Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Anomali di Balik Tumbangnya Airin dan Dinasti Politik Banten
2 Desember 2024 18:09 WIB
·
waktu baca 10 menitAndra Soni bersama politikus PKS Dimyati Natakusumah yang didukung koalisi jumbo Prabowo—minus Golkar—di Pilgub Banten, secara mengejutkan mampu mengalahkan Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi, pasangan yang diusung PDIP dan Golkar. Padahal, sejumlah lembaga survei merekam elektabilitas Airin di Pilgub Banten sekitar 60-70%.
Hasil hitung cepat lembaga survei menunjukkan kemenangan telak Ketua DPD Gerindra Banten itu atas Airin. Voxpol Center mencatat paslon Andra-Dimyati meraih suara 57,08%, sedangkan Airin-Ade mendapat 42,92%. Begitu pula Charta Politika menampilkan keunggulan Andra-Dimyati yang mendapat 57,52%, sementara Airin-Ade meraih 42,48%.
Sejumlah sumber kumparan menyatakan Dasco merupakan sosok sentral di balik kemenangan Andra. Dasco disebut menaruh perhatian khusus atas Pilgub Banten dan sering bolak-balik ke provinsi paling barat Jawa itu untuk membantu Andra-Dimyati. Ia juga meminta mesin partai-partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus agar maksimal bekerja.
Andra mengakui peran krusial Dasco di balik kemenangannya. Selain sebagai Ketua Harian Gerindra yang punya tanggung jawab memenangkan pilkada, Dasco yang juga Wakil Ketua DPR RI juga berasal dari daerah pemilihan Banten III. Bagi Andra, Dasco merupakan mentor politiknya.
“Selama ini memang beliau (Dasco) rajin turun ke dapil, [bertemu] konstituen dan jaringan-jaringan yang sudah dibina lama,” kata Andra kepada kumparan di Jakarta, Kamis (28/11).
Andra juga merasakan bantuan maksimal dari koalisi partai pengusungnya selama masa kampanye hingga hari pencoblosan.
“Dengan tingkat popularitas saya yang rendah, bantuan dari partai koalisi terasa sekali. Sampai hari H, mereka sangat membantu dengan mengonsolidasikan jaringan-jaringan mereka,” ucap Andra.
Dasco pun tak menampik cawe-cawe di Pilgub Banten. Bagi Dasco, rakyat Banten merupakan bagian penting dalam karier politiknya hingga ia mampu menjadi anggota DPR tiga periode
“Kebetulan karena saya tahu bagaimana Banten dan selama ini komunikasi dengan DPRD II dan DPRD I baik, sehingga mereka juga kerja all out untuk Prabowo, hasilnya jadilah seperti ini. Di samping itu, selain Gerindra, [mesin partai] KIM Plus juga bekerja,” ujar Dasco kepada kumparan, Kamis (28/11).
Kemenangan sensasional Andra-Dimyati sekaligus menumbangkan dinasti almarhum Tubagus Chasan Sochib yang telah berkuasa di Banten selama dua dekade lebih. Sejak Banten menjadi provinsi tersendiri pada tahun 2000, klan Chasan Sochib kerap berada di pucuk pimpinan provinsi.
Dimulai dari Ratu Atut Chosiyah, anak pertama dari istri pertama Chasan Sochib, yang menjadi Wagub Banten—melalui pemilihan di DPRD—periode 2001-2006. Kemudian Ratu Atut terpilih langsung menjadi Gubernur Banten periode 2007-2012 dan 2012-2017.
Namun pada 2014, Ratu Atut tersangkut kasus korupsi pengadaan alat kesehatan dan suap Pilkada Lebak. Jabatan Gubernur kemudian diemban wakilnya, Rano Karno, pada periode 2014-2017.
Berikutnya pada Pilkada 2017, anak Ratu Atut, Andika Hazrumy, terpilih sebagai wagub mendampingi Wahidin Halim untuk periode 2017-2022. Airin sedianya berpotensi meneruskan tren dinasti tersebut. Airin merupakan istri Tubagus Chaeri Wardana, anak ketiga dari istri pertama Chasan Sochib. Nyatanya, hasil pilkada berkata lain.
Mengapa Airin Bisa Kalah?
Sumber kumparan di tim Airin menyebut hasil pilkada membuat tim pemenangan bergejolak. Mereka tak percaya jagoannya kalah, sebab dari hasil survei internal menjelang pencoblosan, elektabilitas Airin di kisaran 65–70%. Namun, saat timnya mempertanyakan realita yang tak sesuai ekspektasi, Airin disebut cukup tenang dan meminta para timsesnya bersabar.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya maupun peneliti SMRC Saidiman Ahmad menganggap hasil Pilgub Banten sebagai anomali. Menurut Saidiman, hasil Pilgub Banten agak kurang logis berdasarkan 3 faktor. Pertama, berbagai survei sebelum pencoblosan menempatkan Airin unggul dengan jarak yang cukup lebar dari Andra Soni, yakni sekitar 70% berbanding 10–20%.
Kedua, Airin merupakan bagian klan Chasan Sochib yang sudah turun-temurun berkuasa dan punya jejaring. Ketiga, Airin merupakan tokoh populer dan telah berinvestasi secara politik dengan jabatannya sebagai Walkot Tangerang Selatan dua periode. Sedangkan lawannya, Andra Soni, merupakan pendatang baru.
“Agak tidak logis dia kalah oleh seorang tokoh yang sebenarnya di Banten seperti pendatang baru. Walau Andra Soni adalah Ketua Gerindra Banten, tapi dia pendatang baru. [Juga] tidak ada satu peristiwa yang penting, katakanlah misal skandal yang menimpa Airin, yang tiba-tiba [berdampak] suaranya drop,” ujar Saidiman.
Yunarto menilai, kemungkinan yang terjadi di Pilgub Banten adalah tsunami politik secara terstruktur, sistematis, dan masif.
“Entah itu bersifat pragmatis pembagian uang, penggunaan aparat, birokrat. Tapi apakah betul itu terjadi, saya belum bisa menyimpulkan apa pun terkecuali nanti melihat pembuktian-pembuktian itu dalam laporan ke Panwas atau di MK,” ucap Yunarto.
Sumber kumparan di kubu Airin bercerita, timses masih yakin Airin menang hingga Selasa sore (26/11) atau sehari sebelum coblosan. Namun, beranjak ke Selasa malam (26/11) hingga Rabu subuh (27/11), beberapa pentolan di tim Airin merasa arah angin sudah berubah.
Malam itu hingga dini hari, di berbagai grup koordinasi timses Airin-Ade muncul kabar penyebaran amplop berisi Rp 100 ribu dan gambar ajakan mencoblos paslon Andra-Dimyati. Menurut mereka, pembagian amplop dilakukan para kades dibantu pengurus RT/RW dengan kawalan aparat penegak hukum.
Sumber di tim Airin menyebut, setiap TPS disebar sekitar 250 amplop. Jika demikian, dengan jumlah TPS di Pilgub Banten sekitar 17 ribu, maka uang yang disebar bisa mencapai Rp 425 miliar.
Tim Airin sedianya berniat melakukan operasi serupa. Namun mereka merasa diawasi polisi dan memilih menahan diri karena elektabilitas Airin yang sudah cukup tinggi.
Walau demikian, masih ada beberapa simpatisan Airin yang masih bermanuver. Seperti dua simpatisan Airin yang ditangkap Tim Sentra Gakkumdu Bawaslu di Serang dengan barang bukti Rp 7,5 juta. Uang itu disebut bakal digunakan untuk serangan fajar.
“Selama 2–3 hari terakhir [sebelum pencoblosan] memang terjadi berbagai pengadangan, pengepungan, termasuk yang membuat pasangan calon Ibu Airin dan Kang Ade tidak leluasa bergerak," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Di sisi lain, Andra Soni, Polda Banten, maupun pengurus Apdesi Banten membantah tudingan penyebaran amplop secara masif.
“Tidak ada pengerahan polisi [untuk memenangkan paslon tertentu]. Tugas kami mengamankan proses demokrasi yang ada,” ujar Kabid Humas Polda Banten Kombes Didik Hariyanto.
Senada, Sekretaris DPD Apdesi Banten Rafik Rahmat Taufik berkata, “Tudingan soal kades dan Apdesi yang terlibat aktif dalam suksesi salah satu calon kepala daerah di Banten tidak benar, apalagi menyalurkan amplop secara langsung ke warga.”
Selain tudingan politik uang, sumber di tim Airin menyebut kubu Andra Soni sudah sejak lama melakukan “pengkondisian”. Pertama, mencegah Airin agar tak bisa maju
Airin sedianya telah diendorse Prabowo sebagai Gubernur Banten sepanjang masa kampanye Pilpres 2024. Airin merupakan Ketua TKD Prabowo-Gibran Banten. Di tiap pertemuan selama Pilpres 2024, menurut seorang sumber, Prabowo selalu menyapa Airin sebagai ‘Ibu Gubernur’.
Endorse terang-terangan Prabowo kepada Airin terlihat saat kampanye Prabowo di Stadion Maulana Yusuf, Serang, pada 27 Januari 2024. Nyatanya, Airin terlalu percaya diri dan ucapan Prabowo tak berbuah kenyataan.
Selepas Prabowo menang di MK, Dasco mulai menyodorkan Andra Soni ke Airin sebagai cawagub. Airin tak menolak maupun menerima. Ia mengaku sedang tahap sosialisasi, juga menjalin komunikasi dengan PDIP. Namun di mata Dasco, sikap itu dianggap sebagai penolakan.
Hingga pada akhir Juni 2024, Gerindra menduetkan Andra dan Dimyati, yang diikuti dengan memborong partai-partai lain dan nyaris membuat Airin tak bisa maju. “Kami tidak memprediksi. Kami geleng-geleng [kepala] waktu mereka borong partai,” ucap sumber di tim Airin.
Airin akhirnya bisa maju usai MK menurunkan ambang batas pencalonan kepala daerah setara calon independen. Airin yang notabene politikus Golkar maju lewat PDIP. Meski belakangan, sehari usai Airin diumumkan resmi PDIP sebagai salah satu cagubnya, Golkar tiba-tiba berubah pikiran dan kembali mendukung Airin
Tak berhasil mencegat di pendaftaran paslon, upaya ‘mengadang’ laju Airin berlanjut dengan memakai instrumen hukum. Sumber di tim Airin menyebut, para kades maupun camat atau lurah yang dianggap dekat dengan Airin dipanggil polisi pada Agustus dan September.
Beberapa surat panggilan polisi yang ditunjukkan kepada kumparan terlihat pemanggilan itu terkait dugaan korupsi dana desa atau dana kecamatan di Serang dan Tangsel.
Polda Banten mengakui tengah menangani kasus pungli yang melibatkan oknum kades, salah satunya pengurusan PTSL (Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap). Kasusnya sudah masuk tahap penyidikan.
“Ini murni penegakan hukum, tidak ada muatan politis,” ucap Kombes Pol Didik.
Penggunaan instrumen hukum juga dilakukan dengan pemanggilan suami Airin, Tubagus Chaeri Wardana dan Ketua DPRD Banten F-Golkar, Fahmi Hakim, oleh Kejati Banten pada 22 November atau 2 hari sebelum masa tenang. Keduanya dipanggil dalam perkara dugaan korupsi pengadaan lahan Sport Center periode 2008-2011.
Di samping itu, masih menurut sumber di tim Airin, ada pula pengerahan dukungan dari para kepala desa—yang seharusnya bersikap netral—untuk pemenangan Andra-Dimyati. Seperti voice note yang diduga suara Ketua Apdesi Lebak, Rusyadianto, yang mengajak para kades se-Lebak untuk memenangkan Andra-Dimyati.
Lalu sejumlah kades di Kecamatan Mancak, Serang, yang terang-terangan membuat video dukungan kepada Andra-Dimyati. Kemudian Rakercab Apdesi Serang di Hotel Marbella pada 3 Oktober yang dihadiri Andra Soni dan calon Bupati Serang yang juga istri Mendes Yandri Susanto, Ratu Zakiyah. Dalam video yang diterima kumparan, terdengar Andra maupun Zakiyah meminta dukungan para kades di Pilkada 2024.
Berdasarkan hasil hitung cepat, Ratu Zakiyah juga mampu memenangi Pilkada Serang dan menumbangkan anak Ratu Atut, Andika Hazrumy.
“Saya hadir di sini dalam rangka tugas ingin memajukan Banten dan ditugaskan untuk menang. Dan saya berharap kawan-kawan berada di barisan saya, berada di barisan Ibu Zakiyah,” kata Andra dalam sambutannya di Rakercab Apdesi Serang saat itu.
“Saya meyakini kita bisa seiring sejalan memenangkan paslon 02. Bantuan, dukungan, dan support dari bapak ibu kepala desa tentu sangat kami butuhkan dalam rangka pemenangan gubernur Banten dan kabupaten Serang,” ucap Zakiyah.
Buntut acara itu dan dukungan ke Andra maupun Zakiyah, Ketua Apdesi Kabupaten Serang Muhammad Maulidin Anwar ditetapkan sebagai tersangka. Namun pada awal November, status tersangka Anwar dicabut dan kasusnya dihentikan.
Polda Banten beralasan pelapor tidak bisa menyerahkan video asli dari ponsel yang merekam saat acara berlangsung. Adapun Apdesi Banten membantah para kades tak netral di Pilgub.
“Tugas utama kami sebagai Apdesi dan kepala desa, mensukseskan agar pelaksanaan Pilkada berjalan aman dan damai,” ujar Rahmat Taufik.
Peneliti SMRC Saidiman Ahmad menilai, walau tidak ada instruksi langsung untuk pemenangan di Pilgub Banten, namun video endorse Prabowo terhadap Andra Soni bisa dianggap sebagai perintah.
“Kampanye dari seorang presiden aktif bisa diartikan oleh aparat tingkat bawah sebagai perintah dan diterjemahkan dalam bentuk macam-macam,” kata Saidiman.
Lantas, bagaimana dengan kemungkinan masyarakat Banten sudah jenuh dengan dinasti politik?
Saidiman maupun Yunarto berpendapat kemungkinan tersebut bisa saja terjadi. Tetapi, jika masyarakat benar-benar sudah jenuh dengan dinasti di Banten, seharusnya hal itu terpotret di survei elektabilitas Airin. Faktanya, elektabilitas Airin tetap tinggi di berbagai survei sebelum pencoblosan sekalipun isu dinasti muncul selama masa kampanye Pilgub Banten.
Siap Gugat ke MK
Hasil Pilgub Banten yang mengejutkan membuat PDIP angkat suara. Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah menyinggung peran partai coklat alias polisi serta birokrat yang membuat hasil Pilgub Banten menjadi anomali.
PDIP telah menugaskan eks Menkumham Yasonna Laoly dan Ketua DPP PDIP Ronny Talapessy untuk mengumpulkan bukti-bukti dugaan kecurangan di Pilgub Banten. Bukti-bukti yang nantinya dikumpulkan akan dibawa ke Mahkamah Konstitusi.
“Kami percaya di Banten seharusnya Bu Airin dan Ade yang menang kalau tidak ada pengerahan berbagai instrumen dari parcok (partai cokelat alias polisi),” kata Sekjen PDIP Hasto.
Sejauh ini Airin belum menyampaikan keterangan apapun mengenai hasil Pilgub Banten. Sumber kumparan menyebut, Airin memang disarankan tidak bersuara lantang agar tak mendapat tekanan dan mempercayakan advokasi kepada PDIP.
“Dinamika politik adalah perjalanan kehidupan, dan apa pun hasilnya kita adalah keluarga dalam bingkai Banten tercinta,” ucap Airin dalam akun Instagramnya, Minggu (1/12).
Sementara itu Andra Soni menyatakan siap menggandeng Airin ketika nanti sudah menjabat Gubernur Banten. Andra menegaskan hubungannya dengan Airin maupun Ade baik-baik saja.
“Dari 12 program prioritas Bu Airin ada hal-hal yang bisa kita sinergikan, karena pada prinsipnya membangun Banten yang lebih baik. Bu Airin adalah aset Banten, kita memerlukan kolaborasi bersama-sama,” ucap Andra.