WHO: Pandemi Bisa Sebabkan Risiko Campak pada Anak Meningkat

16 November 2021 12:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
WHO: Pandemi Bisa Sebabkan Risiko Campak pada Anak Meningkat Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
WHO: Pandemi Bisa Sebabkan Risiko Campak pada Anak Meningkat Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Campak merupakan salah satu penyakit berbahaya dan menular yang dapat menyerang anak. Ya Moms, anak bisa terkena campak dengan gejala berat, bila ia belum mendapat vaksinasi.
ADVERTISEMENT
Bahkan, belum lama ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa campak bisa jadi wabah karena 22 juta anak di dunia melewati imunisasi campak akibat pandemi COVID-19. Seperti apa penjelasan lengkapnya? Simak terus pernyataan WHO di bawah ini, Moms.
Ilustrasi anak campak. Foto: Shutter Stock

WHO Sebut Campak Berisiko Jadi Wabah di Tengah Pandemi

Menurut WHO, di tahun 2020 ada sekitar 3 juta anak di Amerika Serikat yang tidak mendapat suntikan vaksin campak. Penyebabnya, karena AS saat itu disibukkan dengan penanganan COVID-19. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka ini merupakan jumlah terbesar selama 2 dekade terakhir, Moms.
Mengutip Reuters, WHO mengatakan bahwa hal ini akan berbahaya bila anak tidak mendapatkan vaksin campak dengan segera. Sebab, anak rentan terpapar penyakit yang bisa menular melalui saluran napas dan disebabkan oleh virus ini.
ADVERTISEMENT
"Banyaknya anak yang tidak menerima vaksin campak, deteksi, dan diagnostik penyakit yang dialihkan untuk mendukung pencegahan COVID-19 adalah faktor yang meningkatkan kemungkinan kematian terkait campak dan komplikasi serius pada anak-anak," kata Kepala Imunisasi CDC AS, Kevin Cain, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (11/11).
WHO: Pandemi Bisa Sebabkan Risiko Campak pada Anak Meningkat. Foto: Shutter Stock
Ya Moms, seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa campak merupakan penyakit menular. Tingkat penularannya pun melebihi COVID-19, Ebola, TBC, dan influenza. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi bayi maupun anak.
Tercatat pada 2019, kasus campak dilaporkan mencapai titik tertinggi dalam seperempat abad terakhir. Setahun kemudian, pada 2020 vaksinasi campak di 23 negara tertunda akibat COVID-19. Akibatnya, 93 juta orang berisiko tertular penyakit ini.
"Sangat penting bagi negara-negara untuk memberikan vaksin COVID-19 secepat mungkin, tetapi ini membutuhkan sumber daya baru sehingga tidak membebani program imunisasi esensial," kata Direktur Departemen Imunisasi WHO, Vaksin dan Biologi Dr Kate O'Brien.
Ilustrasi anak campak. Foto: Shutter Stock

Gejala Anak Bila Terkena Campak

Anak yang alami campak biasanya akan menunjukkan beberapa gejala, seperti: demam tinggi, muncul bercak kemerahan di kulit disertai batuk, pilek, lesu, hingga mata merah. Untuk itu, sebagai orang tua Anda perlu mewaspadai penyakit ini. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam laman resminya pun memaparkan, campak bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti diare, radang paru pneumonia, radang otak (ensefalitis), kebutaan, gizi buruk, bahkan kematian.
ADVERTISEMENT
"Anak dengan sistem imun yang rendah (misalnya anak yang mendapatkan pengobatan kanker, penderita HIV) rentan terhadap penyakit campak, dan mempertinggi ancaman terhadap kesehatan mereka," kata Prof. Dr. Badriul Hegar, Ph.D, Sp.A(K) dalam laman IDAI.
WHO: Pandemi Bisa Sebabkan Risiko Campak pada Anak Meningkat. Foto: Shutter Stock

Segera Lakukan Imunisasi Campak pada Anak

Untuk mencegah penyakit ini, Anda bisa memberikan imunisasi pada anak, Moms. Imunisasi MR (measles and rubella) bisa Anda berikan rutin pada anak di usia 9 bulan, 18 bulan, dan saat menginjak kelas 1 SD atau sederajat.
Selain mencegah penyakit campak, vaksin MR juga mencegah penyakit rubella. Untuk memastikan kekebalan penuh terhadap penyakit campak dan rubella, Anda juga boleh memberikan anak vaksin MMR setelah mendapat vaksin MR. Vaksin MMR sendiri bermanfaat untuk mencegah penyakit campak, rubella dan gondongan.
ADVERTISEMENT