Ancaman Pembunuhan Staf Konjen Tak Pengaruhi Hubungan RI-Australia

24 Agustus 2018 8:46 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ikon Kota Surabaya (Foto:  Flickr / Likesis Noto)
zoom-in-whitePerbesar
Ikon Kota Surabaya (Foto: Flickr / Likesis Noto)
ADVERTISEMENT
Konsulat Jenderal Australia di Kota Surabaya meningkatkan keamanannya setelah menerima kabar ancaman pembunuhan salah seorang stafnya. Ancaman tersebut pertama kali disebarkan di aplikasi Telegram, lalu dibagikan di sosial media.
ADVERTISEMENT
Tidak diketahui siapa penyebar ancaman itu, namun isinya mengimbau warga Surabaya dan Jawa Timur untuk "membunuh pejabat Australia".
"Australia adalah anggota koalisi internasional melawan ISIS yang membantai ribuan Muslim. Balas darah Muslim," bunyi ancaman itu yang diperoleh Reuters.
Menanggapi hal tersebut, Ahli Keamanan Internasional Agus Haryanto mengatakan, ancaman tersebut tak akan berpengaruh pada hubungan RI - Australia. Namun, Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman itu menyebut, kasus ini perlu menjadi perhatian buat Australia, untuk menjaga hubungannya dengan Indonesia.
"Kalau menurut saya, hubungan Indonesia dan Australia tidak terpengaruh. Yang menyebarkan ancaman kan kelompok teroris dan simpatisannya. Namun, ini perlu menjadi perhatian bagi Australia, dalam kaitannya hubungan dengan Asia dan Indonesia pada khususnya," kata Agus kepada kumparan, Jumat (24/8).
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) semestinya berkoordinasi dengan kepolisian dan BIN soal adanya ancaman terhadap staf konjen di Surabaya. Menurutnya, tak boleh ada ancaman terhadap publik khususnya staf konsulat.
"Tindakan Kemlu tentu seharusnya segera berkoordinasi dengan kepolisian dan BIN terkait ancaman ini. Tidak boleh ada ancaman kepada masyarakat, apalagi terhadap konsulat asing. Kemlu dan pemerintah Indonesia harus mengusut dan menangkap penyebar ancaman, sekaligus deteksi kelompok jaringan teroris," ujar Agus.
"Sudah beberapa tahun belakangan ini, Australia menganggap penting Asia dan ingin memiliki hubungan yang lebih erat. Momen ini tentu menjadi bagian dari evaluasi bagaimana Australia dipersepsikan oleh Asia," jelasnya lagi.
Dalam pernyataan yang diterima kumparan, Kamis (23/8), ancaman pembunuhan disampaikan untuk acara yang akan dihadiri staf Konsulat Jenderal Australia di Universitas Airlangga (Unair). Akibat ancaman ini, Konjen Australia batal hadir pada acara di Unair tersebut.
ADVERTISEMENT
"Staf Konsulat Jenderal di Surabaya tidak akan menghadiri acara publik dan akan meningkatkan keamanan. Hal ini dilakukan menyusul ancaman di acara Universitas Airlangga pada 23 Agustus, yang akan dihadiri Konsul Jenderal di Surabaya dan beberapa warga Australia," tulis pernyataan Australia.
Universitas Airlangga (Foto: Facebook Universitas Airlangga)
zoom-in-whitePerbesar
Universitas Airlangga (Foto: Facebook Universitas Airlangga)
Namun, Kepala Plh Unair Suko Widodo membantah adanya ancaman tersebut. Suko keberatan soal sikap dari pihak Australia yang membatalkan acara secara sepihak. Pihaknya merasa dirugikan. Meski bukan acara besar, seharusnya Australia tidak semudah itu menerbitkan informasi atau peringatan hingga merugikan kampusnya, juga nama Indonesia.
Keberatan serupa juga disampaikan Kepolisian Republik Indonesia. Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera mengungkapkan peringatan itu disampaikan tanpa berkonsultasi lebih dulu dengan aparat kepolisian.
ADVERTISEMENT
"Kami menyayangkan pihak Australia keluarkan ini tanpa konsultasi pada Mabes dan Polda Jatim," ungkap Frans.
Konsulat Jenderal Australia di Surabaya baru dibuka pada 5 Agustus lalu untuk meningkatkan hubungan kedua negara. Total ada empat kantor perwakilan Australia di Indonesia, yaitu Jakarta, Surabaya, Bali, dan Makassar.