Aktivis di Labuhanbatu yang Diduga Dibunuh Sedang Urus Sengketa Lahan

2 November 2019 12:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mayat. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mayat. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kematian aktivis di Labuhanbatu, Sumatera Utara, bernama Martua P Siregar alias Sanjai (48) dan mantan caleg NasDem Pileg 2019 bernama Maraden Sianipar (55) belum terungkap. Polisi menduga keduanya menjadi korban pembunuhan.
ADVERTISEMENT
Rekan Sanjai yang sesama aktivis, Johan (35), menceritakan semasa hidup korban bernaung di sejumlah LSM lokal, termasuk Peta (Pembela Tanah Air) dan API (Aliansi Penyelamatan Indonesia).
Sebelum ditemukan tewas, Sanjai terlibat advokasi sengketa lahan antara perusahaan dengan masyarakat. Lahan itu pun akhirnya diambil alih negara.
"Sudah hampir 10 tahun diperjuangkannya, dia berjuang bersama masyarakat Tanah Hilir, lebih kurang 350 hektare tanah negara berhasil dikembalikan, padahal sebelumnya dikuasi PT itu. Pada tahun ini dieksekusi negara," ujar Johan kepada kumparan, Jumat (1/11).
Kemudian masalah baru muncul usai sengketa lahan selesai. Lahan itu tidak ada yang mengurusi. Sejumlah pihak tak dikenal menguasai hasil sawit di tanah milik negara tersebut.
"Saat itu Sanjai mengajak temannya Maredan Sianipar mengadvokasi ke pemerintah agar lahan bisa dikelola masyarakat melalui kelompok tani agar tidak bertentangan dengan Undang-undang," ujar Johan.
Ilustrasi perkebunan kelapa sawit Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Johan merasa kehilangan atas insiden yang menerpa Sanjai. Dia berharap polisi segera mengungkap kasus dugaan pembunuhan itu dan menangkap pelaku.
ADVERTISEMENT
"Saya berharap polisi segera menangkap pelaku pembunuhan dan menghukum sesuai prosedur hukum yang berlaku," ujar Johan.
Rekan lainnya, Iwan (50), mengungkapkan, Sanjai mengajak Mardaen karena dianggap mampu membantu melobi izin pengguna tanah untuk kelompok tani. Selama sebulan terakhir, keduanya mengurus proses administrasi.
"Lalu sebelum kejadian (Selasa, 29 Oktober 2019), keduanya mungkin bertemu untuk survei lapangan. Maraden datang menggunakan mobil dari Kecamatan Rantau Perapat. Mobilnya dititipkan ke Burhan (saksi) lalu mereka berdua pergi ke lahan itu meminjam sepeda motor Burhan, lalu terjadi (mereka menghilang)," kata Iwan.
Sementara Kapolres Labuhanbatu AKBP Agus Darojat belum bisa memastikan adanya indikasi konflik lahan dengan kematian Sanjai dan Maraden. Dia mengaku masih menyelidiki kasus dugaan pembunuhan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Masih penyelidikan, masih dikembangkan belum bisa disimpulkan," ujar Agus singkat.
Sebelumnya, mayat Sanjai dan Maraden ditemukan tewas di kompleks PT SAB/KSU Amalia di Desa Wonosari, Kecamatan Panai Hilir, Labuhanbatu, Rabu (30/10). Kapolsek Panai Hilir, AKP Budiarto, menjelaskan kejadian bermula pada Selasa (29/10).
Mereka mulanya meminjam sepeda motor milik seseorang bernama Burhan Nasution untuk berangkat ke ladang yang melewati kebun kelapa sawit milik PT SAB/KSU Amalia. Namun karena tak kunjung pulang, Burhanudin melaporkan peristiwa itu ke pihak kepolisan.
"Setelah ditelusuri personel menemukan mayat Maredan Sianipar kemarin sore, baru tadi (hari ini) juga menemukan mayat si Sanjai tidak jauh dari penemuan mayat Maredan," ujar Budiarto kepada kumparan, Kamis (31/10).
Saat ditemukan, kata Budiarto kedua korban tewas dengan banyak luka di bagian punggung. "Diduga kasus pembunuhan, pihak polisi masih melakukan penyelidikan," ungkapnya.
ADVERTISEMENT