Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Selain sakit pinggang, nyeri pada panggul juga sering dikeluhkan ibu hamil . Ya Moms, saat hamil, ligamen merenggang, kadar hormon berubah, dan beberapa organ bergeser untuk memberi ruang bagi rahim yang sedang tumbuh.
ADVERTISEMENT
Meski kondisi ini adalah hal yang wajar, Anda perlu mencari tahu penyebab pastinya, Moms. Dengan begitu, Anda bisa mendapat penanganan yang tepat untuk meredakan nyeri panggul saat hamil.
Mengutip Parents, berikut beberapa hal yang bisa menyebabkan ibu hamil nyeri panggul.
Symphysis Pubis Disfunction (SPD)
Saat hamil , hormon estrogen, progesteron, dan relaxin meningkat. Fisioterapis sekaligus pendiri The Pelvic Expert di Sydney, Australia, Heba Shaheed mengatakan, peningkatan hormon tersebut lah yang menyebabkan ligamen panggul menjadi lebih rileks dan lunak.
Sendi depan panggung yang disebut symphysis pubis, mungkin menjadi sangat elastis dan tidak stabil. Inilah yang menyebabkan nyeri panggul. Ia juga mengatakan rasa sakit itu bisa mulai dari saat pembuahan hingga menjelang akhir kehamilan Anda.
ADVERTISEMENT
Kram perut
Mulai dari usia kehamilan 8-12 minggu, Anda mungkin akan mengalami kram perut yang sakitnya mirip dengan kram saat menstruasi. Jika tidak ada pendarahan yang terjadi, artinya rahim Anda sedang membesar. Nyeri ini cenderung akan Anda rasakan saat kehamilan pertama dibandingkan kehamilan berikutnya.
Nyeri ligamen
Saat memasuki trimester kedua kehamilan, Anda mungkin mulai merasakan sakit di panggul bagian samping. Ketika itu ligamen sedang bergerak dari bagian atas rahim ke bawah hingga selangkangan.
"Ibu hamil cenderung akan merasakan ini ketika mereka berjalan atau bangun dari kursi. Ketika itu, rahim dalam posisi miring dan menarik ligamen," kata Suzanne Merrill-Nach, MD, seorang dokter kandungan di San Diego. Ia menambahkan, nyeri panggul itu akan hilang setelah kehamilan memasuki umur 24 minggu.
ADVERTISEMENT
Tekanan dari berat bayi
Setelah memasuki trimester ketiga kehamilan, Anda mungkin akan mengalami tekanan di daerah panggul. Sebab berat janin Anda yang tumbuh dengan cepat dan menekan syaraf yang terhubung dari vagina ke kaki Anda.
"Rasa sakit ini biasanya terjadi saat ibu bergerak. Seperti ketika berjalan atau naik mobil," kata Merril-Nach. Untuk membantu meringankan sakitnya, Anda bisa berbaring ke sisi yang tak sakit dan istirahat, Moms.
Kista Ovarium
Kista ovarium fungsional umumnya tidak berbahaya dan biasanya hilang dengan sendirinya ketika menstruasi. Namun mereka bisa tumbuh lebih besar selama kehamilan dan tekanan yang ditimbulkan dari rahim yang sedang tumbuh di indung telur membuat panggul Anda terasa sakit.
Jadi Moms, bagi Anda yang memiliki riwayat kista ovarium ada baiknya berkonsultasi dulu dengan dokter kandungan sebelum memutuskan untuk hamil.
ADVERTISEMENT
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
10 persen ibu hamil ternyata bisa mengidap infeksi saluran kemih (ISK) di beberapa titik selama kehamilan. Gejalanya seperti selalu ingin buang air kecil, ada rasa sakit atau terbakar ketika buang air kecil, hingga ada pendarahan saat buang air kecil.
"Yang dikhawatirkan dari ISK saat kehamilan adalah jika sudah parah bisa berubah menjadi infeksi pada ginjal. Itu tentu saja meningkatkan risiko persalinan prematur," ujar Linda Chambliss, MD, Kepala Kebidanan di Rumah Sakit dan Pusat Medis St. Joseph di Phoenix.
Dokter kandungan akan menguji urine Anda setiap kunjungan untuk memeriksa adanya tanda-tanda bakteri penyebab ISK. Dokter biasanya akan memberikan antibiotik untuk menyembuhkan ISK. Tapi pastikan hal ini dilakukan sebelum Anda hamil ya, Moms.
ADVERTISEMENT
Lantas apakah nyeri panggul ini akan berisiko bagi kehamilan?
Jika Anda merasakan nyeri panggul yang disertai dengan gejala-gejala tertentu, seperti demam, sakit kepala parah, pembengkakan wajah atau kaki, bayi menedang hingga 10 kali dalam satu jam, terdapat cairan berwarna hijau, hingga pendarahan, Anda harus segera menghubungi dokter.
Karena jika tidak segera diobati, ibu hamil bisa berisiko mengalami keguguran, persalinan prematur, kehamilan ektopik, abrasi plasenta, hingga pecahnya rahim.