Alasan Luhut Pilih Opsi Tak Angkat Jenazah Korban KM Sinar Bangun

3 Juli 2018 17:59 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Luhut berdialog dengan korban Kapal KM Sinar Bangun (Foto: Facebook: Luhut Binsar Pandjaitan)
zoom-in-whitePerbesar
Luhut berdialog dengan korban Kapal KM Sinar Bangun (Foto: Facebook: Luhut Binsar Pandjaitan)
ADVERTISEMENT
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan angkat bicara soal keputusan pemerintah menghentikan pencarian korban kapal KM Sinar Bangun. Menurut Luhut, keputusan itu diambil berdasarkan pengalaman dan kajian atas risiko yang timbul jika hal tersebut benar-benar dilakukan.
ADVERTISEMENT
"Pengangkatan KM Sinar Bangun dan jenazah korban dari segi teknis memang tidak mungkin dilakukan. Kalau dipaksakan diangkat, bisa hancur. Karena ketika diangkat per 10 meter, tekanan itu 1 bar. Maka kalau kedalamannya 450 meter itu sama dengan 45 bar, sehingga kapal bisa meledak," kata Luhut seperti disampaikan melalui akun Facebook miliknya, Selasa (3/7).
Luhut mencontohkan upaya pengangkatan jenazah korban dari tragedi jatuhnya Airbus A320 pesawat Air Asia di Selat Karimata pada 2014 silam. Saat itu, kata dia, pengangkatan tersebut menyebabkan jasad korban menjadi tidak utuh.
"(Saat itu) ada badan tanpa kepala, ada sepotong tangan, ada juga potongan-potongan tubuh lainnya berserakan. Jika keluarga harus melihat itu, pasti akan lebih menyakitkan. Saya tahu itu," tambah Luhut.
Luhut berdialog dengan korban Kapal KM Sinar Bangun (Foto: Facebook: Luhut Binsar Pandjaitan)
zoom-in-whitePerbesar
Luhut berdialog dengan korban Kapal KM Sinar Bangun (Foto: Facebook: Luhut Binsar Pandjaitan)
Selain kemungkinan jenazah yang tidak utuh, lanjut Luhut, pengangkatan kapal itu juga berpotensi membahayakan petugas. Hal itu berdasarkan kajian yang sudah dilakukan kementeriannya.
ADVERTISEMENT
"Ahli dari kementerian saya juga melihat dampak dari segi reaksi kimianya. Katakanlah kapal berhasil diangkat sampai atas, ada resiko timbulnya keracunan H2SO. Saya yakin tentu tidak ada seorangpun dari kita yang mengharapkan ada korban tambahan," tegas dia.
Menurut Luhut, keputusan pemerintah ini juga sudah didiskusikan dengan berbagai macam pihak. Sejumlah lembaga seperti BPPT, KNKT, Basarnas, Polisi, TNI, pemda, dan beberapa kementerian terkait sudah mempertimbangkan segala aspeknya. Oleh sebab itu, kata dia, pemerintah mengambil langkah bijak berupa membuat monumen peringatan.
"Semua pihak sudah sepakat. Hari ini saya dilapori Pak JR Saragih, bahwa acara peletakan batu pertama monumen itu berjalan baik, dengan tingkat kehadiran 85 persen," tuturnya.
Luhut berdialog dengan korban Kapal KM Sinar Bangun (Foto: Facebook: Luhut Binsar Pandjaitan)
zoom-in-whitePerbesar
Luhut berdialog dengan korban Kapal KM Sinar Bangun (Foto: Facebook: Luhut Binsar Pandjaitan)
Selain menjelaskan alasan di balik penghentian korban, Luhut juga bicara soal proses pengusutan kecelakaan tersebut. Menurutnya, dia sudah menerima hasil temuan KNKT yang berisi 24 pelanggaran terkait tragedi KM Sinar Bangun di Danau Toba. Sebagai langkah preventif, dirinya juga sudah berkoordinasi dengan lembaga terkait untuk mengaudit kapal-kapal di Danau Toba.
ADVERTISEMENT
"Pemda dan Polisi juga akan mengaudit semua kapal. Jangan ada lagi ada kapal 3 deck tapi kenyataanya hanya berijinkan 1 deck, serta kelebihan muatan kapal. Khusus kepada Polisi, saya minta semua pihak yang bertanggungjawab harus diproses. Saat ini proses hukum sedang berjalan, dan tidak mustahil jumlah tersangka akan bertambah," tandas Luhut.
Luhut sudah berdialog dengan keluarga korban terakit upaya penghentian tersebut di Posko Tim Pencarian di Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara pada Senin (2/7). Saat berdiskusi dengan warga itu, sempat muncul keributan kecil antara Luhut dengan aktivis Ratna Sarumpaet .
Ratna sendiri tidak sepakat dengan ide penghentian evakuasi KM Sinar Bangun. Alhasil, Luhut malah terlibat adu mulut yang berujung dengan pengusiran terhadap Ratna.
ADVERTISEMENT