Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 Ā© PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
14 Ramadhan 1446 HJumat, 14 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
Isu badai dahsyat pada 28 Desember 2022 di Jabodetabek membuat publik mengkritisi dengan istilah "big match BRIN vs BMKG". Hal ini karena peneliti BRIN dan BMKG ā keduanya lembaga pemerintah nonkementerianāmemiliki pendapat yang berbeda tentang kondisi cuaca di Jabodetabek pada Rabu, 28 Desember.
ADVERTISEMENT
Menanggapi polemik tersebut, Kepala BRIN Dr Laksana Tri Handoko meminta masyarakat tidak memperpanjang polemik badai dahsyat tersebut.
Tri Handoko menegaskan, sesuai regulasi yang berlaku di Indonesia, terkait informasi dan prediksi cuaca dan iklim, mereka selalu merujuk BMKG.
āKami mengacu terhadap BMKG yang mengeluarkan informasi tentang kondisi cuaca," kata Tri Handoko dalam keterangan tertulisnya, Kamis (29/12).
"Selama ini kami bekerja sama erat dengan BMKG. Informasi cuaca, publik harus mengacu ke BMKG," tambah dia.
Tri Handoko menekankan, Indonesia telah memiliki regulasi yang jelas terkait otoritas informasi publik.
Oleh sebab itu, menjadi tugas bersama seluruh kementerian/lembaga untuk memperkuat pemahaman publik.
Tidak Bisa Menyalahkan Dr Erma
Terkait pernyataan pakar Klimatologi di Pusat Iklim dan Atmosfer BRIN, Dr Erma Yulihastin, yang memprediksi hujan ekstrem dan badai dahsyat bakal terjadi pada 28 Desember, Tri Handoko tidak bisa menyalahkannya.
ADVERTISEMENT
Sebab, otoritas keilmuan yang dimiliki oleh para periset BRIN sesuai kepakarannya. Ia menekankan, otoritas informasi sains di ruang publik yang dimiliki BRIN hanya informasi benda jatuh dari angkasa sesuai UU 21/ 2013 tentang Keantariksaan.
"Beragam kasus misinformasi semacam ini, harus semakin menyadarkan kita semua akan pentingnya penguatan literasi sains bagi publik," kata Tri Handoko.
"Sebagai lembaga pemerintah untuk riset dan inovasi BRIN tentu menjadi salah satu pihak yang bertanggung-jawab atas hal ini," tutup dia.
Cuitan BRIN vs BMKG
Pada 26 Desember 2022, dalam cuitan di Twitter, Dr Erma menyebut, hujan ekstrem dan badai dahsyat berpotensi terjadi pada Rabu (28/12) di kawasan Jabodetabek, khususnya Tangerang atau Banten. Hal ini berpotensi memicu banjir besar.
ADVERTISEMENT
Namun, BMKG memprediksi wilayah Jabodetabek pada 28 Desember hanya akan terjadi hujan sedang hingga lebat, bukan badai.
Dari pemodelan BMKG, Jabodetabek baru akan diguyur hujan sangat lebat pada 30 Desember 2022. Selain itu, BMKG meminta semua pihak berhati-hati dalam penggunaan istilah karena hujan ekstrem dan badai itu berbeda.
Analisis peneliti BRIN tentang badai dahsyat di Jabodetabek menyebabkan sejumlah perusahaan swasta melakukan work from home/WFH pada 28 Desember.
Tak sedikit yang mengkritik Dr Erma atas penggunaan terminologi "badai dahsyat" yang mengundang kekhawatiran publik.
Faktanya, tak ada laporan "badai dahsyat" yang terjadi di Jabodetabek pada 28 Desember.
Dalam cuitan terbaru, Dr Erma menegaskan bahwa informasi yang dia bagikan lebih pada edukasi publik.
ADVERTISEMENT
"Saya fokus pada konten, edukasi publik, dan bersahabat erat dan kawan-kawan yang konsern dengan upaya terbaik mitigasi bencana hidrometeorologi di Indonesia. Saya siap berkolaborasi dan membantu mereka. Tugas saya sebagai periset adalah menghebatkan teman-teman di garda terdepan bencana," ungkapnya.
Tanggapan Jokowi
Presiden Jokowi telah memberikan tanggapan terkait prediksi cuaca buruk yang bakal melanda Indonesia dalam sepekan ke depan.
Jokowi mengatakan, masyarakat tidak perlu panik dalam menyikapi masalah ini. Menurutnya, masyarakat cukup memantau informasi yang dikeluarkan oleh BMKG.
"Ikuti semua informasi dan ikuti semua yang disampaikan oleh BMKG. Sudah," kata Jokowi, Rabu (28/12).