Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
3 Jam Mencekam: Imam Masykur Diperas, Disiksa, hingga Tak Bernyawa
2 November 2023 14:40 WIB
ยท
waktu baca 5 menit
ADVERTISEMENT
Hari itu, 12 Agustus 2023, menjadi 'neraka' bagi Imam Masykur. Toko obat yang menjual produk ilegal, disatroni Praka Heri Sandi dari Satuan Direktorat Topografi TNI Angkatan Darat yang berpura-pura ingin membeli obat Tramadol.
ADVERTISEMENT
Saat korban menyebut tersedianya obat tramadol, Heri menghubungi Praka Riswandi Manik oknum dari Paspampres dan Praka Jasmowir dari Kodam Iskandar Muda, menggunakan handy talky (HT). Imam pun sempat berteriak rampok.
Namun salah satu dari mereka menyebut dari anggota kepolisian. Warga yang sudah berkumpul pun membubarkan diri. Imam lalu diborgol dan dibawa ke dalam mobil.
Di dalam mobil, Imam dipukul di bagian wajah dan kepala serta dicambuk menggunakan kabel putih di bagian punggung. Rombongan tiga anggota TNI tersebut kemudian menyatroni toko lain yang dijaga oleh Khaidar.
Belakangan penyiksaan terhadap Imam ini membuatnya meninggal dunia. Kasusnya berujung ke meja hijau. Saat ini, ketiga oknum TNI tengah diadili. Pada hari ini, sidang beragendakan pemeriksaan saksi, salah satu yang dihadirkan adalah Khaidar.
ADVERTISEMENT
Bagaimana kesaksian dia saat satu mobil dengan tiga oknum TNI dan Imam Masykur?
"Pada saat di mobil kamu tanya enggak mau dibawa ke mana?" kata majelis hakim kepada Khaidar di persidangan, Kamis (2/11).
"Enggak saya tanya Pak," ucap Khaidar.
"Kapan kamu dipukul?" tanya hakim.
"Enggak ingat saya pak, banyak," jawab dia.
"Ada berapa? 10?" tanya hakim.
"Kayaknya," ucap dia.
Khaidar mengaku dipukul dengan tangan kosong hingga kabel listrik. Dia masuk ke mobil dalam kondisi mata tertutup. Tak lama kemudian, dia sadar ternyata tidak hanya dia seorang yang menjadi 'korban' di mobil tersebut.
"Tadi kan ada satu lagi korban tuh (Imam Masykur), pada saat di mana saksi sadar satu orang lagi dibawa terdakwa?" tanya hakim.
ADVERTISEMENT
"Pas lagi di jalan," jawab Khaidar.
Khaidar bercerita, kurang lebih lima menit dia di mobil, baru sadar ada sosok lain yang juga dianiaya di mobil tersebut. Saat itu dia sadar saat para oknum TNI tersebut menanyakan penyelesaian kasus obat ilegal.
"Waktu di jalan, dibilang, mau di sini atau di kantor aja? saya bilang di sini aja pak. Eh di kantor aja pak. Ada teman satu lagi, 'mau di sini aja'," kata Khaidar.
"Baru tahu ada satu lagi?" tanya hakim.
"Iya," jawabnya.
Setelahnya, Khaidar yang berada di tengah mobil diminta pindah ke kursi belakang. Saat itu, dari pengakuan Khaidar, sosok Imam Masykur masih hidup.
"Kamu enggak nanya ke dia, bang ditangkap kenapa?" tanya hakim.
ADVERTISEMENT
"Enggak berani saya Pak," jawab Khaidar.
"Berapa lama kalian dibawa di mobil itu?" tanya hakim.
"Sekitar 3 jam ya dari jam setengah 8 sampai 12 atau 11 ya," jawabnya.
"Saat awal masuk mobil itu udah sekarat belum itu Imam Masykur?" tanya hakim.
"Belum Pak," jawab dia.
Khaidar menyebut Imam kerap dipukuli di mobil. Bahkan hingga dia sekarat.
"Kamu tahu dia sekarat bagaimana?" tanya hakim.
"Eh, udah, aduh-aduh gitu," ucapnya.
Dalam kondisi tersebut, Imam sempat menelepon ibunya dan meminta dikirimi uang Rp 50 juta. Dia mengaku sudah tidak tahan lagi.
"Dia bilang 'ibu kirimin duit Rp 50 juta, saya udah enggak tahan lagi," ucap Khaidar.
"Maksudnya?" tanya hakim.
"Mungkin karena dipukul pak, udah batuk-batuk itu," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Perkataan itu, kata Khiadar, menjadi kalimat terakhir yang ia dengar dari sosok Imam. Sebab Imam meninggal dunia.
Setelah Imam tak bernyawa, ibunya kembali telepon dan menyatakan tidak ada uang.
"Ibunya telepon lagi?" tanya hakim.
"Ibunya. Itu waktu itu kayaknya almarhum udah enggak gerak lagi," jawab Khaidar.
"Tahu dari mana?" tanya hakim.
"Di belakang itu, posisi almarhum udah di belakang," jawabnya.
Khaidar mengaku sudah tidak ada embusan nafas dari Imam. Bahkan dia sudah tidak lagi meronta-ronta kesakitan. Badannya pun terasa dingin.
"Jadi waktu saya dengar dipukulinya, saya periksa si Imam enggak ada lagi. Si ibunya telepon, 'pak uangnya enggak ada, bisa besok enggak.' (dijawab) 'kamu mau lihat mayat anaknya? saya buang nih ke sungai'," kata Khaidar.
ADVERTISEMENT
"Terdakwa sudah tahu dong itu udah mati?" tanya hakim.
"Kurang tahu Pak," jawab Khaidar.
Dalam dakwaan, Imam dipukul di bagian wajah dan kepala serta dicambuk menggunakan kabel putih di bagian punggung. Imam, disebutkan, sempat mengaku jantungnya berdetak kencang dan tidak lama kemudian dia mengalami sesak napas.
"Kemudian terdakwa 3 mendengar saudara Imam Masykur berkata 'bang jantungku berdetak kencang' tidak lama kemudian saudara Imam Masykur sesak napas, terdengar ngorok dan meronta seperti orang kerasukan setan. Dan beberapa saat kemudian saudara Imam Masykur terdiam," kata Oditur Militer Pengadilan Militer II-07 Jakarta, Letkol chk Upen Jaya Supena.
Berdasarkan hasil Visum Et Repertum, Imam luka lecet pada wajah, luka robek pada dada kiri, serta tanda pembusukan dan mati lemas. Dari hasil visum diperkirakan korban meninggal dunia tiga hingga lima hari sebelum dilakukan pemeriksaan.
ADVERTISEMENT
Kemudian ditemukan pula tanda-tanda lain yang sesuai dengan kekerasan benda tumpul. Tanda-tanda tersebut yakni berupa patah tulang rahang bawah, luka-luka lecet pada wajah dan leher, memar pada wajah, kepala, leher dan punggung. Hampir seluruh organ Imam alami pembusukan.
"Kemudian pada pemeriksaan dalam, ditemukan pendarahan otak, patah tulang rahang bawah dan tulang lidah," kata Supena.
Kekerasan benda tumpul pada leher Imam pun menyebabkan adanya pendarahan di jaringan bawah pada kulit leher dan patah tulang lidah.