Tahap Perkembangan Sensorimotor Bayi Sesuai Usianya

15 Juni 2022 11:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi. Foto: sutlafk/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi. Foto: sutlafk/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Seiring bertambah usianya, bayi akan melalui berbagai fase perkembangan untuk mendukung kemampuannya. Para ahli membuat acuan terkait tonggak perkembangan bayi yang perlu dipahami orang tua. Salah satu teori yang populer adalah teori perkembangan Piaget. Pernah dengar, Moms?
ADVERTISEMENT
Mengutip Mom Junction, teori perkembangan Piaget adalah tahapan perkembangan anak-anak yang dirumuskan oleh seorang psikolog dan ahli epistemologi genetik dari Swiss bernama Jean Piaget. Teori ini terbagi menjadi empat bagian yang salah satunya membahas tentang perkembangan bayi, yaitu tahap sensorimotor.
Tahap sensorimotor adalah fase perkembangan ketika bayi dapat menggunakan inderanya untuk melakukan aktivitas, seperti menyentuh, mengisap, menggenggam, dan mendengarkan. Disebut ‘sensorimotor’ karena perkembangan ini melibatkan persepsi sensorik dan aktivitas motorik.
Tahapan yang terjadi pada dua tahun pertama kehidupan anak ini ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang pesat pada si kecil.
Berikut ini tahapan perkembangan sensorimotor bayi sesuai dengan usianya.

Tahapan Perkembangan Sensorimotor Bayi

Ilustrasi bayi baru lahir. Foto: Shutter Stock
1. Refleks (0 – 1 Bulan)
ADVERTISEMENT
Pada tahapan ini, bayi baru lahir akan merespons berbagai rangsangan dengan tindakan refleks, seperti menggenggam, tersenyum, dan mengisap. Refleks ini muncul secara bawaan tanpa diajarkan pada si kecil.
2. Reaksi Sirkular Primer (1 – 4 Bulan)
Tahap ini ditandai dengan pengulangan aktivitas yang menurut bayi menyenangkan, misalnya mengisap ibu jari, menggoyangkan jari, dan menggerakkan kakinya seperti menendang. Tindakan ini dilakukan secara sengaja karena bayi senang melakukannya.
Selain itu, pada tahap ini, bayi juga mulai bisa merespon orang-orang di sekitarnya, seperti tersenyum, menirukan ekspresi, dan mengggenggam mainan yang diberikan.
3. Reaksi Sirkular Sekunder (4 – 8 Bulan)
Ilustrasi bayi tertawa. Foto: sutlafk/Shutterstock
Setelah melakukan aktivitas yang menyenangkan pada tahapan sebelumnya, selanjutnya bayi mulai belajar untuk bereksplorasi dengan benda-benda di sekitarnya. Misalnya, menjatuhkan mainan, membenturkan dua benda, dan melempar bantal. Selain itu, bayi juga mulai tertawa, mengoceh, dan mengekspresikan emosinya.
ADVERTISEMENT
4. Koordinasi Reaksi (8 – 12 Bulan)
Setelah mempelajari gerak refleks dari tahapan sebelumnya, pada tahapan ini bayi mulai belajar untuk mengoordinasi gerakan tubuh sesuai tujuannya. Misalnnya, menggeleng untuk berkata ‘tidak’, makan sendiri, dan memindahkan barang dari satu tangan ke tangan lain.
5. Reaksi Sirkuler Tersier (12 – 18 Bulan)
Ilustrasi membacakan buku cerita untuk bayi. Foto: Shutter Stock
Pada periode ini, bayi akan menjelajahi kemampuannya lebih baik dari sebelumnya. Si kecil mulai mencoba bereksperimen dengan kemampuan motoriknya, misalnya membangun dan membongkar kembali mainan balok. Selain itu, bayi juga dapat memahami dan menanggapi ucapan orang tuanya. Ia juga mulai tertarik dengan lagu dan dongeng.
6. Pemikiran Representasional Awal (18 – 24 Bulan)
Tahapan ini merupakan fase terakhir dari perkembangan sensorimotor bayi. Si kecil yang sudah memasuki usia balita mulai mengembangkan kemampuannya untuk aktivitas yang lebih rumit. Ia mulai mengamati aktivitas yang dilakukan orang-orang di sekitarnya dan mencoba menirunya, seperti menyapu, menyiram bunga, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT