Review Film Shang-Chi dari Sudut Pandang Ibu

30 Oktober 2021 11:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Review Film Shang-Chi dari Sudut Pandang Ibu. Foto: IMDb
zoom-in-whitePerbesar
Review Film Shang-Chi dari Sudut Pandang Ibu. Foto: IMDb
ADVERTISEMENT
Film Shang-Chi And The Legend of The Ten Rings sudah tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai tanggal 22 September 2021. Shang-Chi And The Legend of The Ten Rings adalah kisah yang penuh aksi dari superhero Marvel Cinematic Universe (MCU), Moms. Sehingga wajar bila telah banyak dinanti oleh fans jagoan MCU.
ADVERTISEMENT
Tapi banyak orang tua yang mungkin baru berencana mengajak anak menyaksikannya di penghujung Oktober ini. Maklum, pemerintah baru saja mengizinkan anak usia di bawah 12 tahun di kabupaten/kota dengan PPKM Level 2 dan 1 nonton bioskop.
Tapi seperti apa filmnya? Benarkah cocok untuk semua umur?
Yuk, simak review dari sudut pandang Ibu ala kumparanMOM berikut ini.

Film Shang-Chi, Seperti Apa Ceritanya?

Film Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings, Apakah Cocok untuk Anak?. Foto: Marvel Studios
Seperti di semua film MCU, Shang-Chi And The Legend of The Ten Rings menyuguhkan banyak kekerasan gaya buku komik yang terkadang intens.
Tokoh utamanya, Shang-Chi (Simu Liu) dilatih sebagai pembunuh sejak masih anak-anak. Ia adalah putra The Mandarin (Tony Leung) -- pemimpin yang sangat kuat dari organisasi kriminal bawah tanah Ten Rings. Tetapi saat menginjak remaja, Shang-Chi ingin hidup normal dan melarikan diri hingga ke Amerika.
ADVERTISEMENT
Sepuluh tahun kemudian, seorang preman mencuri milik Shaun yang sangat berharga, peninggalan ibunya: setengah dari liontin batu giok. Shaun pun terpaksa mengungkapkan identitas aslinya dan kembali ke China. Namun di sana ia terperangkap dalam rencana buruk yang tidak terduga.

Apakah Film Shang-Chi Cocok untuk Ditonton Anak?

Di beberapa negara termasuk Amerika Serikat, film Shang-Chi And The Legend of The Ten Rings mendapat rating PG-13 atau 12+. Artinya di negara-negara tersebut, film ini dinilai tidak cocok untuk anak usia di bawah 13 tahun, Moms. Lain halnya di Indonesia, Shang-Chi mendapat 'label' SU yaitu untuk semua umur.
Dari pantauan kumparanMOM, meski kerap diselingi komedi memang ada banyak aksi laga di film ini. Mayoritas aksi laga yang ditampilkan berbasis seni bela diri dengan tangan kosong, namun pertarungan-pertarungan menggunakan senjata seperti busur, tombak, dan senjata lainnya juga cukup banyak.
ADVERTISEMENT
Anak yang masih kecil, mungkin akan merasa takut melihat ledakan hingga makhluk seperti iblis yang menakutkan di layar. Selain itu, Shang-Chi berdurasi 130 menit. Cukup lama untuk para penonton balita.
Sebagian anak mungkin juga akan sulit menghadapi beberapa adegan kematian yang cukup mengejutkan.
Soal seks? Bisa dibilang cukup aman. Ada sedikit kisah romansa, adegan pelukan dan ciuman di film ini.
Sementara untuk soal bahasa, ada sedikit kata-kata kasar termasuk "sh-t" dan "d*mn" meski tidak semua diterjemahkan dalam subtitle di layar.

Tips untuk Orang Tua bila Ajak Anak Nonton Shang-Chi

Teaser Trailer Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings. Foto: Youtube/Marvel Entertainment
Sudah memutuskan untuk mengajak anak nonton film ini?
Berikut beberapa hal yang bisa didiskusikan dengan anak:
1. Soal seni bela diri atau pertarungan dengan tangan kosong. Tanyakan pendapat anak. Apakah ia menilainya berbeda dari pertarungan dengan senjata?
ADVERTISEMENT
2. Kekuatan karakter dalam film. Misalnya berangkat dari tokoh yang paling ia sukai atau anggap menarik. Minta anak jelaskan alasannya dan sampaikan juga karakter pilihan Anda.
3. Berbagai jenis 'kekuatan' yang digambarkan dalam cerita. Termasuk soal keberanian, kerja sama dan ketekunan. Mana yang paling penting?
4. Relasi dalam keluarga. Misalnya berangkat dari hubungan maupun konflik yang dihadapi Shang-Chi dengan ayah dan ibunya.
5. Apa pendapat anak melihat sosok berdarah Asia sebagai superhero atau peran utama? Apakah ia merasa ada yang janggal? Atau justru merasa dekat dan lebih suka? Dari sini, orang tua bisa mengajak anak bicara lebih jauh tentang pentingnya keberagaman.