Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Survei Ungkap 85 Persen Ibu Gampang Ngompol Usai Melahirkan, Perlukah Diobati?
7 Februari 2025 16:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Proses pemulihan tubuh usai melahirkan bisa dirasakan berat bagi sebagian ibu . Secara fisik, Anda mungkin akan mengalami rasa nyeri pada panggul akibat munculnya tekanan pada area tersebut, termasuk saraf dan otot di sekitarnya. Sehingga, tidak jarang, ibu baru melahirkan akan mengalami buang air kecil yang tidak disengaja alias mengompol.
ADVERTISEMENT
Dalam istilah medis, kondisi ini disebut juga inkontinensia urine. Biasanya terjadi karena aktivitas yang dilakukan ibu setelah melahirkan, seperti tertawa, bersin, atau batuk. Ibu yang melahirkan lewat persalinan pervaginam cenderung lebih sering mengalami mengompol dibandingkan ibu yang melahirkan secara operasi caesar.
Faktanya, menurut studi terbaru yang dilakukan Aeroflow Urology, sekitar 85 persen ibu baru mengalami kebocoran kandung kemih yang lebih sering usai melahirkan. Namun, hanya 15 persen ibu mendapatkan perawatan untuk mengatasi mengompol yang dialaminya.
Kenapa banyak ibu yang tidak mengobati kondisi mudah mengompol ini? Menurut asisten dokter bidang kesehatan wanita, Aleece Fosnight, kemungkinan besar salah satu alasannya karena menganggap mengompol adalah hal yang normal terjadi. Selain itu, stigma mengompol kerap dianggap aib, sehingga membuat ibu enggan berbicara tentang kondisi mereka.
ADVERTISEMENT
Jika Mudah Mengompol pada Ibu Baru Tidak Diobati, Apa yang Akan Terjadi?
Meski terdengar sepele, beberapa ibu yang mudah mengompol setelah melahirkan dan tidak mendapat pengobatan bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti infeksi saluran kemih (ISK), infeksi vagina, hingga meningkatnya kasus masalah kesehatan mental pascapersalinan, seperti postpartum depression.
Mengingat spektrum gejalanya yang sangat luas, dokter spesialis kandungan Kyle Graham, MD, menyebut tidak jarang orang akan memiliki respons yang berbeda terhadap kondisi ini. Apalagi, hal ini bisa memengaruhi kehidupan seseorang.
"Rasa malu, frustrasi, dan kurang percaya diri menjadi masalah yang kerap dibahas oleh pasien saat berkonsultasi," tutur Dr. Graham, seperti dikutip dari Parents.
1. Kesehatan Mental
Menurut survei tersebut, 71 persen ibu dengan inkontinensia usai persalinan dilaporkan mengalami kecemasan, stres, hingga rasa tidak percaya diri.
ADVERTISEMENT
"Inkontinensia pascapersalinan berkorelasi dengan gangguan suasana hati dan kecemasan, dan dapat menyebabkan meningkatkan kesulitan penyesuaian psikososial pada periode tersebut," tutur terapis okupasi kesehatan perinatal, Lacy Woods.
2. Aktivitas yang Terganggu
Dua pertiga ibu dalam survei tersebut juga melaporkan mereka tidak dapat melakukan aktivitas rutin seperti yang biasanya dilakukan karena kondisi mudah mengompol yang dialaminya. Kondisi ini dianggap telah mengganggu karena mereka harus pergi ke toilet terus-menerus.
"Jadi, mereka mengembangkan keengganan untuk ikut serta dalam aktivitas sosial yang biasa mereka lakukan," ucap dia.
Ibu dengan kondisi mudah mengompol pun jadi kurang aktif karena khawatir akan tiba-tiba buang air kecil. Bahkan, satu studi menemukan hampir setelah dari ibu menghentikan aktivitas olahraga yang disukai, seperti olahraga raket atau bola voli, karena gejala dasar yang dialami di panggul," ungkap seorang terapis fisik, Lauren Hill, PT, DPT.
3. Tidur dan Seks
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, rasa ingin buang air kecil terus-menerus bahkan dapat mengganggu tidur hingga aktivitas seks bersama suami. Ketika bercinta, misalnya, ibu jadi lebih mungkin tidak merasakan kenikmatan. Sehingga, terkadang ibu pun mungkin menghindari aktivitas seks.
Kenapa Harus Diobati?
Inkontinensia adalah cara tubuh memberi tahu Anda bahwa otot dasar panggul tidak berfungsi dengan baik. Sebab, meski Anda menganggap mengompol bukanlah masalah besar, tetapi tetap harus diobati karena otot dasar panggul berperan penting bagi tubuh.
"Otot tersebut menopang organ panggul dan bekerja dengan pinggul serta punggung bawah untuk menstabilkan tulang belakang dan panggul," ujar Hill.
Jika dasar panggul tidak berfungsi dengan baik, maka risiko mengalami cedera pada punggung bawah pun jadi lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, jangan ragu untuk mengonsultasikan kondisi ini dengan dokter, Moms. Beberapa intervensi yang mungkin dilakukan adalah terapi dan relaksasi dasar panggul, seperti yoga, latihan pernapasan, peregangan dasar panggul dan otot-otot pendukung lainnya. Serta, menghindari kegel yang dapat memperburuk inkontinensia.