Semakin lebih cepat selesainya, semakin kecil risiko perpindahannya juga," ujar Dr. Elizabeth Yohmi, Sp.A, IBCLC saat ditemui dalam diskusi #ContekanAyahASI pada hari Minggu (1/12) di Volunteer Hub Jakarta, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Hindari menyusui bila sedang luka puting
Bila Anda mendapati luka atau lecet pada puting, hindari menyusui atau memerah ASI, Moms.
"Tidak boleh memberikan ASI saat ada luka pada puting. Karenanya perlu belajar manajemen laktasi yang baik sebelum memutuskan untuk menyusui," tegas Dr Yohmi.
ASI perah Foto: Shutterstock
Aturan pemberian ASIP
Bila Anda memberikan ASI perah pada si kecil, disarankan untuk memanaskannya terlebih dahulu. Memanaskan ASI perah pada suhu pemanasan sekitar 56 derajat celcius bisa membunuh HIV yang terdapat pada ASI.
Ada dua cara memanaskannya, pertama dengan Pretoria Pasteurization Protocol yaitu dengan cara merendam ASI pada air yang telah didihkan selama 20 menit. Kedua, Flash Heat Protocol yaitu dengan cara meletakkan ASI perah di atas dalam wadah yang berisi air, lalu biarkan di atas api hingga mendidih.
ADVERTISEMENT
Hindari pemberian ASI dan susu formula
Anda juga wajib menghindari pemberian ASI bersamaan dengan susu formula, Moms. Pemberian ASI dicampur dengan susu formula berisiko tinggi terhadap penularan HIV dari ibu pada bayi.
"Tidak boleh mix feeding. Sangat tidak dianjurkan menyusui campur, karena memiliki risiko penularan virus HIV pada bayi yang tertinggi," kata Dr Yohmi.
Lain cerita bila di awal ibu memutuskan pemberian ASI, namun di tengah perjalanannya ibu berubah pikiran ingin melanjutkan dengan susu formula, maka itu tidak masalah. Tetapi hal ini tidak berlaku sebaliknya, Moms. Ibu dilarang memberikan ASI bila di awal memutuskan pemberian susu formula pada bayi.
"Kalau di awal ibu putusin minum ASI terus mau ke sufor bisa. Tapi dari sufor ke ASI enggak bisa," katanya.
Ilustrasi Susu Formula Foto: Shutterstock
Sebelum ibu memutuskan untuk memberikan susu formula pada bayi, sebaiknya ibu harus mempertimbangkan apakah ia telah memenuhi syarat AFASS yang direkomendasikan oleh WHO atau tidak.
ADVERTISEMENT
"Pemberian susu formula harus memenuhi syarat AFASS," jelas Dr Yohmi.
AFASS adalah Acceptable, Feasible, Affordable, Sustainable, dan Safe. Bila syarat AFASS terpenuhi, maka berikan susu formula untuk menghindari transmisi HIV lebih lanjut.
Acceptable maksudnya adalah mudah diterima; feasible adalah adanya waktu, keterampilan pengetahuan untuk menyiapkan dan memberikan susu formula; affordable yaitu ibu dan keluarga dengan lingkungan masyarakat atau dukungan sistem kesehatan, mampu membeli, menyiapkan dan menggunakan makanan pengganti ASI; sustainable berkelanjutan keberadaannya pada pagi, siang dan malam selama 6 bulan, dan; safe yaitu aman, mengandung cukup gizi dan higienis.