Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Nama Amien Rais seolah tak lekang dari pemberitaan media massa. Dalam kurun waktu kurang dari satu bulan, Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional itu mengeluarkan berbagai pernyataan yang menyulut ragam respons.
ADVERTISEMENT
Mulai dari isi tausiyahnya yang mendikotomikan partai Allah dan partai setan, hingga anjurannya untuk menyisipkan pesan politik dalam pengajian. Dua topik itu yang kemudian ramai dibicarakan, setidaknya karena tiga hal, yakni 1) Diucapkan oleh seorang tokoh senior, 2) Bermuatan politis, dan 3) Diucapkan jelang pemilu.
Tak ayal para petinggi PAN dikejar. Mau tak mau, suka tak suka, mereka harus menjawab sebaik mungkin. Apalagi setelah Amien Rais dilaporkan oleh Cyber Indonesia ke kepolisian atas dugaan ujaran kebencian karena pernyataan soal partai Allah-partai setan.
ADVERTISEMENT
Wakil Sekjen PAN Saleh Partaonan Daulay pada Minggu (15/4) menyatakan, “Apa yang disampaikan oleh Pak Amien dalam pengajian di daerah Mampang beberapa hari lalu tidak perlu diperdebatkan, apalagi disilangsengketakan.”
Setengah berkelakar, Saleh menambahkan, “Kalau setiap orang yang ceramah dilaporkan, kasihan poldanya.”
Sementara Wakil Ketua Umum DPP PAN Viva Yoga Mauladi membela pendiri partainya itu dengan mengatakan, “Pak Amien Rais tidak ada maksud untuk membuat ujaran kebencian.”
Belum usai satu kegaduhan, pernyataan tak kalah kontroversial lain terlontar dari sosok yang kerap disebut Bapak Reformasi itu. Selang sepuluh hari, di Balai Kota DKI Jakarta ia menganjurkan pengajian disisipi pesan politik.
ADVERTISEMENT
Komentar para petinggi partai berlambang matahari itu pun lagi-lagi menjadi incaran. “Itu bagian dari sikap kritis yang ditunjukkan oleh individu-individu PAN. Individu PAN itu kan banyak yang bersikap kritis,” ujar Wakil Ketua Umum PAN Bara Hasibuan.
Ia menjelaskan, sejak dulu Amien Rais adalah tokoh yang kritis dan independen. Jadi, apa yang disampaikan Amien Rais tak terikat dengan pernyataan resmi partai. Namun, di benak banyak orang. PAN dan Amien Rais itu sudah manunggaling. Sama halnya dengan PDIP-Megawati, Gerindra-Prabowo, atau Demokrat-SBY.
“Sampai sekarang kalau kami survei, kami tanya sama masyarakat, ‘Kalau disebut PAN, apa yang muncul di kepala Anda?’ (Jawabannya) itu Pak Amien Rais,” ujar Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari.
ADVERTISEMENT
Maka bukan tidak mungkin sosok Amien Rais secara tidak langsung berpengaruh terhadap perolehan suara PAN di pemilu. Dan pernyataannya akhir-akhir ini malah bisa jadi bumerang bagi PAN, alih-alih sebagai strategi jelang Pilpres.
Ngeri-ngeri Sedap
Pada awal Januari 2018, peneliti Lingkaran Survei Indonesia, Rully Akbar, mengatakan bahwa PAN bersama PKS, PPP, NasDem, dan Hanura, “masih ngeri-ngeri sedap untuk bisa lolos parliamentary threshold 2019.”
Menurut survei LSI Denny JA pada 7-14 Januari 2018, tingkat keterpilihan PAN hanya sampai di angka dua persen. Cyrus Network bahkan memberi angka 1,5 persen untuk PAN berdasarkan surveinya pada 27 Maret-3 April 2018.
Hasil senada juga terjadi di survei Litbang Kompas pada akhir Maret yang menyebut elektabilitas PAN masih di angka 1,3 persen saja. Padahal target mereka di Pemilu Legislatif 2019 sebesar 12 persen atau 60 kursi DPR.
ADVERTISEMENT
Bagi Sekjen PAN Eddy Soeparno, hasil survei adalah referensi penting menuju pemilu tahun depan. Salah satu strateginya berdasar pada kekuatan tokoh PAN yang ada di masing-masing daerah pemilihan.
“Jadi kami harus tempatkan 3-4 tokoh di satu dapil untuk mereka bisa bertarung dan mendapatkan satu kursi,” kata Eddy. “Strategi (PAN) itu memenangkan hati masyarakat dengan kerja-kerja nyata. Bukan dengan cara gerilya politik,” tegasnya ketika ditanya apakah tindakan Amien Rais menjadi salah satu strategi PAN.
Tapi, pernyataan keras Amien juga kerap dianggap sebagai upaya untuk mengerek suara PAN yang ringsek. Itu bisa jadi, menurut Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari, bagian dari strategi merebut simpati pemilih.
ADVERTISEMENT
Sulit untuk memisahkan antara Amien Rais dan PAN, begitu pula sebaliknya. Meski telah berganti kepemimpinan, nama Amien Rais masih saja mengalahkan para ketua umum PAN seperti Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan.
“PAN itu masih identik dengan Pak Amien Rais. Sementara popularitas Pak Amien Rais, elektabilitas Pak Amien Rais sebagai tokoh, itu terbatas,” ujar Qodari. Figur Amien Rais, menurutnya, berkontribusi tapi juga membatasi suara PAN.
“Dia (Amien Rais) berpikir bahwa itu (sikap politiknya) adalah cara dia untuk mendapatkan dukungan suara yang lebih banyak. Di pikiran dia, itu cara yang tepat untuk menaikkan suara (PAN). Tapi mungkin realita di lapangan yang terjadi adalah sebaliknya,” kata Qodari.
Soal deret pernyataan Amien Rais yang kerap bikin gaduh, pengamat politik UI Arbi Sanit berujar, “Dia (Amien Rais) mengambil sikap yang paling keras tentang apapun. Tentang Soeharto, tentang demokrasi, terutama tentang agama. Dia posisinya paling ekstremlah.”
ADVERTISEMENT
Arbi paham, sedari dulu Amien memang sosok yang keras dan doyan mengkritik siapa saja terkait permasalahan bangsa. Dosen ilmu politik itu menduga, sikap keras Amien selama ini merupakan caranya untuk ikut membangun PAN.
Namun di sisi lain, menurut Arbi, caranya yang keras dan konsisten sebagai oposisi itu berpotensi membuat PAN sulit berkembang.
Arbi berpendapat, pernyataan Amien Rais justru membuat massa Islam modern yang selama ini menjadi target suara PAN, enggan merapat. “Sikap radikalnya itu membuat orang takut dengan PAN. Lalu (suara) PAN tidak bertambah. Orang-orang moderat tidak mau masuk PAN.”
ADVERTISEMENT
Meski sederet pembelaan telah diucapkan para petinggi PAN, tak mungkin berpura-pura seolah Amien itu tak pernah membuat gaduh.
Pernyataan Amien yang keras bahkan kerap berseberangan dengan sikap partainya, diduga Mahfud MD--tokoh senior yang juga mantan ketua Mahkamah Konstitusi, merepotkan PAN.
“Orang-orang PAN jadi kalang kabut untuk mencari alasan terus-menerus, untuk membenarkan (Amien Rais). Semacam keniscayaan politik, partainya Pak Amien membela Pak Amien. Ya, jadi beratlah bagi partai,” ujarnya, Jumat (27/4).
“Mencari alasan pembelaan itu tidak mudah, karena kadang kala pernyataannya sering menjadi peluru untuk menimbal balik. Itu yang kena (peluru) PAN biasanya,” kata Mahfud.
Melampaui PAN
“No, no. Saya lebih tahu dari Pak Zul. Maaf, karena saya yang mendirikan (PAN). Saya keliling ke mana-mana. Umat PAN di bawah emoh Jokowi, titik. Pak Zul bermanuver itu hanya sandiwara.”
ADVERTISEMENT
Di hari ulang tahunnya, Kamis (26/4), Amien Rais mendatangi Gedung DPR RI guna menemui Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan (yang juga Wakil Ketua Umum PAN) dan Fadli Zon (Wakil Ketua Umum Gerindra).
Mereka bicara soal Pemilu Presiden 2019. “Kami yakin arus #2019GantiPresiden tidak mungkin dibendung lagi,” ucap Amien. Baginya, “tak ada jalan lain” untuk PAN selain mendukung Prabowo dan Gerindra untuk kesekian kalinya.
Padahal PAN sama sekali belum mendeklarasikan dukungan terhadap salah satu calon presiden.
Menanggapi pernyataan Amien soal “ganti presiden” itu, Zulkifli Hasan sang Ketua Umum PAN hanya mengatakan, “Sebagai Ketua Dewan Kehormatan, tentu masukan-pendapat Pak Amien menjadi pertimbangan penting untuk Partai Amanat Nasional dalam mengambil keputusan.”
ADVERTISEMENT
Pertimbangan tentu tak hanya datang dari Amien Rais selaku Ketua Dewan Kehormatan dan pendiri PAN, tapi juga suara-suara di akar rumput--basis konstituen PAN.
“PAN harus menjalankan mekanisme organisasi. Dalam artian, pengurus partai menghimpun seluruh masukan dari akar rumput kami--dari pengurus daerah, pengurus wilayah--untuk kemudian kami jadikan bahan kajian,” tutur Eddy Soeparno.
Pengurus PAN sepakat, semua kemungkinan terkait Pilpres 2019 masih terbuka, termasuk opsi mendukung Jokowi. “Semua kan diputuskan di Rakernas. Mudah-mudahan dilaksanakan setelah Idul Fitri,” ucap Bara Hasibuan.
Pada akhirnya, PAN seakan hanya bisa memaklumi tindak-tanduk Amien Rais yang keras dan setia di jalur oposisi. Berbagai pernyataannya yang sering bikin geger, atau sikap politiknya yang kadang berseberangan dengan partai, lantas menjadi hal wajar--atau terpaksa dianggap wajar.
ADVERTISEMENT
------------------------
Ikuti terus Kontroversi Amien Rais di Liputan Khusus kumparan.