Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
200 Migran Venezuela Dideportasi dari AS, Presiden Maduro Kirim 2 Pesawat
11 Februari 2025 18:56 WIB
·
waktu baca 3 menit![Migran Venezuela yang dideportasi dari AS di bandara Internasional Simon Bolivar di Maiquetia, Negara Bagian La Guaira, Venezuela, Senin (10/2/2025). Foto: Gaby Oraa/REUTERS](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jktc7a1q713p71cnk28h9eqq.jpg)
ADVERTISEMENT
Venezuela mengirim dua pesawat untuk menjemput hampir 200 migran tak berdokumen dari Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Langkah ini dilakukan setelah Presiden Nicolas Maduro menyepakati pemulangan dengan utusan AS yang berkunjung pada 31 Januari.
Pesawat yang dioperasikan maskapai negara Conviasa mendarat di Bandara Internasional Maiquetia, Caracas, pada Senin (10/2).
Beberapa migran diborgol dan dilepaskan sebelum turun dari pesawat, sementara yang lain mengangkat tangan mereka saat menginjak tanah Venezuela.
“Kami menegaskan bahwa setiap pemulangan warga Venezuela harus dilakukan dengan penghormatan penuh terhadap martabat dan hak asasi manusia mereka,” ungkap Kementerian Luar Negeri Venezuela, mengutip AFP.
Pernyataan itu juga menyebutkan harapan Caracas untuk “awal baru” dalam hubungan dengan Washington.
Namun, Menteri Dalam Negeri Diosdado Cabello mengatakan hanya sedikit yang memiliki catatan kriminal.
Semua penumpang akan diperiksa, dengan mereka yang hanya melanggar aturan imigrasi dibebaskan, sementara tersangka kriminal akan ditahan untuk penyelidikan.
ADVERTISEMENT
Gedung Putih mengunggah foto migran yang diborgol menaiki pesawat dengan keterangan: “Penerbangan repatriasi ke Venezuela telah dimulai kembali, dengan Duta Besar @RichardGrenell mengawasi dua penerbangan pertama. BUAT AMERIKA AMAN LAGI.”
Trump dan Deportasi Massal
Sejak menjabat kembali, Trump berjanji menggelar deportasi besar-besaran.
Ia mengeklaim banyak imigran ilegal, termasuk dari Venezuela, terlibat dalam kejahatan. Namun, data menunjukkan imigran justru memiliki tingkat kriminalitas lebih rendah dibanding penduduk asli AS.
Maduro yang menghadapi sanksi ekonomi AS, sebelumnya menghentikan izin penerbangan deportasi pada Februari lalu.
Tapi setelah pertemuannya dengan Grenell di Caracas, ia menyatakan siap menerima kembali warga Venezuela dan menyediakan transportasi repatriasi.
“Venezuela setuju menerima semua imigran ilegal Venezuela di AS, termasuk anggota Tren de Aragua,” kata Trump di media sosialnya, Truth Social.
ADVERTISEMENT
Dubes Grenell yang dikirim ke Caracas untuk perundingan, pulang bersama enam warga AS yang sebelumnya ditahan di Venezuela.
Tarik-Ulur Washington-Caracas
Washington tak mengakui Maduro sebagai presiden sah setelah pemilu 2018 yang dianggap curang.
Namun, usai Joe Biden melonggarkan sanksi terhadap Venezuela, Maduro membebaskan 10 tahanan AS dalam pertukaran.
Setelah pemilu presiden Juli lalu, Maduro kembali mengeklaim kemenangan. Namun, banyak negara malah mengakui kandidat oposisi Edmundo Gonzalez Urrutia sebagai pemenang.
Utusan khusus AS untuk Amerika Latin, Mauricio Claver-Carone, menegaskan perundingan Grenell tidak berarti AS melunak terhadap Maduro.
Ia juga mengingatkan bahwa pelanggaran hak asasi di Venezuela tetap menjadi perhatian utama.
Trump mencabut perlindungan deportasi bagi 600 ribu warga Venezuela di AS. Ia pun mengatakan pemerintahannya tidak akan bergantung pada minyak Venezuela.
ADVERTISEMENT
Trump Tekan Amerika Latin: Deportasi atau Tarif Tinggi
Kebijakan deportasi Trump juga menargetkan negara lain.
Kolombia yang semula menolak penerbangan deportasi AS, akhirnya menerima kembali warganya setelah Trump mengancam tarif 25-50 persen pada produk ekspor mereka.
Brasil memprotes keras setelah warganya dideportasi dengan tangan diborgol, menyebutnya sebagai pelanggaran hak asasi manusia.
Presiden Honduras Xiomara Castro menyerukan pertemuan darurat CELAC untuk membahas kebijakan imigrasi Trump.
Sementara itu, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum menghadapi tekanan serupa. Trump mengancam tarif tinggi jika Meksiko gagal menghentikan arus migran dan narkoba ke AS.
“Setiap negara harus menerima kembali warganya yang berada di AS secara ilegal,” tegas Trump dalam pertemuan Partai Republik di Miami, akhir Januari lalu.