Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
5 Novel Erotis Dunia Selain Fifty Shades of Grey
24 Juli 2017 18:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Karya erotis bukan cuma berjaya di Indonesia pada era 1970-an dan 1980-an dengan Enny Arrow sebagai “ratu”-nya. Hingga kini pun, erotika terus mengalir muncul di berbagai belahan dunia. Imaji tentangnya sudah pasti tak pernah redup selama manusia ada di muka Bumi.
ADVERTISEMENT
Tak berapa lama lalu misalnya, novel (dan film) Fifty Shades of Grey (2011) menjadi sensasi di dunia. Karya penulis Inggris E.L. James tersebut adalah buku pertama dari trilogi novel erotik-romantik bersama Fifty Shades Darker (2012) dan Fifty Shades Freed (2012).
Meski mendapatkan kritik pedas --Rotten Tomatoes membubuhkan rating 24/100 sementara konsensus di IMDB hanya mentok di 4,1/10, film tersebut meraih pemasukan kotor senilai 166 juta dolar AS dengan hanya menggunakan modal sebesar 40 juta dolar AS saja.
Tak ayal, novel kedua, Fifty Shades Darker juga difilmkan (meraup untung 388 juta dolar AS dengan modal 55 juta dolar AS), dan tayang tak sampai dua tahun setelah film pertama. Sementara film ketiga sudah masuk dalam proses produksi dan siap tayang Februari 2018 nanti.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, banyak pihak menilai bahwa terdapat puluhan karya lain yang sebetulnya lebih baik dari trilogi Fifty Shades. Apa saja karya tersebut? Mari simak lima novel erotis yang lebih baik dari Fifty Shades of Grey menurut kumparan:
1. Lolita
Dibuka oleh nomor wajib. Lolita (1955) adalah novel karya Vladimir Nabokov yang masih terus dicetak ulang sampai saat ini. Ia masuk ke dalam daftar 100 Novel Berbahasa Inggris Terbaik versi majalah TIME pada 2005, juga Modern Library di tahun 1988.
Cerita dari novel tersebut amat kontroversial: soal seorang profesor paruh baya bernama Humbert Humbert yang tertarik secara seksual pada seorang gadis berumur 12 tahun bernama Dolores Haze.
Novel tersebut mendapat kritik bagus dari pengamat sastra, karena mampu memainkan tema kontroversial secara cantik: lewat narasi yang apologetik dan tak bisa dipercaya, yang dilakukan oleh tokoh Humbert sepanjang cerita.
ADVERTISEMENT
2. The MacGregor Brides
Bagaimana jadinya ketika Anda menjadi seorang ayah renta dari keluarga patriarkal, dan tiga anak perempuan tertua Anda tak punya keinginan untuk menikah? Novel ini punya jawabannya.
Bercerita tentang Daniel MacGregor, laki-laki patriarkal tua di pengujung hidup, yang tak mau mati sebelum melihat ketiga anak perempuannya menikah dan hidup bahagia. Masalahnya, ketiga anaknya tersebut sangat fokus pada pekerjaan dan tak pernah berpikir untuk menikah.
MacGregor, tentu saja, punya cara sendiri untuk membuat anak-anaknya mau mewujudkan keinginannya.
Jelas, tak ada daftar-novel-erotis yang bagus tanpa menyinggung Nora Roberts. Penulis perempuan berumur 66 tahun itu telah menyelesaikan lebih dari 213 novel yang kebanyakan bertema romansa, fantasi, dan suspense dengan bumbu adegan seksual yang disebut-sebut punya kualitas wahid.
ADVERTISEMENT
3. The Siren
Fifty Shades of Grey bukan satu-satunya novel yang membawa tema BDSM (B untuk Bondage and Discipline, D untuk Dominance and submission, dan S/M untuk Sadism and Masochism). Tiffany Reisz juga punya satu karya yang tak kalah menggigit.
Judulnya The Siren (2012), berkisah tentang seorang penulis erotik bernama Nora Sutherlin yang sangat populer di kalangan pembaca. Meski begitu, ia tak puas. Ia ingin membuat sebuah novel yang lebih serius, lebih personal, dan dipastikan akan menjadi magnum opus dirinya.
Dan di situlah ia bertemu Zachary Easton. Editor berkebangsaan Inggris tersebut berjanji untuk membantu Nora, dengan satu syarat: ia ingin kontrol penuh atas novel tersebut.
Alhasil, Nora harus menulis ulang novel yang mampu memenuhi standar Easton. Hal tersebut, tentu saja, dicapai dengan berbagai upaya Nora dan Easton yang membuat karya mereka sangat, sangat personal.
ADVERTISEMENT
4. I Am a Woman
Karya populer Ann Bannon ini itulis pada 1959, dan mengangkat tema yang sudah amat kontroversi bahkan di budaya Barat: lesbian.
Menengahkan adegan seksual antarperempuan, novel ini mempertanyakan kebutuhan masyarakat umum untuk menolak dan mendiskriminasi perempuan yang menyukai sesamanya.
5. Venus in Furs
Kembali ke karya-karya klasik, karya inilah yang membuat kata masoch menjadi dasar kata Masochism --sebutan untuk usaha pemenuhan kepuasan seksual dengan cara menerima siksaan, penghinaan, dan perendahan diri.
Kata masoch diambil dari nama sang pengarang, Leopold von Sacher-Masoch, yang membuat novel tersebut di tahun 1870.
Novel tersebut bercerita tentang usaha si protagonis, Severin von Kusiemski, mendapatkan kepuasan seksual. Caranya? Well, ia memaksa si perempuan, Wanda von Dunajew, untuk bersikap bengis padanya.
ADVERTISEMENT
Anda punya judul buku lain yang seharusnya masuk daftar ini? Bolehlah menuliskannya pada kolom komentar.