Alumni 212 Akan Gelar 2 Aksi untuk Habib Rizieq, Minta Jokowi Mundur

31 Mei 2017 18:53 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Konpers Alumni 212 (Foto: Jihad Akbar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konpers Alumni 212 (Foto: Jihad Akbar/kumparan)
Presidium alumni 212 akan meminta Imam Besar FPI, Habib Rizieq Syihab, pulang ke Indonesia. Mereka juga akan mengadakan aksi penyambutan kepulangan tersebut di Bandara Soekarno-Hatta.
ADVERTISEMENT
Aksi itu dilakukan setelah polisi menetapkan Rizieq sebagai tersangka atas kasus baladacintarizeq. 
"Insyaallah kami akan membuat dua gerakan besar untuk menyambut (Rizieq) itu," kata Ansufri Idrus Sambo, Ketua Presedium Alumni 212, di Masjid Baiturrahman, Jalan Saharjo, Jakarta Selatan, Rabu (31/5). 
Dua gerakan yang dimaksud Sambo adalah mengadakan konsolidasi umat dan Tabligh Akbar yang dilakukan dalam dua waktu dan tempat berbeda. Tabligh akbar pertama akan digelar pada Jumat (2/6) di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta Pusat. Kegiatan itu digelar setelah aksi longmarch dari Masjid Sunda Kelapa ke Komnas HAM meminta mempercepat penyelesaian rekomendasi pelanggaran HAM yang dilakukan pemerintahan Jokowi terhadap ulama dan aktivis Islam. 
ADVERTISEMENT
Kemudian, Sambo mengatakan, tabligh akbar kedua akan diselenggarakan pada Jumat (9/6) di Masjid Istiqlal, Jakarta. Ia mengungkapkan dalam dua kegiatan tersebut mereka juga akan melakukan pembahasan rencana persiapan kepulangan Rizieq ke Indonesia.
"(Jadi) Bukan Habib Rizieq yang akan pulang, tapi kami yang meminta," tegas dia.
Konpers Alumni 212 (Foto: Jihad Akbar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konpers Alumni 212 (Foto: Jihad Akbar/kumparan)
Sambo mengatakan pihaknya berencana mengerahkan satu juta orang dalam penjemputan itu. Ia menjamin aksi-aksi itu akan dilakukan secara damai.
Ia melanjutkan, selain itu mereka juga akan mengadakan aksi layaknya aksi 212 dengan tema aksi bela ulama yang melibatkan ribuan massa. Akan tetapi ada perbedaan dengan aksi 212 pada aksi yang direncanakan akan digelar setelah Ramadhan itu. 
ADVERTISEMENT
"Bukan seperti 212 yang terpusat di Jakarta, tetapi akan dilakukan di seluruh daerah untuk menuntut Jokowi mundur secara konstitusional," ungkap Sambo.
Aksi bela ulama itu merupakan bentuk kekecewaan mereka kepada pemerintah atas perlakuan  kepada ulama dan aktivis Islam. Sambo menegaskan aksi tersebut bukan merupakan bentuk upaya makar sebab dilakukan secara damai dan mengikuti aturan yang berlaku, layaknya aksi pada tahun 1998 untuk menurunkan Soeharto.
Oleh karena itu hari ini mereka kembali menyuarakan surat terbuka yang ditujukan kepada Jokowi. Adapun delapan poin inti dari surat terbuka itu yakni: 
1. Mendesak tim investigasi Komnas HAM untuk segera mengeluarkan rekomendasinya terkait pelanggaran HAM yang dilakukan pemerintahan Presiden Jokowi atas tindakan kriminalisasi terhadap ulama.
ADVERTISEMENT
2. Membawa hasil rekomendasi Komnas HAM ke DPR dan mendesak DPR untuk menggelar sidang istimewa menurunkan Jokowi dari jabatan Presiden.
3. Membawa rekomendasi Komnas HAM ke ranah internasional, yaitu ke Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Pengadilan  Internasional di Jenewa.
4. Menggalang kekuatan umat Islam di seluruh Indonesia untuk menggelar Aksi Bela Ulama dan Aksi Mosi Tidak Percaya kepada pemerintah serta menuntut mundur Presiden Jokowi.
5. Meminta Polri dan TNI untuk bertindak netral, tidak menjadi alat pemerintah dan berdiri di belakang rakyat, serta tidak bertindak represif kepada peserta aksi yang menjalankan aksi dengan damai.
6. Menggelar Tabligh Akbar sebagai ruang konsolidasi umat Islam.
7. Khusus untuk penetapan Habib Rizieq menjadi tersangka, Presedium Alumni 212 mengajak masyarakat untuk mengibarkan bendera setengah tiang. Bendera setengah tiang merupakan bentuk matinya keadilan.
ADVERTISEMENT
8. Kami menghimbau kepada bapak Jokowi bahwa masih ada kesempatan untuk mengakhiri polemik ini dengan menerbitkan SP3 untuk semua kasus yang menjerat ulama dan aktivis yang dikriminalisasi. Selanjutnya Jokowi diminta untuk mencabut pernyataan pembubaran HTI.