Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Pola Asuh yang Bikin Orang Tua dan Anak Sama-sama Bahagia
9 Januari 2019 14:52 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:50 WIB
ADVERTISEMENT
Anda pasti setuju, Moms, mengurus serta mendidik anak agar kelak ia sukses, jelas bukan pekerjaan mudah. Ya, butuh dedikasi penuh. Nah sekarang, gaya pengasuhan yang seperti apa yang tengah Anda dan pasangan terapkan ke anak? Sebab hal itu yang akan ia bawa dan dapat dijadikan bekalnya nanti.
ADVERTISEMENT
Apakah Anda punya pikiran berharap bisa terus mengontrol perilaku anak, membiarkan anak Anda dapat belajar lewat hukuman yang Anda berikan, dan berpikir bahwa Anda adalah tokoh dominan sedangkan ia berada di bawah kendali Anda?
Mengutip laman Creative Child, pemikiran seperti itu merupakan pola pikir yang berbasis dari rasa takut. Umumnya bentuk lain pola pikir berbasis rasa takut ialah gaya pengasuhan yang otoriter dan permisif (telalu membebasakan dan membolehkan anak seturut keiinginannya).
Orang tua yang otoriter cenderung takut kehilangan kendali atas anak-anaknya, fokus mereka ialah membuat anak taat dan menghukumnya bila anak tak taat. Sedangkan orang tua yang permisif takut kehilangan kasih sayang atau cinta dari anak-anaknya.
Baik gaya otoriter maupun permisif, keduanya tidak membuahkan hasil asuhan yang positif, dan alhasil baik Anda dan si kecil tidak bahagia. Masih menurut laman Creative Child, dampak pengasuhan otoriter membuat anak mengikuti kemauan dan perintah orang tua atas dasar ketakutan dan permusuhan, dan anak yang dibesarkan dengan gaya permisif cenderung memiliki harga diri yang rendah dan masalah demi masalah terkait perilakunya.
Maka dari itu, mengubah pola pikir di atas sebaiknya perlu dilakukan. Dari yang berbasis rasa takut menjadi pola asuh yang berdasarkan pola pikir yang positif. Tak mudah memang, namun, tak ada salahnya untuk mencobanya. Caranya, yaitu:
ADVERTISEMENT
Mengenali dan mendidik diri Anda sendiri mengenai perkembangan otak anak . Memahami sejauh apa kemampuan kognitif anak akan membantu mengubah perspektif Anda.
Mengubah cara pandang terhadap perilaku anak. Alih-alih melihat tingkah laku anak sebagai kenakalan, anggap itu sebagai kesempatan bagi Anda untuk mengajarinya sesuatu yang benar dan berharga. Selalu bersikap positif ialah kunci, Moms.
Luangkan waktu untuk merawat diri. Bila Anda terhidrasi dengan baik, cukup gizi, dan cukup beristirahat Anda akan mampu tetap tenang dan bisa membuat keputusan yang lebih baik.
Beri 'makan' pikiran Anda dengan hal-hal yang baik. Baca buku atau artikel yang bermanfaat, hindari unggahan di sosial media yang provokatif. Jangan terlalu mudah mengeluh dan mengkritik orang lain. Lagi-lagi, bangun lingkungan yang positif dengan hal-hal yang positif pula, Moms.
ADVERTISEMENT
Dengan mencoba mengubah pola pikir buruk menjadi positif, itu akan berdampak pada pola asuh ke anak Anda. Secara bertahap, Anda bisa mengubah pola asuh otoriter menjadi pola asuh positif dengan mulai menanamkan hal-hal berikut:
Peran Anda ialah membimbing dan mengajar anak dengan perilaku yang tepat dan sesuai, tapi bukan dengan ancaman dan menciptakan ketakutan. Anak haruslah belajar melalui contoh-contoh yang Anda tetapkan dan contohkan dengan rasa hormat dan empati.
Kendati Anda dan suami adalah pemimpin, anak Anda tetap memiliki hak yang sama untuk dihormati dan didengar.
Lewat pikiran positif tersebut, Anda bisa menjamin relasi orang tua dan anak yang Anda bangun ialah relasi yang sehat dan positif. Yang tak hanya berlandas pada kemauan Anda, namun, juga dengan mempertimbangkan perasaan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Penulis: Nanda Saputri