Ahli Ragukan Kebakaran Kilang Pertamina karena Petir, ini Analisisnya

16 November 2021 14:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Lutfhi saat menunjukkan foto bukti sambaran petir di lokasi kebakaran area Pertamina Refinery Unit (RU), Cilacap. Foto: Humas Polda Jawa Tengah
zoom-in-whitePerbesar
Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Lutfhi saat menunjukkan foto bukti sambaran petir di lokasi kebakaran area Pertamina Refinery Unit (RU), Cilacap. Foto: Humas Polda Jawa Tengah
ADVERTISEMENT
Ahli dari Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) Deni Septiadi meragukan penyebab kebakaran kilang Pertamina di Cilacap, Jateng karena petir.
ADVERTISEMENT
Deni yang memang menekuni bidang cuaca dan petir ini membeberkan alasannya. Kata dia, dengan karakteristik dan sifat fisisnya, sangat sulit sekali jenis petir CG dapat menyambar langsung pada tangki minyak pertamina pada malam hari apalagi tanpa analisis kuat arus atau menyaksikan secara visual.
Berikut analisis lengkap Deni yang disampaikan ke kumparan, Selasa (16/11) soal kebakaran kilang Pertamina di Cilacap:
1. Mungkinkah sensor petir BMKG mendeteksi sambaran petir ke tangki ?
Sensor petir di dunia terbagi dalam dua jenis : Ground based dan satellite based, masing-masing memiliki akurasi tersendiri. Untuk petir-petir awan ke tanah (Cloud to Ground, CG) baik yang positif (CG+) ataupun negatif (CG-) yang berada pada area spektrum Frekuensi Rendah, di dideteksi oleh sensor yang Ground Based. Kemudian untuk jenis-jenis petir yang ada di dalam awan (Intra Cloud, IC) dan Awan ke Awan (Cloud to Cloud, CC) lebih optimal dideteksi oleh sensor yang Satellite Based karena berada pada spektrum Frekuensi Tinggi.
ADVERTISEMENT
Sensor yang dimiliki oleh BMKG merupakan sensor Ground Based dengan stasiun tunggal (single station) dengan metode deteksi lokasi menggunakan metode Direction Finding. Artinya secara default satu sensor dapat mendeteksi posisi petir. Namun demikian efisiensi deteksi sensor ini ±75% pada radius ±50 km, kemudian kuat atau lemah sinyal petir akan mengakibatkan kekeliruan posisi petir tersebut apalagi hanya menggunakan satu sensor deteksi.
Sensor hanya mendeteksi posisi luah listrik dari kilat petir, tidak bisa memastikan besar arus bahkan sambaran petir langsung kepada suatu objek.
2. Berapa kekuatan sambaran petir?
Petir itu masuk dalam fenomena rare even (jarang) sehingga sulit memastikan besaran suhu atau arus secara langsung. Namun demikian beberapa riset menunjukkan kekuatan petir dapat mencapai 10-20 ribu ampere bahkan lebih. Suhu nya dapat mencapai lebih  dari 10 ribu °C. Apabila diukur kekuatan gelombang kejutnya bahkan dapat mencapai getaran gempa sekitar 3 Magnitude.  Beberapa kasus orang-orang terlempar akibat gelombang kejut meski petir CG tidak menyambar langsung. Namun demikian untuk objek-objek vital seharusnya mampu menahan beban arus, suhu dan gelombang kejut dari petir tersebut. Dalam hal tangki kalaupun tersambar langsung seharusnya panas akan menyebar pada bodi tangki.
ADVERTISEMENT
3. Indikasi hujan petir pada saat kejadian apakah mengindikasikan petir menyambar tangki?
Petir sebenarnya produk atau hasil awan yang matang (mature), namun demikian dari 3 jenis petir yang ada (IC, CC, CG), jenis petir CG merupakan jenis petir paling kuat karena membutuhkan jarak bahkan hingga 5 km (CG-) dan 10 km (CG+) untuk menyambar ke permukaan. Karena proses fisisnya ini, maka untuk membangkitkan jenis-jenis petir CG membutuhkan kondisi atmosfer sangat labil (nilai CAPE > 1000 J/kg) yang umumnya terjadi setelah insolasi optimum (antara pukul 13.00-17.00 WIB). Sementara pada malam hari ketika awan-awan mengalami fase disipasi (punah) meskipun curah hujan lebat tetap terjadi, dominasi petir CG sangat minim. Sebaliknya petir-petir jenis IC dan CC lebih sering kita dengar gemuruh atau lihat kilatannya. Artinya dengan karakteristik dan sifat fisisnya, sangat sulit sekali jenis petir CG dapat menyambar langsung pada tangki minyak pertamina pada malam hari apalagi tanpa analisis kuat arus atau menyaksikan secara visual.
ADVERTISEMENT
Keterangan Polda Jateng
Polda Jawa Tengah memastikan kebakaran yang terjadi di area Pertamina Refinery Unit (RU), Cilacap, Jawa Tengah, pada Sabtu (14/11) malam karena sambaran petir.
Temuan itu didapatkan setelah polisi bersama dengan tim penyidik dari Puslabfor Mabes Polri melakukan serangkaian penyidikan dan penyelidikan.
"Kita telah melakukan pemeriksaan 6 orang saksi. Benar 5 orang saksi melihat adanya hujan dan petir pada hari kejadian. Dan 1 saksi dari BMKG mengatakan pada hari kejadian ada dua titik petir yang satu jaraknya 45 km dan satunya 12 km yang menyambar area 36," ujar Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Lutfhi di Mapolres Cilacap, Senin (15/11).
Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Lutfhi saat menunjukkan foto bukti sambaran petir di lokasi kebakaran area Pertamina Refinery Unit (RU), Cilacap. Foto: Humas Polda Jawa Tengah