Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Risiko Pemberian Susu Formula sejak Bayi Baru Lahir
18 September 2018 23:47 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Memberikan susu formula untuk bayi tidak boleh sembarangan. Sebab, Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ASI sebagai satu-satunya makanan pokok bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. WHO juga menyarankan pemberian ASI hingga anak berusia dua tahun atau lebih.
ADVERTISEMENT
Susu formula untuk bayi baru lahir hanya boleh diberikan jika terdapat indikasi medis dari dokter. Misalnya saja, bayi punya kelainan galktosemia yang membuatnya tidak bisa mencerna laktosa pada susu, termasuk ASI.
Jika mengalami kondisi seperti tersebut di atas, bayi perlu mendapat susu formula khusus yang memang diformulasikan untuk menyesuaikan sistem pencernaannya.
Lebih lanjut, berikut penjelasan dr. Galih Linggar Astu, SpA, dari Brawijaya Hospital, Depok, mengenai pemberian susu formula untuk bayi baru lahir:
"Semua yang kita berikan ke bayi itu yang pertama harus jelas indikasinya. Apakah dia memang harus menggunakan susu formula atau bisa dengan ASI saja? Jika memang harus mendapatkan susu formula, susu formula apa yang akan diberikan? Susu formula biasa, terhidrolisat sempurna, sebagian atau formula asam amino, atau susu khusus sesuai indikasinya," jelas dr Galih saat ditemui kumparanMOM beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Kandungan susu formula tentu berbeda dari ASI. Mengutip laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein kasein yang lebih sulit dicerna. Protein yang sulit dicerna bisa menyebabkan alergi pada bayi.
"Ada risiko alergi. Tidak cocok susu bisa diare, konstipasi dan risiko lainnya," jelas dr. Galih.
Selain itu, bayi yang minum ASI eksklusif cenderung lebih jarang terpapar penyakit dibanding bayi yang sejak lahir minum susu formula. Hal tersebut dikarenakan, bayi yang sejak lahir minum susu formula berisiko lebih tinggi terpapar benda-benda yang tidak steril.
"Kadang-kadang kalau bayi ASI eksklusif itu biasanya bayi baru akan sakit pada usia 6 bulan. Kenapa? Karena dia mulai kemasukan sesuatu yang enggak steril di usia tersebut," kata dr. Galih.
ADVERTISEMENT
Kesalahan dalam membuat susu formula juga bisa menjadi alasan bayi lebih sering sakit. Lupa mencuci tangan sebelum membuat susu formula untuk bayi juga bisa membahayakan sistem pencernaanya, Moms.
"Yang pertama, sebelum membuat susu formula, perhatikan kesterilan botolnya. Yang kedua susunya terkontaminasi apa enggak, dan yang ketiga airnya hati2 pembuatan sufor itu ada guideline-nya dari WHO," tegas dr Galih.
Oleh karena itu, jangan mudah tergiur dengan berbagai penawaran susu formula, Moms!
Agar anak sehat dan tidak mudah sakit, bayi baru lahir hingga berusia enam bulan sebaiknya hanya mendapat asupan nutrisi dari ASI saja. Ingat, kandungan dan komposisi ASI paling sesuai dengan sistem pencernaan bayi.
Namun, jika ada indikasi medis dari dokter yang membuat bayi harus mendapat susu formula, Anda harus membuatnya dengan benar. Hal tersebut penting untuk mencegah timbulnya risiko kesehatan yang mungkin muncul.
ADVERTISEMENT
"Ada 12 langkah pembuatan susu formula. Yang di rumah ada, yang di rumah sakit juga ada. Itu kan ibu-ibu enggak tersosialisasi," ujar dr.Galih. "Kalau WHO, untuk buat susu formula itu airnya harus air masak. Yang masak gimana, yaudah dimasak terus dimasukin ke termos misalnya. Yang dingin, dimasak, didinginkan dimasukin botol. Dan ingat, tempatnya harus steril," tutupnya tegas.