Yang Orang Tua Perlu Lakukan saat Anaknya Dibully di Medsos seperti Lesti Kejora

10 April 2022 14:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak Lesty dan Rizky Billar. Foto: Instagram/@ lestykejora dan @rizkybillar
zoom-in-whitePerbesar
Anak Lesty dan Rizky Billar. Foto: Instagram/@ lestykejora dan @rizkybillar
ADVERTISEMENT
Pasangan selebriti Lesti Kejora dan Rizky Billar masih terus menjadi sorotan. Namun, kali ini, kabar kurang mengenakkan terjadi pada pasangan ini. Muhammad Leslar Al-Fatih Billar, putra sulung Lesti dan Rizky, beberapa waktu lalu menjadi sasaran perundungan (bullying) netizen.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah unggahan Lesti di akun Instagramnya yang memasang foto dengan Baby Leslar, terlihat pada kolom komentar diisi oleh respons-respons jahat dan bernada hinaan fisik.
Ya Moms, jari-jari netizen yang begitu kejam membuat komentar jahat terhadap bayinya yang masih berusia 3,5 bulan itu sempat membuat Lesti meradang. Jika hal ini terus berlanjut, bisa akan berdampak pada psikologis ibu dan anaknya.
Lantas, apa yang bisa dilakukan orang tua ketika melihat anaknya dibully di media sosial? Simak penjelasan ahli berikut ini ya, Moms.

Penjelasan Ahli Soal Dampak Psikologis Korban Bullying

Menurut American Psychological Association (APA), bullying atau perundungan adalah sebuah bentuk perilaku agresif yang dilakukan secara berulang dan disengaja untuk menimbulkan perasaan tidak nyaman maupun cidera bagi korban. Bullying bisa terjadi di mana saja, seperti di lingkungan sekitar, pekerjaan, keluarga, bahkan di media sosial.
Ilustrasi anak jadi korban bully. Foto: Shutterstock
Kondisi ini pun cukup banyak dialami oleh beberapa figur publik, apalagi mereka yang aktif mengunggah kehidupannya di sosial media, seperti yang terjadi pada Lesti Kejora.
ADVERTISEMENT
Menurut Psikologi Klinis dari Universitas Atmajaya, Rininda Mutia, korban bullying biasanya akan merasakan dirinya rendah. Apalagi, jika sang anak juga kerap dikait-kaitkan.
“Saya rasa wajar ya jika orang tua merasa terganggu dan sedih saat anaknya dibully. Bahkan, anak tersebut sebenarnya tidak melakukan apa-apa. Hal ini bisa membuat sang ibu merasa rendah diri,” jelas Ninda, saat dihubungi kumparanMOM, Kamis (7/4).
Akhir-akhir ini pun banyak selebriti juga seringkali diunggah kehidupan sehari-harinya di media sosial seperti Instagram dan YouTube. Ketika artis membagikan konten-konten kehidupannya, sebenarnya secara tidak langsung mereka pun harus siap menghadapi berbagai respons netizen.
Quaden Bayles, bocah Australia korban bullying. Foto: Youtube/ @Creative PNG
Lebih lanjut, Ninda menjelaskan, dalam kasus bullying, body shaming ataupun baby shaming, pelakunya tetaplah sosok yang bersalah. Terkait mengomentari penilaian fisik, menurutnya itu merupakan preferensi masing-masing dan tidak bisa dilakukan satu sama lain.
ADVERTISEMENT
“Apapun itu penyebabnya, tidak sepatutnya saling menjatuhkan sesama manusia. Sebagai public figure, pasti ada konsekuensinya. Ada yang suka, ada yang tidak. Tapi ganteng dan cantik itu relatif, sehingga itu bukan suatu pembenaran,” tutur Ninda.
Tak hanya berdampak buruk bagi ibu, tapi tindakan bullying juga bisa berdampak buruk bagi anak yang mengalaminya. Apabila tindakan ini berlangsung sampai usia si anak beranjak dewasa, mungkin bisa memengaruhi self image-nya di masa yang akan datang.
“Ini bisa saja berdampak pada self image si anak, tapi ini juga bisa dicegah dengan bagaimana cara orang tua membesarkan hati anaknya,” kata Ninda.
Ilustrasi ibu memberikan pengertian pada anak. Foto: Odua Images/Shutterstock
Mengingat bahaya dampak bullying bagi anak, maka menjadi tugas orang tua untuk melindungi si kecil dari tindakan tersebut. Namun, cara mengatasinya tergantung dari masing-masing karakter orang tua. Ada yang langsung menegur, membiarkan, bahkan ada juga yang menempuh jalur hukum.
ADVERTISEMENT
Namun yang perlu orang tua korban pahami juga, pelaku bullying biasanya melakukan tindakan tersebut karena merasa insecure dengan dirinya sendiri, iri atau terlalu membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, dan ingin menunjukkan dominasi kemampuannya dengan merendahkan orang lain agar terlihat lebih baik.
“Kita tidak tahu kondisi yang dialami oleh para pem-bully sehingga tega melakukan hal demikian. Mungkin mereka juga punya permasalahan sendiri, tetapi dilampiaskan dengan mem-bully orang lain. Jika level bully-nya sampai membahayakan, sebaiknya ada tindakan tegas dari orang tua untuk melindungi anaknya,” tutup Ninda.