Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Tanggal 31 Januari 2018 menjadi tanggal yang bersejarah bagi masyarakat Indonesia. Pasalnya, di tanggal tersebut terjadi gerhana bulan total yang lazim juga disebut sebagai Bulan merah darah (blood moon), berbarengan dengan fenomena Bulan super (supermoon) dan purnama kedua di Bulan yang sama (blue moon).
ADVERTISEMENT
Ketika tiga fenomena tersebut terjadi bersamaan, maka ini lazim disebut sebagai super blue blood moon.
Selain disebut sebagai peristiwa langka, super blue blood moon juga memiliki fakta-fakta lain yang menarik. Setidaknya ada lima fakta tentang super blue blood moon yang berhasil dirangkum kumparan (kumparan.com):
1. Gerhana Bulan Total Bisa Tunjukkan Tingkat Polusi Langit
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaludin mengatakan ketika gerhana Bulan total tampak sangat gelap, tidak berwarna merah darah, itu menunjukkan adanya banyak debu di atmosfer Bumi.
“Gerhana Bulan yang terjadi setelah letusan itu, itu menjadi gelap karena atmosfernya ini dikotori oleh debu-debu letusan gunung berapi, terutama pada ketinggian di stratosfer,” tutur Thomas Djamaluddin.
ADVERTISEMENT
2. Kejadian Langka yang Tak Muncul Sejak 150 Tahun Lalu
Gerhana Bulan total yang terjadi Rabu (31/1) kemarin bukanlah gerhana biasa. Para ahli mengatakan, fenomena yang satu ini merupakan fenomena yang istimewa.
Thomas mengatakan, keberulangan terjadinya tiga kejadian supermoon, blue moon, dan blood moon dalam satu waktu memang langka, yakni hanya terjadi sekitar 150 tahun sekali.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Hakim L. Malasan, astronom di ITB yang pernah memimpin Observatorium Bosscha.
"Koinsidensi dari tiga hal seperti itu (supermoon, bluemoon, gerhana Bulan total) hanya bisa berulang 150 tahunan sekali," jelas Hakim.
3. Sepanjang 2018 Akan Ada 5 Kali Gerhana
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan sepanjang 2018 ini akan terjadi lima kali gerhana, baik itu gerhana Bulan maupun gerhana Matahari.
ADVERTISEMENT
Gerhana Bulan terjadi terjadi ketika Matahari-Bumi-Bulan secara berurutan berada pada satu garis lurus. Sementara gerhana Matahari terjadi ketika Matahari-Bulan-Bumi secara berurutan berada pada satu garis lurus.
Lima gerhana yang diprediksi BMKG akan terjadi sepanjang 2018 adalah Gerhana Bulan Total (GBT) 31 Januari 2018 yang dapat diamati dari Indonesia, Gerhana Matahari Sebagian (GMS) 15 Februari 2018 yang tidak dapat diamati dari Indonesia, Gerhana Matahari Sebagian (GMS) 13 Juli 2018 yang tidak dapat diamati dari Indonesia, Gerhana Bulan Total (GBT) 28 Juli 2018 yang dapat diamati dari Indonesia, dan Gerhana Matahari Sebagian (GMS) 11 Agustus 2018 yang tidak dapat diamati dari Indonesia.
4. Kepala LAPAN Undang “Kaum Bumi Datar” untuk Saksikan Gerhana
Dalam menyambut fenomena gerhana Bulan, Thomas mengundang Kaum Bumi Datar untuk bersama-sama menyaksikan gerhana bulan sekaligus menghitung dengan metode mereka sendiri dan membandingkan keakuratannya dengan perhitungan LAPAN.
ADVERTISEMENT
Menurut Thomas, gerhana Bulan juga merupakan salah satu bukti bahwa Bumi itu bulat.
“Dan ya konsep yang saya sering sebut sebagai dongeng Bumi datar itu sebenarnya tidak punya dasar. Jadi ini kesempatan juga untuk ya kita sama-sama lah untuk mengedukasi publik mana sih yang benar," ucapnya.
5. Tiga Kota Paling Ideal untuk Lihat Super Blue Blood Moon
BMKG membeberkan sejumlah kota yang dinilai ideal untuk menyaksikan fenomena yang terjadi sekali dalam 150 tahun ini.
"Yang paling ideal itu Makassar, Pontianak dan Bengkulu," kata kepala BMKG Dwikorita Karnawati di kantornya, Rabu (31/1).