Absen 4 Bulan, Guru Sempat Datangi Rumah Anak Korban Ruwat di Temanggung

20 Mei 2021 16:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ruang kelas 1 SDN Bejen 1 Temanggung, tempat sekolah anak di Temanggung yang tewas karena diruwat. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ruang kelas 1 SDN Bejen 1 Temanggung, tempat sekolah anak di Temanggung yang tewas karena diruwat. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang bocah berusia tujuh tahun menjadi korban ritual ruwat (menghilangkan sial) di Bejen, Temanggung, Jawa Tengah. Sebelum terbongkar, jenazah korban disimpan selama empat bulan oleh orang orang tuanya di dalam rumah.
ADVERTISEMENT
Guru SD korban, Sujito, mengatakan pihak sekolah curiga karena anak tersebut absen selama empat bulan. Bahkan beberapa guru sempat mengunjungi rumah korban untuk mengetahui keberadaannya.
"Nggak pernah numpuk (mengumpulkan) tugas. Gurunya sering ke sana nanyakan. Sering ibunya ke sini numpuk tugas," ujar Sujito kepada kumparan, Kamis (20/5).
Ia menambahkan, kemungkinan ibunya yang mengerjakan tugas korban. Anak tersebut masih duduk di bangku kelas satu di SDN Bejen 1 Temanggung.
Pintu gerbang sekolah korban ruwatan hingga tewas. Foto: kumparan
"Satu kali. Ibu Mutiah dan Mas Angga satu kali nanyakan keberadaaan kok nggak berangkat. Gak pernah numpuk tugas. Dulu kan ada tatap muka seminggu sekali biar kenal dengan gurunya, temannya," kenangnya.
Di mata Sujito, korban merupakan anak yang pintar membaca di antara teman-temannya. "Nggak nakal. Saya kan guru olahraga itu sering saya ke kelas pas kemarin tatap muka seminggu dua kali," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Polres Temanggung mengungkap orang tua korban melakukan ritual ruwatan atas saran dukun bernama Haryono. Dukun itu menyebut korban nakal karena keturunan genderuwo yang bisa meresahkan masyarakat.
Barang bukti kasus bocah diruwat hingga meninggal dunia di Bejen, Temanggung, Jawa Tengah. Foto: Dok. Istimewa
Untuk menghilangkan sial itu, korban harus diruwat dengan cara dimasukkan ke dalam bak mandi. Ritual tersebut dilakukan sebanyak dua kali pada Desember 2020 dan Januari 2021.
Pada ritual kedua itu, korban kemudian kehilangan nyawanya. Jenazah korban lalu disimpan di rumah selama empat bulan. Sebab, orang tua korban percaya dukun mempunyai kekuatan untuk mengembalikan nyawa anaknya.
"Pertama karena faktor kondisi rumah dan denah dari rumah atau TKP, tetangga sekitar tidak bisa mencium bau mayat karena jarak dari rumah TKP dengan sebelahnya ini lumayan dan lokasi kamar penyimpanan memang rapat," tutur Kasat Reskrim Polres Temanggung Setyo Hermawan saat konferensi pers, Rabu (19/5).
ADVERTISEMENT
Selain itu, polisi juga menemukan sejumlah pengarum ruangan yang diduga untuk mengaburkan bau mayat di kamar korban.