Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Panasnya Pilwalkot Medan kini menjadi sorotan nasional. Diprediksi kuat akan ada duel duo nasution pada 9 Desember mendatang.
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimana kans keduanya untuk menang di Pilwalkot Medan?
Dosen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (USU) Fredik Broven Ginting menilai ada plus minus pada dua sosok itu. Akhyar, menurut Fredik pasti diuntungkan karena statusnya petahana. Pun, ia sudah lebih lama malang melintang di kancah politik Sumut.
"Akhyar diinginkan elite parpol karena incumbent. Makanya Partai Demokrat langsung menerima dia, karena dalam konteks pemilu di Indonesia, incumbent itu selalu diuntungkan karena dia punya sumber daya untuk melakukan mobilisasi, praktik-praktik klientelisme, kampanye lebih dulu," kata Fredik saat dimintai tanggapan soal Pilwalkot Medan, Kamis (30/7).
ADVERTISEMENT
"Apalagi di Medan, belum ada figur yang potensial yang bisa diterima oleh seluruh lapisan pemilih di Medan karena prestasi atau rekam jejaknya," sambung Fredik.
Atas dasar itu, Fredik menilai Akhyar memiliki keunggulan dibandingkan Bobby Nasution. Alasan lain, lanjut dia, dalam konteks karakter parpol di Indonesia yang pragmatis, mendukung petahana menjadi prioritas.
"Plus dalam konteks parpol di Indonesia yang nirideologis dan makin pragmatis, sehingga selalu kesulitan dalam melakukan kaderisasi, pilihan mendukung petahana jadi opsi yang dipilih," terang Fredik.
Untuk Bobby Nasution, Fredik melihat kampanyenya begitu masif di Kota Medan dan sudah sejak awal mencoba untuk membangun citra. Sehingga, Bobby, kata Fredik, tak bisa dianggap remeh.
"Menurut saya Bobby potensial menjadi kuda hitam, karena petahana pun tak punya prestasi apa-apa selama menjabat yang patut dibanggakan. Dalam konteks petahana yang tidak terlalu kuat, penantang punya peluanglah untuk menang," tutur Fredik.
ADVERTISEMENT
Selain itu, status Bobby yang merupakan kerabat Presiden Jokowi juga memiliki keuntungan tersendiri. Khususnya, untuk mendapatkan dukungan logistik.
"Bobby punya keuntungan sebagai menantu Presiden. Di Indonesia, yang pemilunya ditandai dengan kuasa uang sebagaimana riset Muhtadi (Burhanuddin Muhtadi, Indikator), siapa pun menjadi punya modal kalau tajir atau mendapat sokongan finansial," kata dia.
"Bagian dari keluarga Presiden pasti mudah mendapatkannya, karena punya posisi tawar yang cukup tinggi untuk bernegosiasi dengan pihak lain," tandas Fredik.
Akhyar sendiri telah resmi didukung oleh Partai Demokrat dan PKS. Demokrat memiliki 4 kursi di DPRD Medan sementara PKS 7, total 11 kursi telah memenuhi ambang batas pencalonan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan yakni 10 kursi.
ADVERTISEMENT
Sementara Bobby diprediksi kuat akan diusung oleh PDIP Gerindra. Dengan dua partai ini saja dukungan kursi untuk Bobby sudah 20 kursi. Tak hanya dua partai itu, Golkar, NasDem, dan PAN bahkan sudah menyatakan akan mendukung Bobby.