Viral Anak Main Roleplay di Media Sosial, Apa Dampaknya?

21 Juni 2023 11:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Anak Praremaja Bermain Handphone. Foto: Pranithan Chorruangsak/shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak Praremaja Bermain Handphone. Foto: Pranithan Chorruangsak/shutterstock
ADVERTISEMENT
Viral seorang anak perempuan usia 11 tahun bermain roleplay di media sosial. Ia melakukan permainan peran bersama orang yang tidak dikenalnya di TikTok. Bahkan anak tersebut juga sampai punya keluarga di dalam permainannya.
ADVERTISEMENT
Moms, roleplay atau RP sebenarnya sudah cukup lama dikenal di media sosial Twitter. RP merupakan bentuk aktivitas di mana seseorang berpura-pura menjadi orang lain. Misalnya artis, tokoh atau karakter fiktif, dan lain-lain.
Psikolog anak dan remaja, Rizqina P. Ardiwijaya, M.Psi., menjelaskan, para pemain roleplay biasanya saling berinteraksi di sosial media dengan membuat akun yang sesuai dengan karakternya. Kemudian, mereka mengunggah konten yang mencerminkan tokoh yang diperankannya, agar seolah-olah ia hidup sebagai karakter tersebut.
“Misalnya, berperan jadi Jennie Blackpink. Pertama kita harus membuat akun Instagram/TikTok dengan wajah dan profil Jennie. Kemudian, membuat dan posting konten-konten yang mencerminkan Jennie, misalnya dance atau nyanyi,” kata Rizqina saat dihubungi kumparanMOM (20/6).

Dampak Negatif bila Anak Suka Main Roleplay di Sosial Media

Ilustrasi Anak Praremaja Bermain Handphone. Foto: Creativa Images/shutterstock
Pada dasarnya, konsep permainan roleplay sama dengan pretend play yang sering dilakukan anak-anak. Pada roleplay anak akan berperan sebagai seseorang atau sesuatu, sementara pretend play punya konteks yang lebih luas misalnya saat si kecil memegang remote TV yang dijadikan smartphone, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Rizqina, banyak anak terpapar roleplay karena permainan ini memberikan pengalaman yang menyenangkan, terlebih mereka bisa bebas melakukan peran sesuai dengan imajinasinya. Kendati demikian, permainan roleplay juga punya dampak negatif untuk si kecil.
Anak-anak bisa dimanfaatkan
“Permainan RP ini memiliki risiko penipuan, pelecehan, dan eksploitasi bagi anak. Anak pada umumnya masih mengembangkan kemampuan pemahaman aturan sosial dan belum memahami cara ber-media sosial yang baik dan benar,” ujar psikolog yang berpraktik di Rumah Dandelion tersebut.
Ilustrasi anak praremaja kena peer pressure. Foto: Shutterstock
Masalah dalam membangun self-image
Terlalu sering terlibat dalam bermain roleplay dapat membuat anak-anak kehilangan pemahaman tentang identitas diri mereka sendiri lho, Moms. Mereka bisa terjebak di dalam peran fiktifnya dan kesulitan membedakan yang mana imajinasi dan kenyataan. Selain itu, si kecil juga bisa merasa tidak puas terhadap dirinya yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Isolasi sosial
Anak-anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang sangat disarankan untuk mengasah kemampuan sosialnya melalui interaksi dengan orang lain. Namun jika lebih sering bermain RP, mereka jadi enggan untuk melakukannya karena lebih menyukai interaksi fiktif bersama karakter RP-nya.

Apa yang Bisa Orang Tua Lakukan?

Ilustrasi anak praremaja kena peer pressure. Foto: Shutterstock
Ibu dan ayah mungkin khawatir jika tahu anaknya suka bermain RP. Tapi yang bisa dilakukan pertama adalah berikan reaksi yang netral dulu ya, Moms. Kemudian tanyakan pada si kecil, apa sih yang membuat permainan itu begitu menyenangkan untuknya?
Jika hasil diskusi dengan anak ada hal yang menjadi kekhawatiran, sebaiknya bantu jelaskan perlahan soal permainan RP yang dilakukannya. Alih-alih langsung melarang anak, sebaiknya buat aturan untuk selalu menemaninya saat ia bermain RP. Ibu dan ayah juga bisa menawarkan kegiatan lain yang lebih menyenangkan daripada RP, misalnya mengajak jalan-jalan keluar rumah atau bermain peran bersama.
ADVERTISEMENT