Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Akhir Hidup Shoko Asahara, Pemimpin Sekte Pembantai Aum Shinrikyo
6 Juli 2018 11:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Pria buta yang berkarisma itu akhirnya menemui ajal di tiang gantungan. Di masa jayanya, Shoko Asahara, mampu menarik hati lebih dari 10 ribu orang. Tidak hanya rakyat awam, tapi juga para cerdik pandai di Jepang .
ADVERTISEMENT
Eksekusi mati pria bernama asli Chizuo Matsumoto ini dilakukan pada Jumat (6/7). Tidak hanya Asahara, hukuman gantung juga dilakukan terhadap enam pengikutnya di sekte Aum Shinrikyo . Enam pengikut lainnya akan segera dieksekusi mati.
Sekte Aum Shinrikyo telah memberikan mimpi terburuk Jepang usai negara itu dihantam nuklir pada 1945. Pada pagi sibuk Maret 1995, pemandangan itu sulit dilupakan.
Di stasiun bawah tanah Roppongi, orang-orang menggelepar kehabisan napas, mata berair, mulut berbusa. Darah keluar dari hidung mereka. Tiga belas orang tewas, lebih dari 6.000 lainnya terluka.
Asahara dituduh memerintahkan serangan gas sarin di stasiun bawah tanah itu, demi menciptakan dunia baru yang dia impikan. Karena karismanya, pria tambun berambut panjang ini mampu mempengaruhi para pemuda, termasuk dokter dan ahli kimia.
"Asahara adalah pencuci otak yang sangat berbakat. Dia memancing para pemuda yang merasakan kekosongan di tengah masyarakat Jepang," kata Kimiaki Nishida, profesor psikologi sosial di Rissho University, Tokyo, kepada AFP.
ADVERTISEMENT
Asahara lahir pada 2 Maret 1955 dari orang tua yang berprofesi sebagai pembuat tikar di bagian selatan pulau Kyushu. Pada usia enam tahun, dia dikirim ke sekolah anak berkebutuhan khusus karena penglihatannya yang nyaris buta.
Suka kekerasan
Di sekolah ini, sifat Asahara yang suka kekerasan terlihat.
"Bagi dia, kekerasan seperti hobi. Ketika marah, tidak ada yang bisa menghentikannya," kata seorang mantan kawan sekolahnya.
Asahara lulus pada usia 19 tahun dan menjadi seorang ahli akupuntur. Karena kebutaannya, dia tidak bisa masuk sekolah medis dan gagal ujian kelulusan fakultas hukum University of Tokyo.
Pada 1978, dia menikahi Tomoko, dianugerahi empat putri dan dua putra. Empat tahun kemudian, dia ditahan polisi karena menjual obat ilegal di klinik akupunturnya di timur Tokyo.
Setelah dibebaskan, Asahara menjadi pendiam. Dia kemudian pergi ke India dan pulang dua tahun kemudian menjadi instruktur yoga.
ADVERTISEMENT
Kepada para peserta kelas yoganya, Asahara yang kerap ceramah dengan menggunakan jubah kebesarannya mengaku menerima wahyu di pegunungan Himalaya.
Pengajarannya campuran agama Hindu dan Buddha, dengan diselipkan ramalan-ramalan hari kiamat versinya sendiri.
Pada 1987, dia mendirikan Aum Shinrikyo, sekte Kebenaran Tertinggi Aum, yang mendapatkan sertifikat organisasi keagamaan Jepang pada 1989. Popularitasnya meningkat. Di Jepang dia punya 10 ribu pengikut, di Rusia ada 30-40 ribu orang pengikutnya. Pada 1990, Aum Shinrikyo ikut dalam pemilu legislatif namun gagal.
Seiring waktu dan bertambahnya pengikut, Asahara kian keblinger. Dia mengatakan dunia akan kiamat dan tercipta masyarakat madani baru di bawah kepemimpinannya.
Aum Shinrikyo juga kian beringas, anggota yang memutuskan keluar diculik, disiksa, dan dibunuh. Salah satunya adalah pengacara Tsutsumi Sakamoto yang dibunuh bersama keluarganya pada 1989 di Yokohama.
ADVERTISEMENT
Lalu untuk mempercepat ramalannya, Asahara memerintahkan pembunuhan massal warga Jepang, dimulai dari stasiun bawah tanah Tokyo. Dengan gas sarin yang dilepaskan di gerbong-gerbong kereta pada Maret 1995, 13 orang tewas.
Setahun sebelumnya, pengikut Aum Shinrikyo melepaskan sarin di Matsumoto, menewaskan 8 orang dan melukai ratusan lainnya. Gas sarin dilepaskan untuk membunuh para hakim yang mendesak Aum ditutup.
Pengadilan terhadap Asahara dan pengikutnya berlangsung selama 20 tahun, dengan vonis terakhir Mahkamah Agung Jepang pada Januari 2018. Eksekusi mati terhadap mereka dinyatakan tetap dilaksanakan.
Aum Shinrikyo berubah jadi Aleph
Saat ini Aum Shinrikyo telah berganti nama menjadi Aleph. Pada 2000, kelompok ini menyatakan berlepas diri dari kejahatan Asahara. Namun tidak dipungkiri, pengaruh Asahara masih kuat.
ADVERTISEMENT
Buktinya, beberapa anggota Aleph masih bermeditasi di depan foto besar Asahara. Mereka mendengarkan ceramah-ceramah Asahara sebagai pengiring yoga.
"Tidak mengejutkan jika nanti akan ada Asahara lain di masa mendatang," kata Nishida.
Walau demikian, kematian Asahara memberi kelegaan tersendiri bagi para korban serangan sarin.
"Saya merasa dunia menjadi sedikit lebih terang. Saya telah menderita selama bertahun-tahun," kata Atsushi Sakahara, sutradara yang jadi salah satu korban serangan sarin di Tokyo.