Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ahli ITB: Kecepatan Mutasi SARS-CoV-2 Lebih Rendah dari Virus HIV dan Influenza
13 Maret 2021 17:21 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dosen dari Kelompok Keahlian Genetika dan Bioteknologi Molekuler Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB ), Ernawati Arifin, mengungkapkan ketiga virus ini sama-sama berjenis RNA (ribonucleic acid), atau virus dengan materi genetik berantai tunggal. Virus RNA ini diketahui lebih mudah mengalami mutasi.
"Kecepatan mutasi yang pertama seperti virus-virus HIV, influenza, cukup tinggi untuk virus RNA. Kedua, baru SARS-CoV-2, kecepatannya kurang dibanding HIV dan influenza," jelas Ernawati dalam diskusi 'Seputar COVID-19: Memahami COVID-19 dan Mutasi Virus' secara virtual, Sabtu (13/3).
"Kalau misalnya HIV atau influenza dia juga materi genetiknya RNA, tapi kecepatan mutasinya beda. Ada virus yang materi genetiknya DNA, tapi beda lagi," imbuhnya.
Menurut Ernawati, faktor penyebab kecepatan mutasi SARS-CoV-2 lebih lambat dikarenakan dia memiliki keistimewaan, yakni memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita bicara SARS-CoV-2, mutasi memang terjadi, tapi kecepatan mutasi tidak seperti virus influenza, HIV, kecepatan mutasinya lebih rendah. SARS-CoV-2 punya mekanisme untuk memperbaiki, maka kecepatan mutasinya rendah," tuturnya.
Selain itu, ia mengungkapkan sejauh ini penelitian soal kecepatan perkembangan mutasi ini masih berlangsung. Termasuk bagaimana virus bisa memperbanyak diri dari genome hingga proses duplikasi mutasi yang terjadi di dalam tubuh.
"Yang kemudian menarik perhatian orang, mutasi akan terjadi apalagi pada virus dengan kecepatan yang memang lebih cepat dibandingkan organisme lainnya. Meskipun SARS-CoV-2 dibandingkan RNA lain lebih rendah. Apa itu bisa pengaruhi juga misalnya proses masuk, blocking, atau gimana virus memperbanyak diri dibantu komponen yang diperintah dari si genome. Itu masih banyak dipelajari orang," tutup Ernawati.
ADVERTISEMENT
Virus corona pertama kali menyebar di Wuhan, China, ada akhir 2019 dan kini sudah menyebar di sebagian besar negara di dunia. Penamaan virus SARS-CoV-2 ini sekilas mirip dengan SARS-CoV yang merupakan virus yang menyebabkan SARS pada 2003 silam.
Sementara virus corona dari Wuhan dinamakan SARS-CoV-2, sebagai virus yang menyebabkan terjadinya COVID-19.