Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Penelitian: Gelombang Panas Tingkatkan Risiko Kelahiran Prematur
11 Juni 2024 16:00 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tetapi, bagi para ibu hamil , tidak ada salahnya untuk waspada mulai sekarang. Apalagi, dalam beberapa waktu ke depan, kita akan mulai memasuki musim kemarau dan bisa menjadi tantangan tersendiri bagi ibu hamil.
Nah Moms, sebuah penelitian mengungkapkan ibu hamil lebih mungkin melahirkan prematur atau melahirkan lebih awal bila wilayah Anda mengalami gelombang panas dalam waktu empat hari berturut-turut.
Temuan ini dipublikasikan di jurnal JAMA Network Open. Penelitian ini sendiri dilakukan di Amerika Serikat dengan mengamati catatan kesehatan 53 juta wanita yang lahir dari tahun 1993 hingga 2017 di 50 wilayah.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa setelah empat hari terjadinya gelombang panas, terdapat 2 persen lebih banyak kasus kelahiran prematur (preterm birth, atau bayi lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu), dan 1 persen lebih banyak kelahiran dini (early-term birth, bayi lahir sebelum usia kehamilan 39 minggu).
ADVERTISEMENT
WebMD melansir, studi tersebut juga mengungkapkan bahwa setiap kenaikan suhu rata-rata 1 derajat celcius, maka dikaitkan dengan kenaikan 1 persen pada tingkat kelahiran prematur.
"Kami memperkirakan musim panas yang sangat hangat tahun ini. Dan karena perubahan iklim, maka kita akan mengalami lebih banyak gelombang panas di masa depan," tutur profesor biostatistik dan bioinformatika di Rollins School of Public Health at Emory University, Howard Chang, PhD.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa peningkatan suhu dapat berdampak buruk bagi bayi, karena bayi lahir prematur dapat mengalami masalah kesehatan dan biaya perawatan kesehatan tambahan," imbuh dia.
Menurut studi tersebut, dampak gelombang panas mungkin bisa lebih mempengaruhi ibu hamil yang berusia 29 tahun atau kurang, berpendidikan sekolah menengah atas ke bawah, dan berasal dari kelompok minoritas atau ekonomi ke bawah karena kurangnya akses pada pendingin ruangan, serta akses terhadap layanan kesehatan.
ADVERTISEMENT