Angela Merkel Buka Suara soal Serangan Militer Rusia di Ukraina

3 Juni 2022 17:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kanselir Jerman Angela Merkel. Foto: Michele Tantussi/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Kanselir Jerman Angela Merkel. Foto: Michele Tantussi/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mantan Kanselir Jerman Angela Merkel pada Rabu (2/6/2022) malam waktu setempat dalam pidato publik perdananya setelah enam bulan hiatus mengatakan operasi militer Rusia di Ukraina menandai suatu titik krisis yang besar. Ia mengutuk serangan itu dan menggambarkannya sebagai 'perang agresi barbar'.
ADVERTISEMENT
"Saya berdiri dalam solidaritas dengan Ukraina, (yang telah) diserang dan diinvasi oleh Rusia," kata Merkel, dikutip dari Russian Today.
Ia pun mendukung atas hak Ukraina untuk membela diri. Selain itu, Markel juga menyuarakan dukungannya terhadap semua upaya yang diambil oleh pemerintah Jerman saat ini – termasuk oleh Uni Eropa, Amerika Serikat, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Angela Merkel. Foto: Getty Images
Merkel memperingatkan tidak ada yang benar-benar bisa memprediksi konsekuensi dan dampak konflik ini bagi dunia. Dia juga menyerukan persatuan di dalam Uni Eropa. "Kita tidak boleh menyia-nyiakan perdamaian dan kebebasan begitu saja," sambung dia.
Pernyataan itu Merkel sampaikan saat berpidato di depan sekitar 200 tamu yang menghadiri pesta perpisahan Kepala Konfederasi Serikat Buruh Jerman (DGB), Reiner Hoffmann, yang akan melepaskan jabatannya.
ADVERTISEMENT
Beberapa media Jerman yang menghadiri acara itu mencatat bahwa Merkel tidak mengatakan sepatah kata pun tentang kebijakannya sendiri terhadap Rusia. Semasa jabatannya menjadi kanselir, Merkel di negaranya dituding telah meningkatkan ketergantungan Jerman pada energi Rusia.
Dan pemerintahan Jerman saat ini yang dipimpin oleh Kanselir Olaf Scholz tengah berupaya untuk mengurangi ketergantungan energi itu seiring dengan penerapan sanksi Uni Eropa terhadap Rusia.