Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
414 Pasien Korban Perang Gaza Dievakuasi ke RS Mesir dalam 2 Pekan Terakhir
12 Februari 2025 17:36 WIB
·
waktu baca 3 menit![Ambulans melaju saat perbatasan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza dibuka kembali, Sabtu (1/2/2025). Foto: Mohamed Abd El Ghany/REUTERS](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jk2am632xfdwy4f1x7cpaqk1.jpg)
ADVERTISEMENT
Sejak awal Februari, setidaknya 414 pasien dari Jalur Gaza telah dievakuasi ke Mesir untuk mendapat perawatan medis.
ADVERTISEMENT
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah ini belum termasuk pasien yang dievakuasi hari ini, Rabu (12/2).
Melaporkan dari Rafah, jurnalis Al Jazeera Tareq Abu Azzoum, menyaksikan bus dan ambulans melintas untuk membawa pasien dalam kondisi kritis. Di antara mereka juga terdapat anak-anak yang membutuhkan penanganan segera.
“Sejak dini hari, lebih dari 168 truk bantuan telah memasuki Gaza, membawa makanan dan perlengkapan medis dari badan-badan PBB seperti UNRWA, WFP, dan WHO,” tutur Tareq, seperti diberitakan Al Jazeera.
Penyeberangan Rafah sempat ditutup selama sembilan bulan sebelum dibuka kembali pada 2 Februari. Kabar itu memberi harapan bagi ribuan pasien yang membutuhkan perawatan di luar Gaza.
Namun, pejabat WHO, Dr. Rik Peeperkorn, menekankan jumlah pasien yang dievakuasi masih jauh dari cukup.
ADVERTISEMENT
“Hingga 50 pasien seharusnya bisa keluar setiap hari, tapi sejauh ini kami hanya bisa mengevakuasi maksimal 39 pasien per hari,” ujarnya, seperti diberitakan VOA pada Kamis (6/2).
WHO memperkirakan antara 12.000 hingga 14.000 pasien masih menunggu evakuasi. Sekitar 5.000 di antaranya adalah anak-anak dengan kondisi kritis, termasuk trauma perang, penyakit jantung, dan kanker.
Sebelum perang pecah pada Oktober 2023, sekitar 50 hingga 100 pasien dari Gaza dirujuk setiap hari ke rumah sakit di Yerusalem Timur dan Tepi Barat.
Namun, setelah Israel menutup perbatasan Rafah pada Mei 2024, jumlah evakuasi anjlok drastis.
“Selama perang, hampir 5.000 pasien dievakuasi ke Mesir atau negara lain. Tapi setelah Rafah ditutup, kurang dari 500 pasien yang berhasil keluar hingga gencatan senjata pertengahan Januari,” jelas Peeperkorn.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini pun berdampak fatal. “Beberapa pasien kritis, termasuk anak-anak, meninggal karena tidak bisa dievakuasi,” tambahnya.
Kini hanya 18 dari 36 rumah sakit yang masih berfungsi sebagian di Gaza. Banyak rumah sakit mengalami kerusakan parah, kehabisan bahan bakar, dan kekurangan alat medis penting.
Sementara hanya ada satu pemindai CT dan satu mesin MRI yang masih beroperasi di seluruh Gaza.
Kebutuhan akan layanan kesehatan semakin besar, terutama bagi mereka yang mengalami luka fisik dan trauma psikologis akibat perang.
WHO masih berupaya meningkatkan respons medis di Gaza. Sejak gencatan senjata dimulai 19 Januari lalu, mereka telah mengirimkan 105 truk berisi pasokan medis untuk membantu 1,6 juta warga Palestina yang terdampak perang.
Meski demikian, Peeperkorn menegaskan solusi jangka panjang sangat diperlukan.
ADVERTISEMENT
“Kami butuh lebih banyak jalur evakuasi medis, tidak hanya melalui Rafah, tetapi juga ke Tepi Barat dan Yerusalem Timur, di mana rumah sakit siap menerima pasien,” katanya.