30 Warga RI Meninggal Usai Divaksin Corona, Terbanyak karena Penyakit Jantung

21 Mei 2021 11:02 WIB
Vaksinasi Gotong Royong Astra International & Kimia Farma. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Vaksinasi Gotong Royong Astra International & Kimia Farma. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Komnas KIPI melaporkan ada 30 kasus kematian usai divaksin corona. Rinciannya 27 kasus kematian usai divaksin Sinovac dan 3 kasus usai divaksin AstraZeneca. Dari jumlah tersebut, kasus kematian paling banyak disebabkan penyakit jantung.
ADVERTISEMENT
"Yang meninggal Sinovac 27 [orang]. Dari 27 itu, 10 orang karena terinfeksi COVID-19. 14 orang karena penyakit jantung dan pembuluh darah. 1 orang karena gangguan fungsi ginjal mendadak. 2 orang diabetes melitus, dan hipertensi yang tidak terkontrol," urai Ketua Komnas KIPI Prof. Hindra Irawan Satari dalam Rapat Dengar bersama DPR RI Komisi IX, Kamis (20/5).
"Kenapa kami bisa buat diagnosis itu karena datanya lengkap. [Mereka] diperiksa, dirawat, dicek lab, di-ct scan, jadi dapet diagnosisnya," imbuh dia.
Lebih lanjut, Hindra menerangkan 3 kasus kematian usai divaksin AstraZeneca, yakni 2 kasus di Jakarta dan 1 di Ambon.

Pemuda 22 Tahun di Jakarta

Trio Fauqi Virdaus, warga buaran meninggal setelah divaksin Asteazeneca Foto: Dok. Istimewa
Kasus kematian usai divaksin AstraZeneca menimpa seorang pemuda berusia 22 tahun bernama Trio saat Ramadhan. Hindra menjelaskan, Trio sempat mengalami KIPI berupa pusing dan demam.
ADVERTISEMENT
"AstraZeneca itu satu yang anak muda, 22, pemuda, dia berdua sama temennya divaksin dari SMS kantor. Abis divaksin pasang status sudah divaksin. Sampai rumah jam 4 sore, dia bilang sama ibunya pusing. Ibunya bilang minum parasetamol, tapi dia enggak mau karena takut abis divaksin," kata Hindra.
"Dia tetep puasa juga, buka puasa cuma minum aja," jelas dia.
Menurut Hindra, pada pukul 24.00 WIB, Trio masih pusing demam tinggi. Paginya pergi ke klinik namun tutup.
"Enggak jadi, enggak berobat juga. Siang minta dipijit, katanya kejang tapi menurut saya itu tarikan napas terakhir kayaknya," jelas dia.

Ojol Berusia 52 Tahun

Petugas kesehatan menyuntikan vaksin COVID-19 Sinovac secara drive thru untuk lansia ke Pengemudi ojek online di kawasan Kemayoran, Jakarta, Rabu (3/3/2021). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Hindra menjelaskan kasus kedua usianya 60 tahun. Namun, Sekretaris Komnas KIPI, dr Julitasari, mengklarifikasi usia ojek online itu masih 52 tahun. Kasus ini menimpa seorang driver ojol di Jakarta yang mengalami sesak napas.
ADVERTISEMENT
"Jadi dia ojol datang ke tempat layanan vaksin. Biasa [sebelum divaksin] diwawancara, namun enggak diperiksa pos pelayanan itu, langsung divaksin. Besoknya dia ke Puskesmas di Jakarta, sesek," kata Hindra.
"Dia bilang di puskesmas, sehari sebelum divaksin sudah sesek. Dia enggak bilang di tempat vaksin sudah sesek. Diperiksa di puskesmas radang paru," imbuhnya.
Ketika harus dirujuk, sayangnya tak ada tempat. Kondisinya kemudian makin berat, harus dioperasi namun yang bersangkutan enggan.
"Ketika sudah mau, tempatnya sudah penuh, jadi 4-5 hari kemudian meninggal. Jadi bukan karena vaksinnya, radang paru, radang parunya sebelum divaksin. Kemudian enggak terdeteksi. Dapat pengobatan tapi enggak bisa dirujuk," tutur dia.

Pria 45 Tahun Asal Ambon

Petugas kesehatan mengambil vaksin corona AstraZeneca sebelum disuntikkan di Sentra Vaksinasi Central Park dan Neo Soho Mall, Jakarta Barat, Sabtu (8/5/2021). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
Kasus ketiga menimpa seorang pria berusia 45 tahun yang ternyata terinfeksi corona sebelum divaksin.
ADVERTISEMENT
"Satu lagi di Ambon 45 tahun, disuntik, besoknya demam, batuk, pilek. Makin berat, diperiksa positif setelah 3 hari. Jadi dia terpapar COVID-19 sebelum divaksin," kata Hindra.
"COVID-19 berat dan akhirnya meninggal karena COVID-19. Nah kebetulan yang sama batch-nya [vaksin AstraZeneca] itu di Jakarta [CVMA547]," tegas Hindra.
Dari 3 kasus, belum bisa dipastikan apakah KIPI yang dialami itu terkait vaksin AstraZeneca atau tidak. Hal ini masih ditelusuri.
Misalnya dalam kasus Trio, Komnas KIPI tengah mempersiapkan langkah autopsi untuk memastikan sebab-akibat kematian dan penggunaan vaksin AstraZeneca. Pun mempersiapkan langkah autopsi pada driver ojol asal Jakarta.
"Komnas KIPI sudah membuat surat kepada Komda, supaya Komda yang melapor ke Kepala Dinas untuk dilakukan autopsi. Dan tadi jam 1 karena kami harus ke sini [rapat DPR] kami enggak bisa ikut persiapan autopsinya," papar Julia.
ADVERTISEMENT
Per 16 Mei, Hindra mencatatkan 229 laporan kasus KIPI serius dan 10.623 non-serius dari vaksinasi corona. KIPI serius terbagi menjadi 211 laporan terkait Sinovac dan 18 laporan terkait AstraZeneca.
KIPI non-serius bisa berupa demam, mual, muntah, lemas, pusing, sakit kepala, nyeri otot, dan nyeri sendi. Ini terdiri dari 9.738 laporan terkait Sinovac dan 889 laporan terkait AstraZeneca.
---------------------------------------
Punya pertanyaan seputar vaksin? Cek Vaksinesia.com