Aksi Kreatif Mahasiswa UIN Semarang Buat MOB: Wiji Thukul hingga Munir

27 Agustus 2019 13:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Video #MenolakLupa MOB UIN Walisongo yang viral di Medsos. Foto: Dok. Dema UIN Walisongo Semarang
zoom-in-whitePerbesar
Video #MenolakLupa MOB UIN Walisongo yang viral di Medsos. Foto: Dok. Dema UIN Walisongo Semarang
ADVERTISEMENT
Belakangan ini sebuah video karya mahasiswa tengah viral di sejumlah media sosial. Video tersebut berisikan Man of Board (MOB) yang bertemakan kasus HAM di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Video yang di-repost oleh sejumlah akun di Twitter maupun Instagram itu berisi MOB yang dilakukan oleh mahasiswa baru Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang.
Ketua Dewan Mahasiswa (DEMA) UIN Walisongo 2018 Pryo Ihsan Aji menjelaskan, perlu waktu dua minggu untuk menyusun tema hingga koreografi yang melibatkan 4.420 mahasiswa baru itu.
“Proses pengambilan tema kemanusiaan dari tim kreatif PBAK dikolaborasikan dengan pembina MOB yang tahun kemarin juga berkontribusi,” kata Pryo kepada kumparan, Selasa (27/8).
Pryo menjelaskan, aksi MOB ini rangkaian kegiatan dari program Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2019 yang memang diperuntukkan untuk mahasiswa baru.
Gagasan HAM pada MOB, tidak lepas dari tema besar PBAK 2019 yang mengusung Eksplorasi Spirit Kemanusiaan Menuju Indonesia Berperadaban.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, pasca HUT Ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia, juga terdapat kasus kemanusiaan lain seperti rasisme.
Terlepas dari itu, panitia MOB ingin menampilkan satu karya berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang selalu mengangkat tema kebudayaan.
Video #MenolakLupa MOB UIN Walisongo yang viral di Medsos. Foto: Dok. Dema UIN Walisongo Semarang
“Nah dari situ, kebetulan tema besarnya kemanusiaan, ya kita sepakati ambil tema Menolak Lupa,” ujar mahasiswa S1 Ekonomi Syariah itu.
Total 27 gerakan atau koreografi MOB yang dilakukan pada Senin 19 Agustus 2019 lalu. Kasus HAM yang belum bertemu ujungnya mulai dari kasus kematian aktivis buruh Marsinah tahun 1993, Wiji Thukul tahun 1998, Munir tahun 2004, dan yang terakhir Salim Kancil tahun 2015, ditampilkan.
Sebenarnya, kata Pryo, masih ada satu koreo lagi yakni kasus yang menimpa Novel Baswedan pada 2017 lalu. Namun, setelah muncul beberapa pertimbangan pihaknya mengurungkan niat.
ADVERTISEMENT
“Tapi kita berhasil mendapatkan video berisi pesan dari Pak Novel, jadi tetap tercapai meskipun tidak di-MOB-kan,” ujarnya mahasiswa kelahiran tahun 1997 itu.
Wiji Thukul membaca puisi. Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan
Pryo mengatakan, dari aksi ini dirinya berharap Genwa (Generasi Walisongo) -- sebutan bagi mahasiswa UIN Walisongo -- dapat memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi dan menjadi pribadi yang berperadaban.
"Juga supaya mereka tidak lupa dengan kasus ini,” ujarnya.
Saat ditanya soal biaya aksi, Pryo mengatakan bahwa anggaran untuk karya saat PBAK memang disediakan oleh pihak kampus.
“Kesulitannya nyusun koreo dan segitu banyak mahasiswa di lapangan, jadi kita ngerekrut mahasiswa UIN di luar kepanitian juga dan uang segitu banyak, ya, dipakai buat konsumsi juga perkap (perlengkapan) aksi,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
“Tujuannya memang (menyebarkan) ke tingkat nasional, tetapi kalau sampai viral saya juga kaget,” ujar Pryo.
Lalu bagaimana pendapat rektorat? “Responsnya baik, tidak ada komentar jelek. Karena melambungkan almamater, bisa lebih dikenal masyarakat banyak, ini loh UIN Walisongo Semarang, pendidik mahasiswa berjiwa kemanusiaan tinggi,” kata Pryo bangga.