Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Alasan Australia Batasi Umur Main Medsos: Krisis Kesehatan Mental
8 November 2024 18:43 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Australia tengah mempersiapkan kebijakan baru yang akan membatasi akses media sosial bagi remaja, dengan menetapkan usia minimum 16 tahun.
ADVERTISEMENT
Menteri Komunikasi Michelle Rowland menjelaskan bahwa keputusan tersebut didasarkan pada sejumlah hasil studi yang mengungkap dampak negatif platform sosial terhadap perkembangan mental remaja.
Michelle Rowland menambahkan, rentang usia 14 hingga 16 tahun masih menjadi bahan kajian, mengingat banyak platform sosial yang memberikan akses bagi pengguna berusia minimal 13 tahun.
“Ada sejumlah bukti yang diajukan dari Inggris khususnya mengenai perkembangan mental anak-anak pada saat itu, jadi semua ini membantu menginformasikan posisi yang kami ambil,” jelas Rowland.
Perdana Menteri Anthony Albanese menyatakan bahwa batas usia ini diputuskan setelah melalui diskusi panjang di kabinet nasional.
“Saat ini, seluruh perdana menteri dan menteri utama dari semua yurisdiksi mendukung keputusan ini. Kami merasa langkah ini adalah tindakan yang benar,” kata Albanese.
ADVERTISEMENT
Meski terdapat perbedaan pandangan, seperti Tasmania yang mengusulkan batas usia 14 tahun, mayoritas negara bagian mendukung usia minimum 16 tahun.
Wakil Perdana Menteri Tasmania, Guy Barnett, juga menyampaikan bahwa pemerintahnya akan melakukan konsultasi lebih lanjut dengan masyarakat setempat untuk memperoleh pandangan terkait kebijakan ini.
“Kami berusaha mendengarkan berbagai pandangan yang ada dan terlibat dalam diskusi yang produktif,” tambah Albanese.
Riset Global dan Krisis Kesehatan Mental Pemuda
Krisis kesehatan mental di kalangan remaja telah menjadi perhatian global yang semakin mengkhawatirkan.
Dikutip dari Guardian, menurut laporan dari The Lancet Psychiatry Commission on Youth Mental Health, faktor seperti ketidaksetaraan antar generasi, maraknya media sosial yang tidak diatur, praktik curang dalam dunia kerja, ketidakpastian pekerjaan, dan krisis iklim berkontribusi signifikan terhadap peningkatan masalah kesehatan mental di kalangan muda.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang dipimpin oleh Direktur Eksekutif Pusat Kesehatan Mental Pemuda Orygen di Australia Profesor Patrick McGorry, menyebutkan kondisi ini merupakan “masalah kesehatan publik yang paling serius”.
McGorry menekankan bahwa mental ill-health mencakup setidaknya 45 persen dari total beban penyakit pada kelompok usia 10 hingga 24 tahun, namun hanya 2 persen dari anggaran kesehatan global yang digunakan untuk kesehatan mental. Bahkan di negara-negara kaya, hanya sebagian kecil kebutuhan yang terpenuhi.
McGorry mengkritisi ambivalensi masyarakat terhadap kesehatan mental anak muda dan menyebutkan bahwa teknologi digital saat ini, yang dikuasai oleh raksasa teknologi tanpa regulasi ketat, telah menciptakan lingkungan yang tidak aman bagi mereka.
“Bukan anak mudanya yang menjadi masalah, namun lingkungan digitalnya yang seharusnya kita buat lebih aman,” katanya.
ADVERTISEMENT
Dampak Langsung pada Remaja
Pengalaman buruk yang dialami remaja di platform sosial semakin menunjukkan pentingnya kebijakan ini. Li, seorang pemuda berusia 23 tahun yang menjadi penasihat strategi pemuda di Orygen, bercerita bahwa ia pertama kali terpapar konten pornografi saat masih berusia 12 tahun.
Paparan ini membawa dampak negatif jangka panjang terhadap harga diri dan citra tubuhnya. Situasi ini menjadi cerminan bagi pemerintah untuk memastikan bahwa remaja tidak hanya dibatasi aksesnya, tetapi juga diberikan lingkungan online yang lebih aman.
Peringatan laporan The Lancet menggarisbawahi bahwa krisis kesehatan mental pada generasi muda kini memasuki fase yang berbahaya, dengan bukti yang menunjukkan prevalensi dan dampaknya semakin meningkat di negara-negara maju.
Meski sebagian besar data berasal dari negara-negara berpenghasilan tinggi, tantangan yang lebih berat justru dihadapi oleh 90 persen anak dan remaja di negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah.
ADVERTISEMENT
Dengan kebijakan yang direncanakan, PM Australia berharap dapat mengurangi dampak negatif platform sosial dan memberikan perlindungan lebih baik bagi perkembangan mental anak-anak muda.