2.600 Ton Limbah Medis Mengancam Dunia, WHO Minta Penggunaan APD Lebih Bijak

23 Februari 2022 13:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas memindahkan kantong yang berisi limbah medis berbahan berbahaya dan beracun (B3) di RSDC Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Selasa (17/8/2021).  Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas memindahkan kantong yang berisi limbah medis berbahan berbahaya dan beracun (B3) di RSDC Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Selasa (17/8/2021). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Dalam bidang ekosistem, pandemi COVID-19 telah berdampak secara besar dengan menyumbang meningkatnya sampah medis. Hal ini tentunya melahirkan ancaman dalam aspek kesehatan manusia dan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Limbah berupa masker dan bekas botol vaksin telah menumpuk menghasilkan puluhan ribu ton limbah medis. Tidak dapat dipungkiri peneliti dunia menganjurkan penggunaan masker bedah karena secara ilmiah terbukti bahwa efektivitas penggunaan masker bedah dapat mengurangi risiko penularan COVID-19.
"Terdapat lebih dari 140 juta alat uji telah dikirim ke seluruh dunia, menciptakan potensi 2.600 ton limbah medis, sebagian besar adalah plastik dan 731.000 liter limbah kimia," demikian laporan WHO, dikutip dari WEF, Rabu (23/2).
Urgensi dalam penanganan limbah yang tepat akan beraspek baik bagi kesehatan manusia hingga lingkungan. Sebab, apabila tidak akan menghadirkan risiko penularan penyakit yang serius kepada pekerja limbah, petugas kesehatan, pasien, dan masyarakat pada umumnya melalui paparan agen infeksius.
ADVERTISEMENT
Pengelolaan limbah yang buruk memancarkan kontaminan berbahaya dan merusak ke dalam masyarakat. Proses yang tidak tepat justru membantu penularan virus COVID-19.
Dalam pergolakan krisis lingkungan badan kesehatan PBB itu menyerukan reformasi dan investasi tambahan.
"Termasuk melalui pengurangan penggunaan kemasan, penggunaan APD secara lebih rasional, dan investasi pada teknologi pengolahan limbah non-bakar," kata WHO dikutip dari Al Jazeera.
Di Indonesia, Pemerintah melakukan dukungan sarana, mengingat kapasitas untuk memusnahkan limbah medis, KLHK sejak 2019 telah membantu sebanyak 10 unit incinerator kapasitas 150 kg/jam dan 300 kg/jam seperti di Sulsel, Aceh, Sulbar, NTB, NTT, Aceh, Sumbar, Papua Barat, dan Kalsel dan akan mendorong pengelolaan limbah medis di daerah lainnya.
Pentingnya inovasi dalam pengolahan limbah menjadi agenda utama penanganan dalam menyatukan pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil untuk melakukan tindakan baik akan sangat menyumbang turunnya lonjakan sampah medis.
ADVERTISEMENT
Reporter: Rachel Koinonia