Survei KPAI: 76,7% Siswa Tidak Senang Belajar dari Rumah

27 April 2020 18:56 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak belajar dari rumah pakai laptop Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Anak belajar dari rumah pakai laptop Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak pemerintah menetapkan kebijakan belajar dari rumah, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan telah mendapat 246 pengaduan, baik dari siswa ataupun orang tua murid. Dari hasil pengaduan itu, KPAI kemudian melakukan survei Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) kepada 1.700 siswa, dari jenjang SD sampai SMA sederajat di 20 provinsi dan 54 kabupaten/kota di Indonesia. Survei ini dilaksanakan mulai tanggal 13-20 April 2020.
ADVERTISEMENT
"Banyaknya pengaduan berbanding lurus dengan hasil kajian bidang pendidikan KPAI tentang penerapan PJJ dengan jumlah responden mencapai 1.700 siswa," ungkap Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, melalui konferensi pers online, Senin (27/4).
Lebih lanjut, Retno menjelaskan bila kajian tersebut dilakukan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Yaitu dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, pengolahan data, serta membuat kesimpulan dan laporan, dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu dekripsi.
Dua anak menonton video belajar digital dari rumah di Bandung, Jawa Barat, Selasa (17/03/2020). Foto: ANTARA/M Agung Rajasa
Adapun teknik pengumpulan data pada survei ini menggunakan kuisioner yang diberikan menggunakan aplikasi google forms kepada 246 pengadu KPAI sebagai responden utama dan 1700 responden pembanding.
Dari berbagai survei, salah satunya hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 76,7 persen siswa merasa tidak senang belajar dari rumah. Mayoritas alasannya, karena merasa kesulitan mengerjakan berbagai tugas secara jarak jauh.
ADVERTISEMENT
"Siswa tidak senang pembelajaran jarak jauh angkanya cukup tinggi. Dari 1.700 (responden) ini 76,7 persen (merasa) tidak senang," jelas Retno.
Sementara sisanya, yaitu 23,3 persen baru merasa senang. Alasannya, kata Retno, karena tidak perlu bangun pagi selama belajar dari rumah.
"Alasan senang pun tidak perlu bangun pagi, tidak perlu pakai seragam," tambahnya.
Dari hasil survei, sebanyak 43 persen responden menjawab bahwa selama pembelajaran jarak jauh, para guru memberikan materi menggunakan aplikasi zoom meeting. "Sedangkan 17,9 persen (saat penjelasan materi) ada tanya jawab, melalui aplikasi zoom, video call dan WhatsApp," tambah Retno.
ibu menemani anak belajar Foto: Shutterstock
Nah Moms, seperti yang kita tahu, metode pembelajaran jarak jauh seperti ini memang hal baru di Indonesia. Sehingga, agar program ini bisa berjalan dengan baik, KPAI mengusulkan beberapa rekomendasi, seperti:
ADVERTISEMENT
1. Perlu penetapan kurikulum dalam situasi darurat COVID-19.
2. Mempertimbangkan kondisi anak dan keluarganya dalam PJJ dan Penilaiannya dalam menerapkan ujian daring.
3. Dalam melaksanakan PJJ, para guru sebaiknya tidak terfokus pada pembelajaran dan penilaian koginitif saja, tetapi harus juga menyeimbangkannya dengan aspek afektif yang berbasis pada pendidikan karakter.
4. Kemdikbud dan Kemenag harus mendorong para guru untuk menggunakan Platform Rumah Belajar dan Program Belajar dari Rumah yang disiarkan di Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (LPP TVRI) sejak Senin (13/4/2020), karena mendapat respons orang tua dan sekolah.
5. KPAI mendorong para guru agar lebih kreatif menjalankan PJJ, tidak fokus pada kompetensi akademik semata, kenali dan manfaatkan minat dan potensi anak, sehingga tugas yang diberikan dijalankan dengan total dan penuh semangat.
ADVERTISEMENT
6. Kolaborasi dan merampingkan bidang studi yang beragam dan jumlahnya banyak.
Semoga saja, hasil survei KPAI ini bisa jadi evaluasi positif untuk program pembelajaran jarak jauh yang sedang dijalani anak Anda.