Riset: Screen Time saat Bayi Ganggu Perkembangan Otaknya hingga Jangka Panjang

26 April 2024 19:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bahaya screen time untuk bayi. Foto: Shutterstock/fishgrilll
zoom-in-whitePerbesar
Bahaya screen time untuk bayi. Foto: Shutterstock/fishgrilll
ADVERTISEMENT
Menjadi orang tua, terutama saat masih memiliki bayi, terkadang membuat kita kewalahan karena mengurus banyak hal sekaligus. Sedang masak untuk sarapan keluarga, tiba-tiba si kakak minta carikan kaus kaki putih yang ada aksen bintangnya, ayah sedang mandi bersiap ke kantor, kemudian si kecil yang masih bayi merengek karena bosan ditinggal sendirian.
ADVERTISEMENT
Familiar dengan kondisi tersebut, Moms?
Terkadang di saat-saat riweuh begini, gadget jadi solusi yang menyelamatkan kesibukan di pagi hari. Tapi ternyata menurut riset, memberikan gadget atau screen time pada bayi bisa berdampak buruk pada otaknya hingga jangka panjang.
“Otak bayi berkembang pesat dalam memperkaya interaksi dengan lingkungan, dan screen time pada bayi yang berlebihan dapat mengurangi peluang interaksi dunia nyata yang penting bagi perkembangan otak,” kata Dr. Carol Wilkinson, dokter spesialis anak yang juga ahli perilaku perkembangan di Boston Children's Hospital, dikutip dari laman Children's Hospital.

Dampak Screen Time pada Perkembangan Otak Bayi

Bahaya screen time untuk bayi. Foto: violetblue/Shutterstock
Carol dan timnya meneliti 400 anak dengan rentang usia bayi hingga 9 tahun. Saat bayi berusia 12 bulan, tim menanyakan kepada orang tua berapa lama waktu yang dihabiskan bayi untuk screen time pada hari kerja dan akhir pekan. Kemudian, ketika anak-anak tersebut berusia 18 bulan, para peneliti menggunakan ensefalogram (EEG) untuk mempelajari gelombang otak mereka.
ADVERTISEMENT
Semakin banyak screen time pada usia 12 bulan, semakin kuat gelombang otak mereka yang berfrekuensi lebih lambat, yang dikenal sebagai gelombang theta, dibandingkan dengan gelombang beta yang berfrekuensi tinggi.
“Rasio theta/beta yang lebih tinggi menunjukkan keadaan yang kurang waspada, dan dikaitkan dengan kurangnya perhatian,” jelas Dr. Evelyn Law, dokter yang memimpin penelitian dan merupakan bagian dari Laboratorium Ilmu Saraf Kognitif ini.

Dampak Jangka Panjang saat Usia Sekolah

Bahaya screen time untuk bayi. Foto: violetblue/Shutterstock
Ketika anak-anak berusia 9 tahun, mereka menjalani tes neuropsikologis ekstensif. Tim peneliti juga meminta orang tua dan guru anak-anak tersebut untuk menyelesaikan survei tentang anak-anaknya.
Berkaitan dengan EEG, Dr. Law dan rekan-rekannya menemukan bahwa dengan peningkatan setiap jam rata-rata screen time, anak-anak mengalami lebih banyak kesulitan dalam memusatkan perhatian dan kesulitan dalam menjalankan fungsi eksekutif.
ADVERTISEMENT
Tapi menurutnya, karena screen time hanyalah salah satu aspek dari lingkungan bayi, kemungkinan besar ada beberapa faktor yang berperan, seperti kualitas waktu bersama orang tua. Mungkin juga bayi yang lebih aktif secara tidak sengaja menerima lebih banyak screen time saat orang tuanya mencoba mengatur rutinitas hariannya.
Lalu, apa yang dapat dilakukan orang tua untuk meningkatkan perkembangan otak bayi?
Dr. Law dan Wilkinson merekomendasikan untuk menciptakan interaksi sederhana yang menyenangkan. Sementara itu, jika orang tua perlu menempatkan bayinya sebentar untuk screen time, Dr. Wilkinson merekomendasikan untuk mencoba menambahkan lapisan pembelajaran.
“Bernyanyi bersama, mengomentari karakter, meniru vokalisasi bayi, dan mengajukan pertanyaan menciptakan peluang interaksi bolak-balik antara orang tua dan bayi yang meningkatkan perkembangan otak,” katanya.
ADVERTISEMENT
Temuan studi yang diterbitkan di JAMA Pediatrics ini sesuai dengan rekomendasi penggunaan media dari American Academy of Pediatrics. AAP menyarankan untuk menjauhkan anak-anak dari screen time sampai mereka berusia 18 bulan kecuali untuk video call. Selain itu untuk anak usia 2-5 tahun disarankan screen time maksimal 1 jam per hari.