Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Gangguan tidur sambil berjalan atau sleepwalking merupakan jenis parasomnia yaitu sekumpulan gejala tidak menyenangkan yang terjadi saat akan tidur, sudah terlelap, atau terbangun dari tidur. Sleepwalking sendiri terjadi ketika seseorang bangun dari tempat tidur dan berjalan dalam kondisi tidur.
ADVERTISEMENT
Rupanya gangguan tidur yang satu ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, Moms. Bahkan, ahli mengatakan bahwa sleepwalking sangat umum terjadi pada anak. Namun, sleepwalking pada anak yang terjadi dalam frekuensi rendah tidak menandakan kondisi serius.
Meski begitu, sleepwalking yang terjadi secara berulang pada anak-anak dapat disebabkan oleh gangguan tidur yang mendasarinya dan sering kali memerlukan perawatan. Lantas, apakah penyebab sleepwalking pada anak?
Penyebab Gangguan Tidur Sambil Berjalan yang Kerap Dialami Anak
Mengutip National Health Service UK, penyebab pasti sleepwalking tidak diketahui pada kebanyakan anak. Namun, genetika dinilai menjadi penyebab utamanya. Sebab, sleepwalking cenderung diturunkan di dalam keluarga.
Beberapa kondisi ini dapat menyebabkan sleepwalking pada anak, yaitu kurang tidur, gangguan jadwal tidur, gangguan kecemasan, stres fisik dan emosional, demam dan penyakit lainnya. Anak yang mengonsumsi obat penenang tertentu juga dapat meningkatkan risiko kebiasaan berjalan saat tidur.
ADVERTISEMENT
Selain itu, anak yang mengalami Restless leg syndrome (RLS) atau sindrom kaki gelisah, yang menyebabkan dorongan tak terkendali untuk menggerakkan kaki juga dapat membuat anak terbangun dari tidurnya kemudian berjalan tak menentu.
Mengutip Mom Junction, ada beberapa penyebab lain yang membuat anak mengalami gangguan tidur sambil berjalan. Misalnya, kondisi obstruktif sleep apnea, yaitu berhentinya napas saat tidur untuk jangka pendek dan penyakit refluks gastroesofageal (GERD). Kemudian bangun tiba-tiba dari tidur nyenyak karena kebutuhan untuk buang air kecil atau terbangun karena suara atau sentuhan yang mengagetkan.
Dikutip dari Sleep Education, sleepwalking bisa terjadi segera setelah anak bisa berjalan. Namun, puncaknya akan terjadi saat mereka berusia delapan hingga 12 tahun. Nah Moms, faktor-faktor berikut ini dapat meningkatkan risiko sleepwalking pada anak-anak:
ADVERTISEMENT
-Sakit kepala sebelah atau migrain.
-Cedera kepala akibat pukulan.
-Hipertiroidisme (peningkatan hormon tiroid).
-Ensefalitis (pembengkakkan otak).
-Perut kembung.
-Kelelahan karena bepergian.
-Tidur di tempat asing.
-Kebisingan atau cahaya.
-Gangguan kejang.
-Mengkonsumsi obat-obatan.
Penulis: Hutri Dirga Harmonis